Bab 2 Kabar Baik? 🌻

86 60 7
                                    

(Allah memberimu ujian itu berarti Allah tahu kalau dirimu itu kuat)

***

Menatap bangunan di depannya membuatnya menghela nafas. Perlahan kakinya melangkah semakin dekat dengan bangunan itu. Tempat dimana ia dibesarkan oleh kedua orang tuanya, tempat dimana ia tumbuh dan berkembang sampai ia yang sekarang.

Mahyra menghentikan langkahnya tepat di depan pagar besi yang menjulang di hadapannya, ia tak lupa menarik nafas Berkali-kali untuk meredam rasa yang berkecamuk di dadanya. Langkahnya semakin membawanya menuju pintu bercat putih itu.

.

.

Saat melewati pintu utama, seketika Ia mematung melihat apa yang ada di depannya. Keluarga besar yang tengah berkumpul dengan canda tawa di sana, begitu bahagia pikirnya.

Adakah yang ia lewatkan, sepertinya mereka tak menyadari kehadiran Mahyra yang sudah semakin dekat menuju mereka yang berkumpul di ruang tamu.

"Mahyra sini" akhirnya salah-satu diantara mereka menyadari kehadiran dirinya.

Pria tinggi itu melambaikan tangan memintanya untuk mendekat.

"Baru pulang?" tanya pria itu

"Iya"

"Dari mana?" itu suara wanita yang hari ini tak ingin ia temui. Ia tidak bisa menerima apa yang akan ia dapatkan setelah bertemu dengannya.

Mahyra berbalik hendak menjauh sebelum wanita itu menarik tangannya dan membawanya duduk di sofa kosong yang tersisa.

"Mama minta maaf ya, enggak bisa hadir tadi. kakak kamu bakalan ke Singapura, jadi mama bantu buat persiapannya sebelum berangkat besok. Kakak kamu di sana akan mengambil spesialis."

perempuan paruh baya ini menjelaskan sembari menuangkan minuman berwarna orange ke dalam gelas kemudian memberikannya pada Mahyra.

Mahyra tentu mengangguk saja, sesekali menyeruput minuman yang telah diterima dari mamanya. Sampai terdiam dengan kalimat yang keluar kembali dari mulut wanita itu.

"Gimana, masih aman kan. Soalnya ini penentuan terakhir kamu di sekolah. Apa kata orang kalau kamu enggak bisa mempertahankan predikat juara kamu" Mahyra masih belum menatapnya, kembali meneguk minuman di tangan dan meletakkannya di atas meja.

Kedua saudaranya yang duduk di sudut sofa sana tengah menatap ke arahnya, ada bibi dan suaminya dan juga anaknya seakan menanti apa jawaban yang akan keluar dari mulut Mahyra.

Di depannya ada sepupu, anak dari saudara ayah, ia tak menatap Mahyra tapi pasti telingannya menangkap jelas maksud pertanyaan tersebut.

Satu-satunya orang yang selalu menanyakan kabar Mahyra selain dari papa.

Mahyra berdehem pelan untuk membuat dirinya rileks, lalu tersenyum dan menatap tepat di kedua mata mamanya.

"Mahyra tetap mendapatkan predikat terbaik Ma" menanti responnya dan benar, ia akan selalu seperti itu

"Berapa?" Mahyra tahu ada raut aneh diwajah sang penanya seakan mampu membaca pikirannya bahwa ia tidaklah sesuai dengan apa yang dia harapkan.

"kamu peringkat berapa?" ia kembali menanyakan hal yang sama.

"dua ma" final Mahyra terjawab sudah. Ia memalingkan wajah dan menghembuskan nafas gusar

"Kenapa bisa sih, ini pasti karena kamu pas lesnya gak serius. Kok bisa sih, ini penentuan akhir loh dan kamu gak bisa mempertahankannya".

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang