Bab 31 Tertampar 🌻

9 6 0
                                    

(Kamu tidak cukup hanya dengan berharap perubahan tanpa berusaha dan tentunya berdoa. Kalau hanya sebatas keinginan maka kamu hanya akan mendapatkan pahala niat)

***


Gadis itu terduduk di kursi tak jauh dari sebuah masjid, ia baru saja menelpon sahabatnya menggunakan ponsel orang lain yang ia pinjam. Beruntung karena ia memang telah hafal kontak temannya itu.

Melalui perjalanan yang cukup jauh untuk seorang yang berjalan kaki. Beberapa waktu lalu ia telah menyempatkan ke pemakaman papa sekaligus kakaknya.

Kakinya terasa pias akibat berjalan terlalu jauh dan tidak mengenakan alas kaki. Ia tidak membawa apapun, ia bahkan entah kenapa mengikuti naluri untuk beranjak meninggalkan rumah agar suara di kepalanya itu pergi. Sekarang ia tidak tahu harus bagaimana, ia seperti tersesat dan hatinya begitu sempit.

.

.

Tak berselang lama sebuah sepeda motor berhenti di sampingnya, pengendara itu turun dari motor melepaskan helm dan menghampirinya. Perempuan itu terkejut melihat bagaimana penampilah seorang Mahyra yang acak-acakan, sudah seperti orang yang tak waras.

Tanpa berkata apapun perempuan itu memeluk tubuhnya, sementara Mahyra hanya diam tanpa membalas pelukan itu. Tak ada tangisan terdengar dari diri Mahyra, ia bahkan seperti mati rasa untuk mengekspresikan setiap apa yang ia rasakan. Seakan semua rasa itu telah keluar, tanpa menyisahkan apapun.

Berbeda dengan sahabatnya yang sudah menangis tersedu-tersedu.

"Lo kok bisa gini Mahyra" pelukan itu terlepas, perempuan itu menatap dirinya dari ujung kaki hingga kepala. 

"Gue jelek ya"

Tangan perempuan itu melayang pelan di pundak Mahyra, ia masih menangis namun ssedikit tertawa karena ucapan Mahyra

"Lo memang enggak pernah cantik Mahyra, tapi kali ini tolong jangan parah" dirinya tahu bukan itu maksud sahabatnya. Bukan itu yang ingin dia katakan. Mahyra memejamkan mata sejenak lalu menatap ke arah jalanan yang tak jauh dari tempatnya.

Mahyra tersenyum pahit "Gue nyerah" lirihnya

"Kayaknya sampai mati pun, Tuhan enggak bakalan kasi gue kebahagian"

Perempuan di samping Mahyra menggeleng, seakan tidak setuju atas apa yang diucapkan Mahyra.

"Enggak Mahyra, Tuhan sayang sama lo" Nam hanya ingin memberikan dukungan namun seperti ada yang salah.

Mahyra beralih menatap Nam tersenyum lebih miris.

"Bisa lo sebutin  bagian mana di hidup gue yang lo maksud kalau Tuhan sayang" Mahyra berucap remeh terhadap sahabatnya. Dirinya merasa di hidupnya tidak ada yang bisa dijadikan bukti kalau Tuhan sayang sama dirinya.

"Lo masih hidup Mahyra"
Mahyra menggeleng menolak itu

"Lo masih bernafas"
Mahyra terus menggeleng menolak apa yang diucapkan temannya

"Lo masih bisa--"

"ENGAAK ADA NAM....BOOHOONGG!!" Mahyra membentak, ia lelah harus mendengar pembelaan terhadap tuhan atas dirinya. Seakan dirinya yang salah, seakan ia harus menerima semuanya. Mahyra berdiri menghadap sahabatnya.

"Lo enggak tahu apa-apa, lo bahkan enggak di posisi gue Nam, LO GAK TAHUUU!"

bahu perempuan itu naik turun, emosinya tidak stabil. Ia tidak ingin mendengar sesuatu yang menghakiminya. Ia bukan membutuhkan itu. Sementara Nam mematung, ia berpikir dirinya salah. Bukan saatnya mengatakan hal seperti itu, harusnya ia mendengarkan sahabatnya. Ia salah, dan membuat Mahyra terluka.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang