Bab 30 Muh. Difran 🌻

8 6 0
                                    

(Terkadang memang perlu ditusuk agar cahaya itu bisa masuk ke dalam hati)

***


Pria itu kembali melajukan mobilnya, selama perjalanan ia kerap memikirkan kondisi perempuan yang ditemuinya di jalanan. Ia hanya berharap semoga Allah memberinya kesadaran bahwa apa yang hendak direncanakannya adalah sebuah kesalahan.

Ia tidak habis pikir dengan seseorang yang menginginkan kematian di saat terpuruk dengan keadaan. Bukankah Allah memberikan cobaan pasti ada maksud dibaliknya. Namun memanglah manusia terkadang melupakan hal tersebut, itulah mengapa seorang muslim diwajibkan menuntut ilmu syar'i agar dengan ilmu itu bisa ia terapkan dan membawanya lebih dekat dengan sang maha pencipta. Ia berharap dan selalu berdoa agar dirinya bisa tetap istiqomah di jalan Allah.

Beberapa menit menempuh perjalanan dari tempat kejadian yang berlalu, pria itu memasuki sebuah kawasan tempat tinggal, bisa dibilang sebuah kompleks.

Rumah ini masih sama, suasana luar masih tetap dipertahankan baik sejak pria itu berkunjung untuk pertama kalinya di tempat ini.

Difran turun dari mobil, melangkah menuju pintu utama rumah tersebut. Terlihat sepi, jika tiada orang maka ia akan menyalahkan diri sendiri sebab tidak mengabarkan bahwa dirinya akan berkunjung.

Saat mengetuk pintu dan memencet bel tak ada sahutan sama sekali. Kedua kalinya, terdengar pintu yang dibuka.

"Aaahh... Mas Difran" perempuan itu terkejut tanpa sadar berteriak kegirangan, sementara pria itu hanya tertawa geli melihat kelakukan keponakannya. Tanpa banyak kata, perempuan itu menariknya masuk.

"Umiii, Abiii, ada tamu..." Difran menggelengkan kepala melihat kelakuan perempuan yang menyeretnya ini, sangat kurang akhlak. Bagaimana bisa memanggil kedua orangtuanya dengan cara berteriak seperti itu.

Laki-laki itu dipersilahkan duduk dan perempuan itu beranjak dengan cara berlari ke lantai dua untuk memanggil orangtuanya. Difran melihat bagaimana keponakannya menarik tangan orangtuanya dengan tergesah. Mereka menuruni tanggan, lalu Difran ikut melangkah menghampiri.

"Maa Syaa Allah kamu Difran" itu suara kakaknya

Difran mendekat meraih tangan kakak keduanya itu, dan beralih melakukan hal yang sama kepada kakak iparnya. Tak lupa menoel pipi si gembul yang masih berada dalam gendongan.

"Maaf tidak memberi kabar, ceritanya kasi kejutan" Difran nyengir sambil mengatakan itu. Memanglah dia jarang datang walau sekedar untuk berkunjung. Sebab seperti yang ia katakan bahwa, ia akan berkunjung jika memiliki urusan yang penting.

"Kamu memang seperti itu, jarang datang, lupa sama saudara"

Difran hanya tersenyum malu menanggapi, ia pikir bukan alasan seperti itu. Mereka akhirnya duduk di sofa mengobrol tentang apa saja yang bisa dijadikan topik pembicaraan.

"Kahfi tidak datang?" Difran menanyakan keponakannya yang pertama. Keponakannya yang hampir seumuran dengan dirinya.

"Tidak, istrinya lagi hamil tua. Umi bilang kalau mereka tidak harus datang berkunjung, nanti kalau udah mau lahiran kami yang ke sana" penjelasan wanita itu membuat Difran mengerti.

Mereka hanya mengobrol ringan, sampai perempuan yang menyambutnya tadi datang dari arah dapur bersama cemilan dan gelas-gelas berisikan minuman. Ia meletakkan di meja, menyusunya dengan rapi.

"Diminum mas" Difran mengangguk lalu mengambil gelas yang berisikan minuman. Memanglah dia kehausan sejak tadi.

"Mas belum mau nikah ya?" pertanyaan yang membuat Difran terbatuk, ia meletakkan gelas minumannya. Menatap perempuan itu yang sedang cengegesan tanpa rasa bersalah.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang