| 7 |

639 69 1
                                    


Zhan mengobati luka memar di pipi Yibo dengan hati-hati. Zhan merasa sangat bersalah karena abangnya sudah salah paham dengan Yibo.

Lim tak henti-hentinya memandang Yibo dengan tatapan tajam tidak suka, sementara Yibo menatapnya bingung.

"Jelaskan padaku kenapa ada alpha ini di kamarmu?" Tanya Lim menginterogasi Zhan.

Zhan menghela nafasnya panjang dan meletakkan kembali salep pereda nyeri yang ia berikan kepada Yibo ke kotak.

"Kemarin malam Yibo sangat mabuk, aku tidak tahu alamatnya dan berujung membawanya ke rumah, kami tidak melakukan apapun." Jelas Zhan menatap kedua mata abangnya berharap pria itu mengerti dan tidak tersulut emosi lagi.

"Mustahil tidak melakukan apapun, kalian tidur sekamar."

"Gege... Kami benar-benar tidak melakukan apapun." Ujar Zhan lirih.

"Maafkan aku, ini semua salahku." Sambar Yibo yang kemudian berdiri dan membungkukkan badannya hormat.

"Ya! Ini salahmu, kau berpura-pura mabuk untuk mendekati adikku, kan?"

"Gege! Berhenti menuduh yang tidak-tidak."

"Maafkan atas ketidaknyamanannya, tetapi sepertinya akan terlalu buruk jika berpura-pura hanya untuk mendekati Zhan, tidak perlu berpura-pura saya akan melakukannya dengan sadar." Tutur Yibo dengan senyuman tipis kemudian melengos pergi setelah ia membungkuk hormat.

Zhan dan Lim dibuat terdiam, mencerna ucapan yang baru saja Yibo lontarkan.

"Tunggu... Bukankah itu berarti dia akan mendekatiku secara terang-terangan?..." Gumam Zhan tersadar. Ia kemudian bangkit dari duduknya dan berlari mengejar Yibo yang sudah keluar dari rumah.

"Zhanzhan!! Jangan mengejarnya!!" Teriak Lim, tetapi itu tak sama sekali dihiraukan oleh Zhan.

Zhan berlari mengejar Yibo yang hampir keluar dari halaman rumahnya.

"Yibo!!" Panggilnya.

Yibo menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Zhan yang ngos-ngosan.

"Maafkan abangku, kau pasti tersinggung dengan semua ucapannya." Ujar Zhan menatap Yibo dengan rasa bersalah yang teramat besar. Apalagi saat melihat wajah pria itu yang memar.

"Tidak apa, aku mengerti kekhawatiran yang dia rasakan." Jawab Yibo seraya tersenyum tipis.

"Terima kasih, tapi... Ucapanmu sebelumnya..."

"Ya, aku akan mendekatimu mulai sekarang." Seru Yibo dengan percaya diri.

"Hah?..." Zhan menganga tak percaya.

"Aku akan mendekatimu mulai sekarang dan seterusnya." Yibo kembali mengulangi ucapannya dengan pelafalan yang jelas agar pria yang masih melongo tersebut mengerti.

Zhan terpaku dengan jantungnya yang berdebar-debar setelah mendapatkan pengakuan seperti itu. Bisa dipastikan wajahnya sudah memerah layaknya tomat.

"Sampai jumpa sore nanti." Ujar Yibo seraya tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Zhan. Kemudian pria itu melangkahkan kakinya pergi.

Zhan melongo dan tak bisa berkata-kata, ia hanya bisa menatap punggung Yibo yang perlahan tak lagi tampak alias ia sudah pergi.

"Mendekatiku? Bukankah itu artinya dia mengajakku berkencan?" Gumam Zhan yang masih tak percaya, tak menyangka lebih tepatnya.

✿•✿•✿

Sore harinya Zhan memilih melukis di halaman rumahnya, sudah menjadi rutinitasnya untuk mengisi waktu luang, melukis di halaman rumah seraya menikmati angin sepoi-sepoi.

December [Yizhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang