Bab 35 Kembali (END) 🌻

27 9 0
                                    

(Saat kamu berhasil melalui pesakitan dan luka di masa lalu, maka akan engkau dapati dirimu berkata tanpa beban "Terima kasih Tuhan membuatku kuat sampai melewati semuanya)

***


Satu tahun kemudian

Mobil hitam berhenti di depan sebuah bangunan mewah, tepatnya di kompleks pemukiman warga. Seorang perempuan turun dengan gamis hitam yang dikenakannya. Melangkah menuju pagar yang menjulang tinggi disusul oleh seorang pria dan seorang wanita.

Ketiganya melangkah melewati pagar dan berhenti tepat di depan pintu bercat putih. Wanita bergamis hitam itu melihat sekeliling bangunan, tiada yang berubah. Semua masih tetap sama seperti terakhir kali ia menginjakkan kaki di rumah ini.

Ia kembali menatap pintu di hadapannya menarik nafas dalam-dalam sebelum menekan bel yang ada. Tak berselang lama, pintu terbuka menampakkan sosok yang di kenalnya.

"Mbak Mahyra!" wanita tua itu memeluk Mahyra erat, Mahyra membalas pelukan itu. Perempuan itu menagis tak menyangka melihat siapa yang ada dihadapannya.

"Mbak kemana saja, semua hancur mbak. Nyonya sakit dan sekarang di Rumah Sakit Jiwa" mendengar penuturan wanita itu, Mahyra mematung. Benarkah seburuk itu keadaan mamanya yang lama tidak berjumpa dengannya. Apa yang sudah dilalui wanita itu sampai membuatnya sampai seperti ini.

Mahyra linglung, ia hampir terjatuh jika saja tidak ada sahabatnya menahan dirinya.

"Bi... Mama di rawat dimana?" Mahyra bertanya dengan suara lirih
Setelah mendapatkan informasi, ketiganya pamit dan bergegas menuju lokasi dimana mama Mahyra berada.

Di dalam perjalanan tak hentinya Mahyra berdoa agar semuanya baik-baik saja. Selama setahun lebih menyembuhkan luka, ia yakin bahwa inilah saatnya bertemu dengan orang-orang yang berkaitan dengan masa lalu itu. Ia harus berdamai dengan semuanya.

.

.

Ketiganya sampai di lokasi tujuan, Mahyra turun bersama sahabatnya dan juga pria yang telah lama tidak Mahyra jumpai. Pria itu adalah Ataya. Mereka berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit, hingga sampai pada meja resepsionis, Mahyra bertanya atas nama pasien. Tak berselang lama, seorang pekerja di Rumah Sakit tersebut mengantar mereka menuju sebuah ruangan.

Mahyra tak mampu membendung air matanya, ia tidak berdaya melihat kondisi mamanya yang tidak baik-baik saja. Nam memeluk Mahyra untuk memberi kekuatan kepada dirinya. Ia harus kuat, ia tidak boleh lemah.

Mahyra melepaskan pelukan sahabatnya. Melangkah lebih dekat ke arah wanita yamg terduduk di sana. Wanita yang terduduk dengan kaki ysng terpasung. Membuat Mahyra menutup mulut mencoba meredakan isak tangis yang akan terdengan.

Mahyra terduduk di hadapan wanita yang menatap dengan tatapan kosong. Mahyra menarik nafas perlahan.

"Mama.." Begitu lirih sampai membuat bahunya kembali naik turun menahan tangis.

"Ini Mahyra, anak mama" lanjutnya
Sama sekali tiada respon dari wanita di hadapannya. Mahyra mencoba menyentuh tangan itu yang bersilang di atas paha wanita tersebut. Dengan tangan bergetar, Mahyra menyentuh tangan itu.

Ia berhasil, dan rasanya dingin. Perlakuannya membuat sangpunya menatap ke arah Mahyra, jantung Mahyra berdetak begitu cepat. Tatapan mereka bertemu, namun wanita itu tidak merespon apapun. Membuat Mahyra lagi dan lagi menitikan air mata. Lebih menyakitkan melihat sosok yang begitu berharga dalam kesakitan walaupun bagaimana mereka memperlakukan kita. Ia akan tetap menjadi seseorang yang berharga, dan Mahyra merasakan itu.

Serambi Doa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang