(Kita tidak akan bisa memastikan bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Tapi kita bisa memastikan bahwa usaha tidak akan gagal dalam memberikan pelajaran)
***
Hari berganti hari dilalui, begitu banyak kisah yang telah tertoreh memberikan setiap insan pelajaran berharga. Memilah untuk menjadikan masa lalu sebagai wadah diri memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Mahyra duduk dengan rasa gugup dan cemas akan penantian hasil pengumuman untuk tahap seleksi kelulusan. Apakah ia mampu diterima di universitas impiannya atau justru ia akan masuk melalui jalur lain. Ia cemas berharap semoga kali ini Tuhan mau berpihak kepadanya.
Mahyra fokus menatap layar ponselnya yang menampilkan perhitungan mundur dari jadwal pengumuman tersebut. Disampingnya ada Nam yang menatapnya dengan raut muak, bagaimana tidak, Mahyra di menit ke sepuluh pandangan wanita itu hanya tertuju pada benda tersebut.
Sementara Nam disampingnya di cuekin seperti tidak dianggap.
Mereka sekarang berada di kamar Mahyra, duduk selojoran di atas karpet berbulu dengan beraneka ragam cemilan di sekeliling mereka.Nam telah datang dari semalam, mereka memang telah membuat kesepakatan untuk menginap di rumah Mahyra. Jadilah hari ini mereka tetap di kamar tanpa harus kemana-mana.
.
.
Seminggu yang lalu mama Mahyra telah keluar dari rumah sakit, namun mamanya masih menjalani masa pemulihan. Sehingga wanita itu masih di rumah dalam rangka istirahat.
Mahyra sendiri memohon kepada Nam untuk tinggal dan menginap semalam saja di rumahnya. Ia tak ingin jika hasil pengumuman itu ia nikmati sendiri, baik jika ia lulus ataupun gagal.
"Nam gue takut" Mahyra berkata sambil menanti waktu yang dua menit lagi untuk pengumuman tersebut.
"Gue yakin kok, lo bisa. Apapun hasilnya lo harus yakin kalau mungkin jalan yang Allah kasi itu bukan lewat ini"
Mahyra mendengar itu seksama, walaupun pandangan tak pernah lepas dari benda persegi panjang tersebut.
1 menit
30 detik
3 defik
Mahyra dengan hati berdebar tak karuan memilih menloginkan akunnya untuk melihat pengumuman tersebut. Ia kemudian menatap latar ponselnya.
Mahyra terdiam dengan air mata di kedua pipinya. Ia tak bisa membendung haru itu.
"GUE LULUS NAM!"
Mahyra berjingkrat dengan air mata masih di pipi, Nam terkejut sambil menutup kedua telingannya. Nam bersyukur dengan kabar tersebut namun iapun harus mengelus dada dengan teriakan itu.
Temannya itu turut berdiri dan ikut senang atas keberhasilan Mahyra. Mereka berpelukan dalam nuansa penuh bahagia. Kali ini Tuhan berada di pihaknya.
.
.
Raut wajah senang, Mahyra keluar untuk menyampaikan hal tersebut kepada mamanya. Ia sekarang tepat di depan pintu bercat putih itu.
Mahyra meninggalkan sahabatnya di kamar, ia tak ingin mengajak Nam, ia tidak ingin sahabatnya itu menyaksikan semuanya sebab, belum tentu ekspektasinya akan sesuai dan dirinya tak ingin Nam menyaksikan itu secara langsung.
Pintu itu terbuka menampakkan sosok wanita yang Mahyra tunggu. Mahyra tersenyum, tanpa berkata apapun Mahyra menyerahkan ponselnya untuk memperlihatkan kepada mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serambi Doa [REVISI]
Ficção AdolescenteMahyra segera berlari, untungnya ia tak pergi jauh. Ia masuk ke dalam gedung, melewati koridor. Sial, kelasnya berada di lantai tiga. Ia menunggu dengan gelisah di depan lift, sampai lift terbuka ia segera masuk dan menekan tombol nomor 3. Ia panik...