Bab 4 Emoticon 🌻

77 61 1
                                    

(Kita tidaklah perlu mempertanyakan bagaimana besar kasih sayang Allah, cukuplah dengan melihat diri sendiri)

***


Bunyi ponsel menyadarkannya. Ternyata sedari tadi ia melamun sambil menatap langit malam melalui jendela kamarnya. Terlalu asyik mengenang kisah lalu sampai ia tak menyadari jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

Setelah menyentuh tumpukan buku di mejanya beberapa jam lalu sukses membuatnya pening.

Ia bangkit dari duduknya, setelah menyeka kedua pipinya. Berjalan menuju tempat benda persegi panjang itu berbunyi.

Ternyata panggilan tak terjawab dari temannya, ada beberapa pesan darinya juga. Ia kembali terduduk di kasur, masih memegang ponsel itu.  Matanya menatap jelas apa yang tertera pada aplikasi hijau itu. Sebuah nomor yang begitu ia kenal.


Pesan Baru

+6282340xxxxx
Mahyra, kamu baik-baik saja?

Begitulah isi pesan yang ia lihat dari tampilan layar ponselnya. Pesan yang tidak ia buka sama sekali, pesan dari kontak yang tidak tersimpan namun begitu ia kenal, pesan yang menanyakan kabarnya. Padahal untuk apa dia menanyakan hal itu. Bukankah jelas tanpa harus diungkapkan.

Ia memilih mengabaikan pesan itu, keluar dari aplikasi dan meletakkan poselnya.

Banyak hal yang dilalui hari ini, membuat tubuhnya lelah dan tak bersemangat.

Ia menghempaskan tubuh kecilnya di atas pembaringan, menatap langit-langit kamar sampai membawanya pada suatu kejadian yang telah berlalu.

.

.

Flashback

"Hari ini silahkan kumpulkan PR kalian"

Sang ketua kelas berdiri, lalu berjalan menuju satu per satu meja untuk mengumpulkan buku yang diminta oleh guru.

Kelas yang berjumlah 30 siswa, merupakan kelas unggulan dari kelas lainnya. Sarang para kutu buku dan para pemuja nilai tinggi.

Barisan kedua dari depan, adalah tempat duduk Mahyra bersama satu-satunya sahabat yang ia punya, Nam.

Mahyra memberikan buku bersampul ungu tersebut kepada ketua kelas saat sosok itu berhenti di samping mejanya.

Tak ada obrolan apapun diantara mereka. Usai menyerahkannya, Mahyra kembali fokus pada apa yang akan disampaikan oleh guru.

Tumpukan buku itu telah berada di hadapan guru, sosok pengajar yang dikenal tidak pelit penjelasan. Label guru terkece bahkan jatuh padanya.

"Muh. Fauzan" terlihat murid itu melangkah menuju meja guru, sepertinya hendak mengambil buku yang diberikan untuknya. Rupaya PR kali ini akan diperiksa secara bersama-sama.

Satu persatu nama siswa disebut  begitupun dengan Mahyra.

"Punya siapa?" hendak meraih buku yang di pegang Mahyra. Namun Mahyra menepis tangan sahabatnya itu, Ia menatap Nam

"Buku si Idol sekolah" bisik Mahyra ditelinga Nam.

Nam hanya mengangguk lalu menegakkan punggungnya untuk lebih fokus kepada buku yang berada di tangannya.

Nam berpikir siapa pemilik buku lusuh dan jelek ini kalau bukan si Fajar yang sembrono itu. Kenapa bisa terdampar di kelas ini, mungkin dia memiliki jampi-jampi sampai bisa lolos pikirnya. Tidak mau memikirkan hal lain, Nam menggelengkan kepalanya.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang