(Kamu punya kendali juga atas dirimu, saat kamu tak membiarkan rasa sakit itu menyerangmu maka kamu takkan mengalaminya)
***
Selama perjalan pulang Mahyra terus memikirkan siapa sebenarnya yang mengirim pesan tersebut. Jika itu bukan Ataya ataupun Ghaisan lalu siapa orangnya.
Haruskah Mahyra meminjam ponsel mamanya dan menyalin nomor si pengirim pesan. Justru itu terdengar solusi yang baik, namun menjalaninya adalah sebuah tantangan besar.
Apakah mungkin salah-satu dari keduanya ada yang berbohong, Mahyra sampai penat memikirkannya.
.
.
Mobil telah memasuki pekarangan rumah, Mahyra turun dan bersegera masuk ke dalam. Rupanya suasana masih sama seperti dulu, selalu saja terlihat sepi. Mungkin saat Mahyra masih kecil, di jam seperti ini ia bersama keluarga akan menghabiskan waktu di ruang keluarga. Bercanda gurau sambil menikmati hidangan makanan ringan buatan mama. Sekarang ia tidak akan pernah lagi bisa merasakan suasana kebersamaan itu.
.
.
Mahyra memutar gagang pintu kamarnya yang tidak terkunci. Ia sedikit kaget melihat mamanya duduk di meja belajarnya menghadap ke arah deretan buku pelajaran. Mahyra sempat terdiam namun segera melangkah seraya menyapa mamanya.
"Apa ada sesuatu ma?" ucap Mahyra sambil meletakkan tasnya di atas meja belajarnya. Tiada jawaban untuk pertanyaannya.
Mahyra memilih duduk di pinggiran kasur, menunggu apa yang akan disampaikan wanita itu. Ini kali keempat mamanya datang seperti ini ke kamarnya.
Mahyra sudah bisa menebak jika suatu hal buruk telah sampai ke telinga beliau. Baru-baru ini saat dia tidak mampu mempertahankan predikat juara satu itu. Saat ia memiliki nilai ujian 80 di mata pelajaran Matematika, adapun selebihnya ia terlupa.
Wanita itu berbalik menatap Mahyra dengan raut wajah datar. Mahyra balik menatap mamanya dengan perasaan cemas, ia menautkan kedua tangannya untuk mengurangi rasa cemas itu.
Mahyra menutup matanya saat lembaran kertas dilemparkan di depan wajahnya, Mahyra refleks dengan segera menutup mata. Lalu membukanya kembali, ia bisa melihat lembaran kertas yang memiliki tulisan di sana.
Mahyra memungut kertas yang terjatuh di hadapannya, membaca apa yang tertulis di sana.
(Laporan hasil belajar harian Kelas Unggulan Academic Bimbel)
Kertas hasil belajar dirinya selama mengikuti les, tertera dirinya absen dan sehari dalam hal keterlambatan. Sekarang ia tahu apa yang membuat mamanya menemuinya. Ralat, bukan menemui melaingkan menunggunya di kamar."Jelaskan!" suara itu dingin menusuk gendang telingannya.
Mahyra tidak tahu harus menjelaskan apa, ia di satu sisi merasa takut sebab telah berbohong. Lebih tepatnya apa yang harus ia jelaskan. Sementara kejadian kemarin, ia bahkan tidak tahu siapa pengirim pesan itu.
Sekarang posisinya menjadi serba salah, saat ia mengakui dirinya bolos, lalu apa yang akan ia jawab saat mamanya membahas mengenai isi pesan tersebut.
Ternyata orang itupun tidak membantunya sama sekali, melainkan menambah beban pikirannya.
"Itu ma.." Mahyra terdiam
"Jawab!" nada itu mulai meninggi sehingga membuat Mahyra terlonjak kaget. Ia gelagapan.
"Maa.. Itu, Mahyra bolos"
Mamanya mendekat, mencengkram bahu Mahyra kuat sehingga membuatnya berdiri dari duduknya. Ia menatap mamanya dengan eksperesi meringis akibat cengkraman itu. Bahunya masih ditekan kuat, dan semakin membuat Mahyra kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serambi Doa [REVISI]
Novela JuvenilMahyra segera berlari, untungnya ia tak pergi jauh. Ia masuk ke dalam gedung, melewati koridor. Sial, kelasnya berada di lantai tiga. Ia menunggu dengan gelisah di depan lift, sampai lift terbuka ia segera masuk dan menekan tombol nomor 3. Ia panik...