Bab 15 Siapa? 🌻

42 28 2
                                    

(Manusia itu adalah tempat dirimu akan dikecewakan selama harapan itu kamu gantungkan pada manusia, tapi saat harapan itu kamu gantungkan sama Allah, kamu gak akan pernah kecewa)

***

Langit berubah kelam, bintang-bintng bermunculan. Matahari telah berlalu dan tergantikan dengan rembulan. Saat ini Mahyra dan Ataya singgah di sebuah warung makan dalam perjalan pulang mereka.

Sepeninggalan mereka dari rumah bi Ima, Mahyra yang mengenakan pakaian dari anak bi Ima yang perempuan, sementara Ataya memakai pakaian dari anak laki-lakinya. Mereka menyempatkan mengisi perut di warung bakso seberang jalang.

Seharian beraktivitas membuat mereka kelaparan. Mahyra menyisahkan sedikit bakso di dalam mangkuknya, ia merasa sudah kenyang. Sementara Ataya masih sibuk menghabiskan makananya.

Mahyra mengeluarkan ponselnya, lalu menghidupkannya. Layar menyala menampakkan foto seorang laki-laki dewasa dan seorang anak kecil yang saling berpelukan. Ataya bahkan sempat meliriknya sekilas namun sesegera mungkin mengalihkan pandangannya saat Mahyra menangkap basah pria itu tengah menatap foto tersebut.

Mahyra terkekeh melihatnya, lalu ia menoel lengan Ataya menggunakan telunjuknya, membuat Ataya menoleh.

"Ini foto papa gue" Mahyra menunjukkan ponselnya, Ataya bergeser lebih dekat untuk melihat foto tersebut.

Selang beberapa menit, Mahyra kembali menarik ponselnya menjauh.

Ataya menatap Mahyra "Anak di dekatnya lucu"

Ataya berucap tanpa ekspresi namun masih menatap ke arah Mahyra.

Mahyra membalasnya dengan senyum. Ia merasa senang jika masa kecilnya dipuji.

"Tapi sekarang kaya dedemit" sambung pria itu sehingga membuat  tawa menyembur dari mulut Ataya.

Mahyra tak terima, ia pun memukul bahu laki-laki itu berulang kali. Sungguh anak ini sepertinya butuh pelajaran tambahan mengenai akhlak dan sopan santun. Mahyra kesal dibuatnya, namun sejurus kemudian ia malah tertawa, akhirnya mereka berdua tertawa bersama.

.

.

Mahyra turun dari motor, ia sekarang berada di kawasan rumahnya. Jam menunjukkan pukul 8 malam lewat 27 menit. Mahyra masih berdiri dengan gelisah, ia baru mengingat kesalahannya. Sebelumnya ia mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Namun sekarang dirinya merasa khawatir.

Ataya memperhatikan Mahyra dan membuatnya sedikit bingung.

"Are you okay?" Ia tak jadi menyalakan mesin motornya saat melihat Mahyra tak beranjak dari tempatnya. Ataya turun dari motor, lalu berdiri di depan Mahyra.

"Gue..." Mahyra menggeleng

"Gak apa, lo pulang, gue juga mau jalan nih. Okay gue duluan ya"

Mahyra berucap sambil melangkah meninggalkan Ataya. Ia berbalik sejenak dan melambaikan tangannya pada Ataya. Ataya yang melihat itu merasa bahwa ada yang tidak beres. Namun pria itu memilih menatap punggung yang semakin mengecil dan semakin menjauh.

.

.

Mahyra dengan perlahan membuka pagar rumah. Perasaannya tidak karuan, apa yang akan ia katakan saat mamanya menanyakan hal ini.

Terlebih ini adalah perkara bahwa ia bolos, ia ingin berbohong. Namun bagaimana bisa, mamanya bukan tipekal orang yang akan mudah percaya.

Gadis itu sejenak menatap bangunan dimana ia berdiri, rumah yang sama saja selalu terlihat sepi dan suram. Terlihat dari luar sepertinya akan membuat orang lain bisa menebak jika penghuninya tidaklah merasakan kebahagiaan.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang