(Bagaimanapun rasa sakit itu membelenggu, selama kamu yakin pada-Nya maka semua akan baik-baik saja)
***
Sudah hari ke-dua semenjak mama Mahyra tak kunjung kembali. Tak ada kabar sama sekali baik dari tante Sinta.Mahyra duduk dengan menyilangkan kedua kakinya di sebuah kursi. Malam ini ia kembali dengan rutinitas menatap langin dari balik jendela kamarnya. Sama sekali tak ada bintang, hanya ada bulan, langitpun terlihat lebih gelap. Waktu menunjukkan pukul delapan malam lewat.
Entah apa yang membuatnya memikirkan secara tiba-tiba perkataan Ghaisan di taman saat mereka bersama. Berarti selama ini laki-laki itu menyukai seseorang.
Selama berada di sekolah yang sama, ia tidak pernah mendengar ada rumor sama sekali mengenai Ghaisan yang dekat dengan perempuan manapun.
Ia sedikit penasaran dengan orang yang laki-laki itu maksud. Tidak ada yang tidak mungkin, barangkali memang Ghaisan saja yang menyembunyikan bahwa ia dekat dengan seseorang, karena tak ingin banyak orang yang tahu apalagi warga sekolah.
Ia pernah menyukai Ghaisan, mungkin rasa kagum. Entahlah Mahyra tak bisa membedakannya. Ia pernah cukup dekat walaupun mereka adalah rival.
Berawal dari sebuah gambar emotikon sampai mereka sering belajar bersama.
Namun suatu hal membuatnya berbeda, tak lagi bisa sedekat dulu. Ia sedih ketika diminta menjaga jarak, padahal ia senang sebab bisa mendapatkan teman baik sekaligus. Bahkan orang tersebut sendirilah yang memintanya.
Flashback
"Ghaisan, hei.." teriakkan yang ditujukan kepada seseorang yang berjalan menjauhi lapangan sekolah.
Mereka baru saja selesai dengan mata pelajaran olahraga. Saatnya kembali ke kelas, namun Mahyra melihat Ghaisan dan akan menyapaikan suatu hal.
"Tunggu.." sayang sekali orang itu tak memperdulikan teriakan seorang Mahyra. Sehingga membuat gadis itu berlari menghampiri laki-laki tersebut.
Ia berjongkok sambil memegang kedua lututnya dengan nafas terengah. Mahyra menegakkan tubuh melihat sosok di hadapannya yang berhenti tanpa ekspresi. Mahyra merasa dongkol entah karena headshet menyebalkan itu.
"Lo enggak dengar ya, dari tadi gue panggil" Ghaisan menggeleng
"Ada waktu enggak, hari ini di sekitar Jl. Cendikia ada perpustakaan baru yang buka, ituloh yang bangunanaya besar banget. Gue lihat hari ini perdana dibuka. Kata orang yang pernah ke sana, di dalam keren banget. Dekorasi dan desainnya cakep-cakep. Ke sana yuk habis pulang sekolah?".
Mahyra menjelaskan dengan cukup antusias. Ia mendapatkan informasi tersebut dari akun instagramnya.
Beberapa kali ia melewati tempat tersebut dan memperhatikan bahwa sebuah perpustakaan yang besar akan berdiri di sana.
Akhirnya terselesaikan dan hari ini adalah hari peresmian sekaligus hari perdana.
"Tahu enggak yang lebih keren, para pengunjung bakalan dapat satu buku bebas pilih"
Mahyra masih bersemangat menjelaskan namun ia kemudian terdiam saat sosok dihadapannya tidak merespon sama sekali.
"Kenapa?" tanyanya memastikan.
Pria itu melepas apa yang terpasang di kedua telingannya. Melirik sekilas kepada Mahyra lalu mengalihkan pandangan pada sekitar.
"Saya enggak bisa" Jawabnya
![](https://img.wattpad.com/cover/365339651-288-k891595.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serambi Doa [REVISI]
Teen FictionMahyra segera berlari, untungnya ia tak pergi jauh. Ia masuk ke dalam gedung, melewati koridor. Sial, kelasnya berada di lantai tiga. Ia menunggu dengan gelisah di depan lift, sampai lift terbuka ia segera masuk dan menekan tombol nomor 3. Ia panik...