Bab 24 Pamit 🌻

5 4 0
                                    

(Sejauh apapun jarak yang terbentang, kalau nyatanya Allah menakdirkan sesuatu itu untukmu maka itu akan terjaga hanya untukmu)

***

Beberapa pekan kemudia
Mahyra merenovasi tata letak dari kamarnya, ia akan mengubah beberapa penempatan. Ia merasa harus mencoba hal yang baru.

Beberapa hari lagi adalah masa dimana ia akan menjadi seorang mahasiswa. Ia akan merasakan bagaimana menjalani masa orientasi untuk tingkat mahasiswa, berjumpa dengan banyak orang melebihi semasa ia SMA.

Hari sudah siang dan membereskan kamar adalah kegiatan yang cukup menguras tenaga. Sore nanti ia akan keluar untuk membeli benerapa keperluan perkuliahan. Tentu saja ia tidak sendiri, siapa lagi yang akan menemaninya jika bukan Nam sahabatnya.

Membicarakan mengenai Nam, ternyata temannya itu akan melanjutkan pendidikan di kampus swasta dengan jurusan Bahasa Arab. Memanglah sahabatnya itu dari dulu mendambakan jurusan tersebut.

Awalnya ia sedih beranggapan bahwa Nam akan pergi dan menempuh pendidikan jauh. Namun dugaannya salah, sahabatnya itu justru tetap berada dan tinggal di rumahnya. Berhubung kampusnya dekat, dan Mahyra merasa itu kabar yang baik.

Setelah membereskan kamar, Mahyra bersegera membersihkan diri. Ia akan sesegera mungkin berniat untuk tidur sejenak sebelum keluar bersama Nam. Energi itu perlu di cas, dan Mahyra butuh tidur akan hal tersebut.

.

.

Di sebuah kafe, dua orang pria tengah berbincang. Pria satunya dengan ogah-ogahan menjawab pertanyaan pria lainnya.

Namun memang karena pria dengan kaos putih dipadukan dengan kemeja kotak-kotak itu yang memiliki keperluan sehingga haruslah dirinya memiliki extra kesabaran.

Sementara pria dengan jaket kulit hitam itu terlihat begitu jelas enggan dengan pertemuan mereka.

"Buruan ah, gue enggak punya banyak waktu" pria dengan jaket kulit itu berseru.

Belum sampai berapa menit pria itu bergabung, dirinya sudah lebih dulu ingin beranjak.

"Besok gue berangkat"

Sebelah alis pria yang sedari tadi hendak meninggalkan meja itu terangkat. Merasa heran untuk apa pria di hadapannya ini mengatakan itu. Baginya mau kemana pergi si pria dingin ini , itu tidak menjadi masalah buatnya.

"Ya terus?" pria bernama Ataya bertanya dengan malas, pasalnya sepenting itukah ia harus tahu jika pria di depannya akan pergi besok.

Sementara pria yang bernama Ghaisan menghela nafas dalam-dalam.

"Lo kan juga ambil jurusan dan kampus yang sama dengannya, gue mau minta tolong buat jagain dia" pria itu serius mengatakan hal tersebut. Ia pikir ini adalah salah-satu hal yang bisa ia lakukan.

"Tolong hubungi gue" lanjutnya

Sementara Ataya menahan kejengkelan akan pria dihadapannya.

Sedari tadi ia membahas mengenai perempuan yang harus dijagannya, tanpa memberitahu siapa orang tersebut.

Keinginam menjitak kepala pria itu semakin besar ketika ia diminta menghubungi atau memberi kabar kepadanya terkait perempuan tersebut.

"Gue belum bisa ada buat dia" Ghaisan melanjutkan

"Gue.."

Taakk

Ucapan pria itu terhenti akibat ulah Ataya yang memukul meja dengan keras sehingga mengundang tatapan pengunjung lain ke arah mereka.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang