(Ternyata Allah juga telah menciptakan Malaikat yang berwujud manusia)
***
Flashback
Pria berkepala tiga itu tersenyum menatap lembaran-lembaran yang ada di tangannya. Sementara gadis kecil berusia 8 tahun berdiri dengan menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tidak luput dengan senyum yang memperlihatkan gigi susunya.
Anak itu berdiri sejengkal dari pria bersamanya. Anak yang masih mempertahankan senyum seraya memandang sosok di depannya.
Sesekali menghentak-hentakkan kaki, dan melompat kecil sebagai respon tidak sabaran mengenai apa yang akan dikatakan oleh papanya.
Pria itu menutup buku yang diberikan oleh gadis kecilnya, lalu meletakkan di meja yang berada di sampingnya. Ia tertawa melihat tingkah putrinya yang sepertinya terlalu bersemangat.
Tangan itu terulur menyentuh puncuk kepala sang anak, kemudian beralih ke pipi dan sedikit mencubitnya sehingga membuat anak kecil itu tertawa geli.
"Anak papa hebat nih, siapa dulu dong papanya"
"Aku dapat 3 loh pa" tangan mungilnya spontan membentuk angka tiga yang digoyangkan di depan wajah pria itu. Sebelum gadis kecil itu diraih dan didekap dalam dekapan sosok pahlawan.
Mengelus sayang kepala putrinya sesekali memberikan kecupan kecil di sana.
"Kalau anak papa dapat tiga memangnya kenapa?" alisnya terangkat menatap putrinya, gadis itu menggeleng kecil
"Kata mama kan harus 1". jawaban yang diberikan gadis kecil dengan mengembungkan pipinya
"Itukan mama, kalau papa berapa saja. Mau Mahyra dapat 3, 4, 10 , 20, terakhir sekalipun" tawa renyah terdengar disetiap kalimatnya membuat Mahyra menatap dengan merenggut kesal.
"Bukan sampai 20 juga pa, itu juga Mahyra gak mau" akhirnya keduanya saling tertawa.
"Siap untuk hari libur kesayangan papa?, hari ini ayo beli Ice Cream"
Sekarang mereka berjalan dengan Mahyra dalam gendongan papanya.
"Yess" kepalan itu mengudara saking membuat Mahyra bahagia, ia menantikan hadiah-hadiah kecil dari sang papa.
Namun sebelum mereka mencapai pintu keluar, seseorang datang dari arah belakang membuat keduanya berhenti.
"Kemana Mas?"
Masih diam di tempat, wanita itu mendekat lalu mencoba mengambil alih Mahyra dalam gendongan pria itu.
Mahyra memberontak, ia tak ingin ini. Ia akan pergi bersama papanya untuk membeli hadiah kecil, merayakan keberhasilannya.
Semakin erat ia bergelantung pada leher papanya, semakin kuat pula tarikan itu. Pada akhirnya membuat Mahyra menangis.
Melihat Mahyra menangis sontak membuat pria itu menghentikan tindakan istrinya, ia menjauhkan tangan istrinya itu.
"Kami hanya akan keluar sebentar" perkataan itu terucap tanpa menatap istrinya, sekarang ia harus menenangkan Mahyra yang tengah menangis.
"Jangan lama ya mas" wanita itu membalas ucapan suaminya, kemudian beralih pada Mahyra. Memberikan elusan pada surai anaknya, dan mencium pipinya.
Tanpa berkata apapun lagi, pria itu berlalu membawa Mahyra keluar dari rumah.
.
.
Mereka tiba di sebuah taman kota yang tak jauh dari tempat mereka tinggal. Hari ini menjelang sore, suasana terasa lebih cerah.
Pengunjung berlalu lalang menikmati suasana taman sambil memilah beraneka ragam jenis cemilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serambi Doa [REVISI]
Novela JuvenilMahyra segera berlari, untungnya ia tak pergi jauh. Ia masuk ke dalam gedung, melewati koridor. Sial, kelasnya berada di lantai tiga. Ia menunggu dengan gelisah di depan lift, sampai lift terbuka ia segera masuk dan menekan tombol nomor 3. Ia panik...