Bab 26 Duka 🌻

8 5 0
                                    

(Selagi masih hidup itu berarti masih memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik)

***

Setelah bertemu Ataya lalu masuk pada jam terakhir, sekarang Mahyra dalam perjalanan pulang. Iya mengendarai sebuah mobil yang disetir oleh supirnya.

Sebenarnya Ataya menawarkan diri untuk mengantarnya pulang namun Mahyra menolak. Ia berpikir Ataya itu sudah sangat sering membantunya, dan ia tidak ingin menjadi orang yang akan selalu bergantung. Memanglah itu tergantung pada individu tapi iya tidak ingin membebani orang lain.

Mahyra tak pernah menyadari jika ia semakin beranjak dewasa sejalan dengan bergantinya waktu, ketika ia mengingat awal bagaimana dirinya menjalani hari-hari pertama masa perkuliahan.

Lalu sekarang dimana ia telah memasuki semester lima. Ia cukup puas dengan perubahan yang dialaminya selama ini, ia mulai belajar bagaimana untuk mengasingkan perasaan saat lingkungan tidak menerima dirinya. Bagaimana ia bisa sedikit bersikap lebih acuh atas respon mamanya.

.

.

Mahyra merasa aneh saat banyak mobil di depan rumah, ia bahkan tak yakin jika hari ini mamanya mengundang teman-temannya.

Hatinya berdebar saat melihat salah-satu mobil yang terpakir adalah mobil polisi dan ambulans. Ia turun dari mobil, melangkah ke arah pintu rumah.

Di sana banyak warga kompleks berkumpul, Mahyra mencoba menerobos untuk masuk lebih dalam.

"INI KAN YANG MAMA MAU"

Teriakan yang sangat Mahyra kenal, ia berjalan ke sumber suara. Ia lebih mendekat dan apa yang ia lihat membuatnya tak bisa mengatakan apapun, tubuhnya membeku oleh pemandangan di hadapannya.

Nafasnya seolah tercekat, ia sulit menghirup udara. Tangannya terkepal kuat, ia tak bisa melakukan apapun.

"HAHAHA DIA UDAH JADI DOKTER SPESIALIS MA, DIA BERHASIL"

Mahyra menyaksikan bagaimana kakaknya menunjuk pada sekujur tubuh yang ditutup oleh kain. Sementara wanita itu terduduk menutup telinga tak berniat mendengar segala penuturan anakanya.

Mahyra  mengelak atas semua pemikiran yang menghampirinya. Ia tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan.

"DiA UDAH WUJUDKAN IMPIAN MAMA BUKAN,  HAHAHA TAPI DIA CAPEK, DIA MAU ISTIRAHAT"

Wanita yang berteriak memilukan, mengadukan semua rasa yang selama ini ia pendam.

Khansa beranjak mengambil sesuatu di dalam sebuah kotak, melemparkannya di hadapan wanita berusia 40 tahunan itu yang masih menutup telinga sambil menggelengkan kepala.

Praangg

Bingkai-bingkai itu pecah, berserakan.

Orang-orang sekitar hanya menyaksikan seakan memberi ruang untuk Khansa mengeluarkan semua apa yang ia rasa, polisi bahkan tak melerai.

Sertifikat kelulusan, piagam penghargaan kelulusan milik saudara tertuanya. Medali dan pernak pernik kemenangan lainnya berceceran di lantai.

Mahyra melihat saudaranya itu memungut satu diantaranya, mendekat ke arah mamanya yang tak mengatakan apapun.

Khansa terduduk, mengambil paksa tangan wanita itu yang sedari tadi menutup telingannya.

"Ini Ma, ambil. Ini yang mama mau bukan. Silahkan umumkan mama bangga terhadap prestasi anak anda, umumkan "  mamanya dipaksa memegang piagam, piagam yang hanya tertinggal lembarang tanpa bingkai.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang