Bab 21 Dia 🌻

25 16 0
                                    

(Bersyukurlah saat dimana kamu merasakan kesedihan tapi masih bisa tersenyum untuk menutupinya)

***


"Ghaisan" panggil Mahyra membuat
Ghaisan berhenti tertawa, pria itu menyahut seadanya atas panggilan tersebut. Tak lupa sosok itu mengambil Ice cream di tangan Mahyra, membuat Mahyra menatapnya lalu bergantian pada benda tersebut. Rupanya Ghaisan membuka bungkusannya, lalu menyerahkan kepada Mahyra.

Mahyra pikir  pipinya mungkin sedikit memerah, ia mengambil Ice cream itu dan mencicipinya sebelum ia kembali bertanya.

"Kemarin lo ke lokasi ujian sendiri?" Mahyra memilih menatap ke depan

"Iya"

Mahyra kmasih sibuk dengan Icenya

"Terus perempuan yang sama lo siang itu siapa?"

Tiada jawaban terdengar hingga membuat Mahyra menoleh. Ghaisan terdiam dan berselang tak menjawab apapun. Mahyra semakin penasaran dibuatnya, bukankah jika ia tidak mendapat jawaban maka itu berarti dugaannya benar jika perempuan itu adalah orang yang selama ini Ghaisan maksud.

Mahyra menelan ludah dengan kasar, ternyata mengetahui kenyataan itu bisa memberinya efek nyesek di dadanya. Tapi Ghaisan masih terdiam, tidak memberikan reaksi apapun.

"Lo dengar gue San?" Mahyra mencoba bertanya kembali, namun kali ini ia sedikit menarik baju pria itu tepat di lengannya.

Pria itu menoleh sesaat sebelum kembali menatap ke depan.

"Dengar kok" jawab pria itu

Suasana kembali dingin, tiada kelanjutan dari pertanyaan Mahyra. Mahyra ingin bertanya lebih tepatnya memperjelas namun sepertinya Ghaisan tak akan menjawab. Mungkin itu adalah privasi yang tak boleh diketahui.

"Dia kan orang yang lo maksud..."

Ghaisan menoleh saat Mahyra mengatakan itu. Pria itu seakan menunggu apa yang akan dikatakan Mahyra selanjutnya.

"Orang yang buat lo berat buat ninggalin Indonesia kan"  entah kenapa Mahyra melihat wajah pria itu yang berubah mendung, seakan ada kesedihan di sana.

"Maaf, gue enggak bermaksud bikin lo sedih" lirih Mahyra, ia sedikit menunduk merasa tatapan yang diberikan Ghaisan adalah panah untuk dirinya yang bisa mengartikan bahwa ia hanyalah berharap sendiri.

"Waktu semakin dekat dan saya belum memantapkan hati"

Mahyra perlahan mengangkat kepalanya. Menengar pria itu bersuara membuatnya ingin menyelami mata coklat pekat itu. Mencoba merasakan apa yang dialaminya.

"Selama ini saya juga enggak bisa melakulan apapun untuknya, walau tahu bagaimana kondisinya. Saya.." pria itu menarik napas dalam seperti begitu berat untuknya.

"Apa perempuan itu tahu?" Ghaisan menggeleng sebagai jawabannya.

"Dia bahkan enggak tahu perasaan saya" lanjutnya

Seperti ada yang patah, sesuatu yang berasal dari diri Mahyra. Kenyataan bahwa ternyata Ghaisan menyukai orang lain membuatnya merasakan sesak dan sakit.

Mahyra ingin menangis tapi sekuat tenaga ia tahan.

"Selama ini saya tahu dia tak pernah baik-baik saja. Tapi saya enggak bisa melakukan apapun untuknya. Saya tidak bisa melindunginnya, padahal dia butuh seseorang"

Mahyra bisa melihat ada perasaan sakit di sana, di mata pria yang sedikit berembun. Sungguh Mahyra bisa mengetahui jika pria di sampingnya itu sangatlah menyukai sosok yang dimaksud.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang