| 31 |

481 40 2
                                    

"Yibo...," Zhan tak menyangka mendengar ucapan Yibo yang menyakiti hatinya. Bagaimana bisa Yibo tidak menyayangi anaknya? Darah dagingnya sendiri.

"Kamu tidak menyayangi anak ini?" tanya Zhan dengan suara yang tercekat karena dadanya terasa sesak. Dan pandangannya seketika menjadi buram karena banyaknya air mata yang berkumpul di pelupuknya.

"Aku menyayanginya! Sangat! Tetapi aku tidak ingin kehilanganmu, Zhan...," ujar Yibo yang memberikan sedikit nada membentak di awal dan memberikan nada lembut di akhir.

Zhan tersentak kaget saat Yibo membentaknya, ini kali pertama Yibo membentaknya. Zhan sangat syok.

"Kamu...kamu membentak ku," ucap Zhan dengan suara bergetar kemudian ia menangis sejadi-jadinya tanpa suara. Air mata terus berjatuhan karena rasa sesak di dada.

Yibo seketika panik dan menatap Zhan sendu. Ia raih pundak pria itu kemudian direngkuhnya erat. Yibo ikut meneteskan air mata lantas tak tega melihat Zhan yang menangis akibat kesalahannya. Apalagi Zhan sangat sensitif saat hamil.

"Maafkan aku, aku hanya mengkhawatirkan mu, sayang...,"bisik Yibo lirih seraya mengelus-elus kepala Zhan lembut berusaha menenangkannya.

"Kamu jahat! Aku terluka...."

"Maaf, aku minta maaf karena sudah membuatmu terluka, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku janji," Yibo mengecup berkali-kali kening Zhan kemudian mengusap air mata yang membasahi pipi Zhan.

Zhan mengangguk pelan masih dengan wajah meweknya kemudian ia mengusap wajahnya kemudian menatap Yibo dengan raut wajah serius.

"Yibo."

"Hm?"

"Kamu ingat dengan persyaratan kita waktu itu pada saat memenangkan tantangan melukis?"

"Yang menang akan memberikan permintaan yang harus dituruti yang kalah?"

"Aku menang dan kamu kalah."

"Ya, kamu belum memberikannya, ingin memberikan permintaan? Katakan."

"Aku ingin menyelamatkan anak ini, aku memilihnya dari pada hidupku, aku akan melahirkannya dengan sehat, menjadi anak yang baik dan penurut, bisa?"

✿•✿•✿

Yibo membantu Zhan mengeringkan rambutnya. Keduanya tenggelam akan keheningan sejak tadi sore. Yibo sama sekali tidak mengatakan apa-apa pada Zhan tetapi ia tetap memberikan perhatiannya.

Setelah selesai mengeringkan rambut Zhan, Yibo beranjak dan keluar dari kamar menuju dapur. Ia membuatkan susu hamil rasa vanilla dan membuatkan roti selai untuk Zhan kemudian ia kembali ke lantai atas.

Yibo menghampiri Zhan lalu memberikan segelas susu kepadanya. Tak banyak bicara, Zhan mengambilnya dan meminumnya beberapa kali teguk. Setelah itu Zhan juga melahap roti selai yang Yibo buatkan untuknya.

Yibo menatap Zhan dengan tatapan sendu. Ia merasa sedih dengan pilihan Zhan tetapi ia tidak bisa banyak membantah karena menurutnya keinginan Zhan lebih penting daripada apapun.

Setelah Zhan selesai makan, Yibo membawa gelas dan juga piring ke dapur dan meletakkannya kembali.

Dengan pikiran yang kalut Yibo memilih duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya seraya memejamkan mata.

Yibo meraih ponselnya di saku kemudian menelpon ibunya untuk memberikan kabar mengenai kondisi kandungan Zhan. Setelah mendengar semua penjelasan Yibo, tuan Wang terdengar sangat khawatir dan sedih.

December [Yizhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang