PROLOG

3.9K 261 16
                                    

"Istriku."

Bisikan dengan nada berat namun terasa sangat manis kian lembut. Sepasang lengan yang begitu kokoh dan kuat melingkar, menyusup ke perut sang duchess. Lelaki yang belum menggunakan pakaiannya dengan benar itu berbisik-bisik di telinga istrinya yang memerah.

"Kau masih punya tenaga untuk bangun pagi ternyata." Gerakan tangannya mengelus sepanjang pusar istrinya, menaikkan aliran darahnya. Selimut yang membungkus sekitar belahan payudara istrinya berusaha tetap berada ditempatnya, sekiranya tangan-tangan duke penguasa utara itu kian berpindah-pindah tempat sesuka hati.

"Jangan mengacau rutinitas pagiku. Aku butuh udara segar."

"Aku akan memberimu udara segar."

"Uhh... aku bisa mencarinya sendiri."

"Kau tidak harus melakukannya sendiri, aku akan memberikannya." 

Bukan hanya tangannya saja yang menyusup lancang, kini kepalanya juga menyusup diantara bahu dan leher istrinya. Dia mengecup setiap inci perbuatannya tadi malam. Sungguh luar biasa bahwa selamanya dia akan merasakan kenikmatan dunia seperti ini.

Ketika ingin tidur ada istrinya, ketika dia bangun ada istrinya juga. Istrinya ada dimana-mana. Diatas ranjang, di ruang tamu, diperpustakaan, di taman. Dia senang menghafal jadwal istrinya. Dia tau secara rinci apa saja yang akan dilakukan istrinya. Dari bangun tidur, mandi, membaca buku, bekerja, sampai rutinitas yang tidak dia dukung, seperti berkuda menjadi keseharian istrinya. Meskipun dia tidak suka setiap kali istrinya akan menunggang kuda. Dia tidak bisa protes. Itu sama saja menjatuhkan keharmonisan rumah tangga dengan menentang keinginan istrinya. Sudah berkali-kali dia membujuk istrinya untuk tidak lagi menunggang kuda. Dia tidak senang melihat istrinya berkeliaran diluar rumah dengan pakaian yang menunjukkan tonjolan tubuhnya, pakaian berkuda seorang wanita bisa membangkitkaan gairah seorang pria. Dia pernah merayu istrinya untuk menjadikannya saja sebagai kuda. Asalkan istrinya tidak pergi ke pacuan kuda. Dia akan menyerahkan diri dengan cuma-cuma untuk 'ditunggangi' istrinya setiap malam. Bukannya pujian yang dia dapat, dia mendapati tatapan menghina istrinya yang menyebutnya sebagai binatang liar yang lepas dari hutan. Sungguh istri yang mulia.

"Udaranya dingin. Bersediakah istriku yang murah hati ini memberiku kehangatan?"

Tidak tau malu. Sudahlah, diawal menikah pun dia sudah tidak punya harga diri. Seluruh harga dirinya sudah dihisap istrinya sampai tak bersisa. Memohon untuk bisa tidur dengan istrinya bukan lagi bagian dari martabat dirinya. Itu sudah menjadi citra diri yang sesungguhnya dari dalam dirinya. Tidak ada lagi yang ditutupi. Dia diciptakan memang seperti ini.

"Yang mulia, jangan membuatku berpikir bahwa kau tidak akan pernah puas."

Dia senang mengetahui istrinya sangat cerdas. Dia tidak perlu melakukan semacam kodean seperti diawal pernikahan yang menyulitkan untuk meminta sesuatu untuk istrinya.

"Aku selalu haus akan dirimu. Bahkan saat diruang rapat sekalipun. Aku terus mengingatmu nona merah muda."

Dia memberikan kecupan-kecupan seringan kapas di pipi istrinya yang memerah. Seekor keledai pun tau betapa tergila-gilanya duke uchiha terhadap istrinya. Bahkan rumor tentang duchess yang di kurung di kastil pun mendukung. Bahwa sang duke tidak ingin menunjukkan istrinya pada siapapun. Dia mengurung sang duchess untuk dirinya sendiri.

"Jika sarada mendengarnya dia akan berpikir bahwa kau adalah vampir. Seperti di buku-buku romantis yang dia baca."

"Vampir? Siapa dia?"

Sasuke mengerutkan alisnya. Dia tidak tau tentang itu. Yang dia tau anak gadisnya memiliki aktivitas baru, membaca buku. Dia pikir bahwa jenis buku yang dibaca putrinya akan sama seperti istrinya. Buku biografi atau catatan-catatan kuno. Dia tidak tau bahwa selera istri dan putrinya berbeda. Dia juga tidak tau apa itu vampir, dan siapa dia? Sasuke semakin tercenung ketika istrinya malah tertawa mengolok-olok.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang