Bab 16 Rival 🌻

29 20 0
                                    

(Bukan salah kamu jika tak bisa melakukan sesuatu dengan sempurna. Tapi harusnya kita membatasi ekspektasi yang terlalu berlebihan)

***

Suasana kelas sudah semakin ramai yang tadinya hanya terdiri dari beberapa anak, kini diperkirakan telah hadir secara menyeluruh.

Mahyra telah duduk manis di mejanya, peralatan alat tulis telah tersedia di depannya.

Mahyra memang berada di kelas, namun pikirannya kemana-mana. Ia menoleh ke arah kanan, melirik sekilas pada pria yang sibuk mencoret-coreti bukunya dengan sebelah headshet terpasang di telinganya. Mahyra berpikir jika pria itu sedang menggambar.

Ia hendak mengatakan sesuatu tapi seketika ia tahan, sebab ia merasa ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya.

Mahyra kembali merapikan posisi duduknya, hari ini adalah mata pelajaran kalkulus. Mengupas tuntas perihal integral dengan lipat tiga sampai integral limit. Mahyra berpikir apakah untuk masuk perguruan tinggi harus mengerjakan soal sulit seperti ini. Ia saja tidak yakin, namun ia pun tidak tahu bagaiman proses seleksi untuk masuk universitas dengan predikat terbaik.

.

.

Bu Tamara memasuki kelas seperti biasanya. Seketika suasana menjadi hening, seakan tahu bahwa inilah saatnya mereka fokus.

Mahyra sendiripun berusaha untuk fokus, memilih mengesampingkan pikiran-pikirannya yang meleset jauh dari ruangan ini.

Sesuatu menyenggol kaki kirinya membuat ia melihat ke arah tersebut. Rupaya sebuah kaki, ia menoleh ke arah kiri dan disana pria dengan senyuman di wajahnya sedang menatapnya di suasana hening seperti ini.

Mahyra mengkode dengan mengangkat dagunya. Namun pria itu hanya diam dengan senyuman yang masih sama. Mahyra enek melihat itu, dan memilih memutar bola matanya malas lalu kembali menghadap ke arah papan tulis.

Selama pelajaran berlangsung, Mahyra sangat sulit untuk fokus bahkan ia sering melamun menatap buku catatan di depannya. Sampai pelajaran selesai ia tak tahu jika bu Tamara telah keluar beberapa menit yang lalu.

Mahyra melihat sekitarannya, semua masih berada di kelas. Mahyra sedikit meregangkan otot-ototnya, terutama di bagian jari jemarinya. Waktu istirahat pertama telah berlangsung, dan ia akan menggunakan kesempatan ini untuk bertanya pada sosok di samping kanannya. Namun ternyata orang itu tiada di bangkunya, sehingga Mahyra harus keluar mencarinya.

.

.

Ghaisan terlihat di sana di sebuah tempat makan di lantai satu. Ia duduk bersama dengan seorang perempuan yang Mahyra tidak kenal. Apakah Mahyra harus ke sana, bagaimana jika ia menganggu mereka.

Namun Mahyra memiliki kepentingan dengan Ghaisan. Mahyra tidak tahu harus bagaimana, ia mondar mandir di luar tempat tersebut. Sampai seseorang memanggil namanya.

"Mahyra" Mahyra yang mendengar itu menoleh dan mendapati Ghaisan di sampingnya. Ia bingung apakah laki-laki ini melihatnya.

"Tadi saya melihat kamu mondar mandir dari balik kaca"  ya ampun Mahyra seakan lupa jika ia bisa saja jadi perhatian orang,

Mahyra menggerutu dalam hati. Mahyra sedikit terkekeh untuk menutupi rasa malunya.

"Sebenarnya ada yang mau gue tanyakan ke elo, tapi gue takut menganggu" jelas Mahyra.

Mahyra dapat melihat wajah Ghaisan yang seakan kebingungan dengan ucapan Mahyra.

"Atau nanti saja, lo samperin aja pacar lo di sana, kasihan harus menunggu" sambung Mahyra

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang