Bab 20 Hari Terakhir 🌻

21 16 0
                                    

(Apa yang membuatmu ragu pada-Nya, bukankah sehelai daun yang terjatuhpun atas kehendakNya)

***

"Gue kepikiran terus" wanita itu duduk di loteng sebuah kamar dengan selimut tebal membungkus tubuhnya Malam terasa sedikit dingin namun membuat Mahyra tak beranjak dari duduknya.

Berteman dengan kue Gabing fla dan susu coklat hangat. Panggilan yang terhubung dengan seseorang di seberang sana menemaninya di kesunyian dan kegundahan yang menerpa hatinya.

"Artinya lo itu masih suka" suara di seberang sana membuat Mahyra mengigit bibir bawahnya, rasanya ia sudah lama melupakan perasaan itu. Tapi mengingat kejadian siang tadi membuatnya kepikiran.

"Enggak tahu ahh, besok gue ke sana yaa...kita ngobrol" setelah beberap menit percakapan mereka, akhirnya Mahyra menyudahi obrolan bersama Nam sahabatnya. Ia menoleh ke arah gelas di atas meja yang sudah dalam keadaan kosong. Mahyra berdiri melepas selimut di tubuhnya, mengambil gelas sekaligus toples biskuit, tak lupa ponsel dan membawanya masuk ke dalam kamar. Udaranya cukup dingin, tak baik untuknya betah berlama-lama di ruangan terbuka.

.

.

Sekarang Mahyra berbaring di atas kasur, sesekali terduduk lalu berbaring kembali, bahkan mengguling-gulingkan dirinya akibat perasaan yang membuatnya resah. Ia berpikir apa yang harus ia lakukan untuk membuat perasaannya membaik.

Mahyra kembali terduduk dan bersandar di headboar tempat tidurnya. Menatap ponsel di tangannya yang menampilkan sebuah pesan percakapan dari nomor yang tidak tersave. Bukan sebuah percakapan sebab hanya dilakukan oleh satu orang saja tanpa ada balasan dari pihak penerima.

Mahyra melihat isi pesan terakhir orang tersebut, rupanya terakhir kali pria itu mengirimkannya pesan saat hari kelulusan mereka, hari dimana pengumuman siswa berprestasi diumumkan.

Mahyra berpikir apakah dirinya harus menanyakan langsung pada Ghaisan, siapa perempuan yang bersamanya tadi. Jika ia melakukan itu bukankah ia akan terlihat dan sangat kentara jika mungkin memiliki perasaan kepada laki-laki itu.

Mahyra menggelengkan kepala, ini tidak mungkin untuknya. Namun ia bingung harus bagaimana.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya Mahyra memutuskan untuk mengirimkan pria itu pesan singkat.

Ruang obrolan


Anda
Ghaisan bagaimana ujiannya?

Mahyra menekan tombol send kemudian menutup obrolan mereka, ia menelengkupkan wajah di atas bantal dengan perasaan gusar. Ia masih berpikir apakah yang dilakukannya sudah benar atau salah.

"Astagaaa!!" Mahyra tersentak kaget akan pemikirannya, perempuan itu buru-buru mengambil ponsel yang ada di dekatnya, membuka aplikasi berwarna hijau dengan simbol gagang telepon. Berharap orang tersebut belum membaca isi pesannya.

"Sial" Mahyra merutuki dirinya, sudah tak bisa mengatakan apapun. Centang dua pesan tersebut telah berubah menjadi biru, yang berarti si penerima pesan telah membacanya.

Mahyra membuka obrolan itu lagi, menekan lama isi text yang ia kirim dan mengecek kapan pria itu membaca pesannya. Pesan darinya dibaca sudah tiga menit yang lalu, namun belum ada balasan sama sekali.

Mahyra kembali dirundung perasaan gelisah, pesannya bahkan tidak dibalas oleh Ghaisan. Itu membuatnya uring-uringan dan berpikir kenapa. Mahyra mencoba menunggu kembali, mungkin pemilik ponsel sedang sibuk.

Mahyra menatap ruang obrolan mereka, mewanti jika tiba-tiba pemiliknya kembali online dan akan mengirimkan balasan kepadanya.

Lewat dari sepuluh menit namun tak ada balasan apapun dari Ghaisan. Mahyra benar-benar tak habis pikir, perasaannya dongkol.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang