39. Khawatir

798 217 31
                                    

"Aku senang sekali. Akhirnya aku memiliki kesempatan bisa berada di ruang istirahat permaisuri." Ujar countess yang bergembira dengan kipasnya.

"Hei kau! Kau yakin permaisuri mengundang kami?"

"Iya nyonya."

Setelah berdiri diambang pintu, dia menariknya meskipun enggan. Dia juga bangsawan. Wanita bangsawan mana yang menyentuh pintu, dia biasanya menyuruh pelayan. Dia lekas meminggir dan membiarkan para bangsawan masuk terlebih dahulu untuk melihat kejadian memalukan yang sudah dia rencanakan.

Sungguh terumi tertawa gembira dalam hatinya. Ini adalah akhir dari duchess. Wanita itu akan hidup dalam bayang-bayang rumor mengerikan. Perselingkuhan dengan saudara permaisuri.

Para bangsawan berteriak histeris. Di depan pintu terumi sudah tersenyum puas. Namun ketika dia masuk dia tidak mendapati keberadaan count. Dia hanya melihat sang duchess yang tergeletak di sofa masih tak sadarkan diri.

Bibirnya gemetar, lalu melonggok kesembarang arah mencari kehadirann count gaara. Firasatnya buruk. Sejak awal dia sudah merasa janggal, namun dia tepis demi kelancaran rencananya. Pelayan dan pengawal yang dia tempatkan hilang tak berbekas. Dia melangkah mundur, ini tidak beres. Seseoranh sudah mengetahui niatnya. Dia ingin segera melarikan diri. Ketakutan.

"Dapat." Bisikan lirih layaknya embun membuat terumi melotot. Sebelum dia berbalik dia merasakan benda tajam menusuk kepala belakangnya.

Nagato melempar pisau kecil tepat di belakang kepala terumi, wanita itu langsung ambruk dilantai, dia menyeret wanita itu kebelakang pilar dengan cara menjambak rambutnya. Menghilang dari pandangan seolah tak terjadi apapun.

Seorang wanita datang dengan setelan pelayan, meneliti jejak darah dilantai. Dia berpura-pura tidak sengaja menumpahkan bedak, dia menyeka lantai agar bedak itu tersebar guna mengecoh pengawal yang berpatroli.

"Bersihkan lantainya!"

"Maaf-maaf."

Begitu pengawal pergi, dia memantik api ke bedak. Secara ajaib taburan bedak menghapus jejak darah di lantai sehingga lantai itu kembali bersih mengkilap. Dia menyerigai tilis kemudian melompat keluar jendela. Membantu kesatria lainnya yang menyamar, melakukan pembersihan pada empat mayat yang dibuang nagato.

***



"Duchess! Duchess!"

Lady temari menepuk pipi sakura lembut, wajahnya sangat panik. Bodohnya dia, seharusnya dia mengikuti duchess. Dia sudah curiga dengan gerak-gerik pelayan itu. Terlebih ada yang aneh dengan tingkahnya yang tidak mencerminkan seorang pelayan.

Pelayan permaisuri tidak pernah diperbolehkan berbincang langsung tanpa adanya media tulis. Terlebih permaisuri karin yang tidak senang mengutus pelayan untuk menyampaikan pesan. Permaisuri adalah sosok wannita yang gemar berbicara. Maka dari itu, alih-alih mengutus pelayan, dia akan mendatangi secara langsung.

Sakura masih belum sadar. Obat bius yang dihirupnya terlalu keras. Dalam kehebohan, permaisuri sangat marah dan mencari pelayan yang berani-beraninya berbohong mengatasnamakan permaisuri.

Ditengah-tengah keributan, kakashi sampai dengan pasukan uchiha. Tanpa menurunkan rasa hormat pada kaisar, mereka meminta agar mereka membawa duchess kembali ke mansion.

Kedua pasangan kaisar dan permaisuri berusaha menahan duchess sebelum masalah selesai. Kaisar naruto terlihat gusar, dia beberapa kali menawarkan dokter tapi kakashi bersikeras ingin segera membawa duchess.

Dia tidak bisa menentang uchiha, terlebih perkataan kakashi. Pria tua yang menjadi pengasuh sekaligus bayangan uchiha, pilar kedua dibawah sasuke. Selain sasuke, kakashi memiliki suara mutlak yang harus dipertimbangkan. Karena perkiraan dua orang itu tidak jauh berbeda. Jika dia menentang kakashi, itu akan sangat merugikannya. Sama saja mengibarkan bendera permusuhan dengan uchiha. Terlebih duke adalah orang yang sensitif.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang