(Kamu tak perlu membandingkan hidupmu dengan orang lain. Sebab setiap dari kita adalah yang terbaik di hidup masing-masing)***
Rasanya baru saja kemarin Mahyra pulang dari les, sekarang matahari pagi telah kembali menyapa. Ia masih bergelut dengan selimutnya, matanya masih terpejam.
Ia telah bangun hanya saja matanya begitu berat terbuka. Penyebabnya sudah pasti jika semalam ia tidak tidur dengan cepat. Bagaimana ia bisa tidur saat bayang-bayang mamanya serta ucapannya terus tergiang di kepalanya.
Suara ketukan terdengan dari arah pintu. Pastilah itu mamanya, akhirnya dengan cepat Mahyra beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu.
"Baru bangun?" mamanya bertanya dengan ekspresi seperti biasa. Mahyra hanya mengangguk. Jika ia akan dimarahi maka dirinya sudah mempersiapkan diri.
"Mandilah lalu lekas turun" wanita itu berbalik setelah mengatakan kalimat tersebut.
Mamanya memang seperti itu semenjak papanya telah tiada. Sepertinya sosok jiwa keibuan darinya telah hilang. Mahyra tak mau menunggu lama, ia segera mengambil handuk dan lekas masuk kamar mandi.
.
.
Seperti biasa, di meja makan telah duduk saudaranya yang kedua dan juga mama tentunya. Ia kemudian duduk di samping mamanya.
"Lain kali bangun pagi, agar kami tak membuang banyak waktu hanya sekedar menunggumu" itu ucapan mama.
Mahyra tak mempermasalahkan, sebab memanglah benar ia harus belajar untuk bangun pagi. Baiklah ia pikir akan mencobanya nanti. Sekarang mari fokus menghabiskan makanan ini.
"Hari ini mama sendiri yang akan mengantar kamu Mahyra"
Mahyra hanya mengiyakan. Sudah pastilah mamanya akan melakulan apapun agar putrinya itu dapat memenuhi ekspektasi dan keinginan dirinya.
"waktu kamu tidak banyak, jadi persiapkan sebaik-baiknya. Mama kali ini tidak ingin kecewa karena ulah kamu" sang mama mengatakannya dengan sangat lugas tanpa memikirkan bagaimana Mahyra yang selalu diminta untuk sempurna. Mahyra lagi-lagi hanya mengangguk mengiyakan.
Mahyra baru teringat, ia lupa menanyakan sebenarnya mamanya ini dari mana saja.
"Mama dua hari lalu kemana bersama tante Sinta?" Mahyra mencoba menanyakannya dengan sikap tenang, walau sesungguhnya ia sedikit takut.
"Makanlah Mahyra, kamu tidak perlu tahu. Tugasmu hanya belajar dan memberikan yang terbaik" balas wanita itu
Mahyra sudah menebak apa yang akan dikatakan mamanya. Tidak perlu berharap sebab sudah sering terpatahkan oleh kenyataan yang menyakitkan. Mahyra memilih diam dan melanjutlan makannya. Lebih baik ia fokus makan saja.
"Khansa, bagaimana denganmu?" rupanya kakaknya itu sedikit terkejut atas pertanyaan tersebut. Wanita yang ditanya berdehem kecil lalu menjawab pertanyaan itu.
"Pekan depan saya akan mulai mengambil data ma". Mamanya mengangguk saja mendengar jawaban tersebut. Baginya itulah jawaban yang diinginkan dari kakanya.
Kemudian suasana menjadi hening dan yang tersisa hanyalah dentingan sendok dan juga garpu yang beradu.
.
.
Disinilah Mahyra, di dalam mobil bersama mamanya. Kali ini Mahyra memakai pakaian berwarna putih kemeja pendek, masih dengan rok lebar yang juga berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serambi Doa [REVISI]
Novela JuvenilMahyra segera berlari, untungnya ia tak pergi jauh. Ia masuk ke dalam gedung, melewati koridor. Sial, kelasnya berada di lantai tiga. Ia menunggu dengan gelisah di depan lift, sampai lift terbuka ia segera masuk dan menekan tombol nomor 3. Ia panik...