Prolog

1.5K 122 8
                                    

December 2024

Seorang pria alpha dengan setelan jas yang rapi tengah mengemasi beberapa barang-barang kemudian ia memasukkannya ke box dan meletakkannya di mobil pick up.

"Yizhan," Pria itu memanggil putranya yang terlihat cemberut seraya menendang-nendang bebatuan yang berada di halaman rumah.

"Ayo kita pergi," Ajaknya yang kemudian merangkul pundak sang putra.

"Kenapa kita harus pergi, ayah?" Rengek anak laki-laki yang dipanggil Yizhan tersebut.

Pria yang dipanggil ayah itu menatap putranya sendu seraya menampilkan senyuman tipis yang penuh rasa sakit.

"Rumah ini terlalu banyak kenangannya."

"Yibo! Aku sudah berjamur menunggumu," Teriak Hien dari dalam mobil.

"Ah ya, sebentar."

"Yizhan, ayo," Yibo menggandeng tangan putranya dan berjalan ke arah mobil.

Anak yang pada hari ini menginjak usia 12 tahun tersebut terpaksa harus ikut sang ayah untuk pindah rumah. Entah alasan apa yang menyebabkan ayahnya memilih pindah dari rumah besar itu.

Yizhan menatap jendela mobil dengan wajah cemberut. Ia mengharapkan sesuatu yang sangat spesial untuk hari ulang tahunnya tetapi ia tak sama sekali mendapatkan ucapan dari ayahnya. Sejak dulu ia bertambah usia, ayahnya tak pernah memberikannya kejutan ataupun hadiah, bahkan juga ucapan.

"Ayah melupakan ulang tahun ku...," Batinnya sedih. Ia merasa iri saat melihat semua teman-temannya menceritakan hadiah apa yang mereka dapat dari orang tuanya saat ulang tahun, tetapi ia tak pernah bisa ikut bercerita dan hanya bisa diam.

"Kau akan meninggalkan rumah itu begitu saja?" Tanya Hien sembari fokus mengemudi.

"Ya," Jawab Yibo singkat.

"Kenapa kau memilih pindah?"

"Aku tidak bisa terus-terusan memikirkannya," Yibo menghela nafasnya panjang sebagai pengalihan rasa sesaknya.

"Yizhan, apakah kau senang akan berada di rumah baru?" Tanya Hien pada Yizhan sebagai pengalihan topik mereka.

"Tidak," Jawab Yizhan spontan yang berhasil membuat Hien dan Yibo saling bertatapan sejenak.

"Ekhem! Ya... Awalnya kita merasa tidak suka, tetapi lama kelamaan kita akan suka," Ujar Hien yang diiringi dengan tertawa kecil.

Setelah menempuh perjalanan selama 40 menit. Kini mereka sudah tiba di rumah besar dan juga mewah.

Yibo segera keluar dari mobil diikuti dengan Hien yang kemudian mengeluarkan barang-barang yang sudah mereka kemas. Hanya box yang berisikan beberapa buku dan peralatan kecil.

Yizhan turun dari mobil dan membantu mengangkat barang-barang yang dapat ia bawa. Salah satu barang yang ia bawa ialah sebuah kanvas dengan lukisan dua orang tengah memandang sunset di bawah pepohonan, entah mengapa lukisan itu sangat Yizhan sukai.

"Lihat, bukankah rumah ini sangat cantik, Yi?" Ujar Hien seraya mengangkat barang-barang itu ke dalam rumah yang sudah Yibo buka pintunya.

"Rumah sebesar ini hanya akan diisi dengan dua orang," Jawab Yizhan ketus.

"Ekhem!" Hien berdehem pelan mengalihkan rasa malunya.

Yibo hanya bisa menatap sang putra seraya menggelengkan kepalanya. Tak heran jika putranya memiliki sikap yang sangat dingin.

"Aku rasa putramu itu akan menjadi alpha," Bisik Hien terkekeh.

"Sepertinya."

"Cara dia berbicara persis seperti mu."

"Tetapi wajahnya mirip dengannya...," Ujar Yibo lirih dengan berlinang air mata.

Hien mengatupkan bibirnya seketika kemudian menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.

Yibo mengusap matanya kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamar putranya.
Yibo mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk, tampak Yizhan tengah duduk di pinggir ranjang seraya menatap sebuah foto.

"Apa Yi menyukai rumah ini?" Tanya Yibo dan duduk di sebelah Yizhan.

"Tidak suka, tetapi pendapat Yi tidak akan membuat ayah ingin kembali ke rumah lama, kan?"

"Berikan ayah foto itu," Yibo mengambil sebuah foto yang Yizhan pegang kemudian ia menatapnya dengan senyuman.

"Yizhan ingin bertemu dengan ayah Zhanzhan...," Gumam Yizhan lirih.

"Suatu hari, Yi akan bertemu dengan ayah Zhanzhan," Ujar Yibo seraya mengelus pelan kepala sang putra dan kembali menatap foto tersebut dengan rasa sesak.

"Jika ayah Zhanzhan di sini, pasti akan merayakan ulang tahun Yi," Gumam Yizhan yang segera berjalan ke arah box dan membuka barang-barangnya yang berada di sana.

Sontak Yibo memasang wajah datar saat mendengar gumaman dari Yizhan. Senyuman yang semulanya ia pasang berubah menjadi wajah datar dengan sorot mata yang menyiratkan kepedihan.

Yibo meletakkan foto tersebut di atas ranjang kemudian melangkahkan kakinya pergi dari kamar putranya.

"Yibo, aku sudah memasukkan semua barang-barangnya," Ujar Hien seraya tersenyum lebar.

Yibo berjalan dengan terburu-buru tanpa merespon ucapan Hien, bahkan ia pun tidak dapat mendengarnya.

"Eh? Ada apa dengannya?" Gumam Hien bingung saat melihat Yibo berjalan tergesa-gesa dengan pandangan lurus ke depan tanpa memperdulikannya.

Yibo masuk ke mobilnya dan melaju dengan kecepatan tinggi. Ia menerjang jalanan yang lumayan ramai sore itu tanpa mempedulikan keselamatannya.

Setelah 20 menit menempuh perjalanan, Yibo memberhentikan mobilnya di sebuah pemakaman. Yibo segera keluar dari mobil kemudian berjalan ke arah pemakaman yang terletak di pojokan.

Yibo duduk di depan pemakaman tersebut dengan tatapan sendu, kemudian ia menangis terisak-isak tanpa suara. Rasa sesak yang masih sama pada saat itu kini kembali ia rasakan.

"Aku merindukanmu..."

Yizhan mengemasi buku-bukunya seraya menggerutu kesal. Ia sangat marah pada ayahnya yang tak pernah merayakan ulang tahunnya.

"Ayah sangat tidak peduli," Ujarnya seraya membanting box yang ia angkat.

BRAGH!

Box tersebut terjatuh dan barang-barang yang berada di dalamnya berserakan.

Yizhan menghela nafasnya kasar kemudian mengemasi buku-buku yang terjatuh. Yizhan kembali memasukkannya ke box tetapi pandangannya tertuju kepada sebuah buku yang sebelumnya ia pegang. Ia kembali mengambil buku tersebut dan melihat penampilannya yang sudah terlihat usang dan berdebu.

"Aku tidak pernah memiliki buku ini" Gumam Yizhan heran dan kemudian membuka buku tersebut.

"Xiao Zhan...," Gumamnya membaca tulisan di halaman pertama. Terlihat tulisan nama ayahnya dengan sebuah lukisan wajah yang bisa dipastikan itu wajah ayahnya, Xiao Zhan.

✿✿✿•••| YZ |•••✿✿✿

Abaikan typo.

Gimana prolog nya?

December [Yizhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang