34. Provokasi

1.2K 207 28
                                    







Sasuke memperhatikan penampilan istrinya dari atas sampai kebawah dari bawah sampai keatas. Dia tidak pernah beripikir bahwa akan ada waktu dimana dia melihat peri di dunia nyata. Mahkluk mitologi yang dinyatakan memiliki kecantikan yang dikemas dalam wajah yang lembut dan menawan.

Cantik.

Sasuke sedikit menyesal sekaligus bangga. Serba salah. Dia yang menyewa desainer itu dia juga yang sedikit tidak senang ketika istrinya berubah menjadi peri cantik setiap hari dengan gaun-gaunnya yang menarik. Untung saja tea party adalah kumpulan para wanita. Maka dia bisa bernafas lega.

"Bisakah kau tinggal dirumah saja?"

Sasuke mengecup sepanjang bahu sakura yang terekspos. Gaun berwarna putih gading yang menunjukkan bahu mulus sakura, bagian pinggangnya tidak menggunakan korset tetapi modelnya melekat indah menunjukkan pinggang ramping sakura. Dibagian kiri pinggangnya diberi pita besar sebagai hiasan. Dibagian dadanya ada taburan berlian kecil yang bersinar bila ditimpa cahaya matahari.

"Kau sudah berjanji tadi malam." Sakura mengusak rambut sasuke yang masih memberikan ciuman-ciuman hangat disepanjang bahu hingga belahan dadanya. Dia sedikit geli ketika kumis tipis suaminya menyentuh kulitnya.

"Baiklah. Mari kita pergi."

"Lebih baik pergi sendiri. Tidak ada wanita bangsawan yang diantar oleh suaminya ke pesta teh."

Sasuke menaikkan alis. Peraturan darimana itu? Dia tidak pernah mendengarnya. Dia hanya ingin mengantar pujaan hatinya ke pesta teh. Apa perlu ada alasan baginya untuk mengantar istri tercintanya?

"Kami berbeda. Jadi nyonya, bolehkah saya mendapatkan kehormatan untuk mengawal anda? Anda sangat menawan. Saya tidak bisa mengalihkan pandangan saya dari anda."

Sakura terkekeh geli, dia mengulurkan tangannya. Sasuke memberikan senyuman terbaik, dia mencium punggung tangan istrinya lembut lalu menuntunnya menaiki kereta kuda. Pemandangan yang menyejukkan bagi para pelayan maupun kesatria disana. Mereka sudah tidak terbiasa dengan tindakan kasih sayang pasangan uchiha tersebut.

Sepanjang perjalanan diisi dengan sentuhan-sentuhan sasuke di tubuh sakura. Mengelus-elus punggung istrinya, mencium bahu telanjang istrinya. Memberi kecupan ringan di pipi dan pelipis sakura. Tetapi sasuke tidak berani mengusap rambut sakura semenjak sakura memberikan pelototan memperingati. Semua sentuhan ringan itu membuat hati sakura menghangat.

Asal aku ada didekatnya, dia pasti menyentuhku.

Kalau aku melarangnya, dia tidak berkutit tapi dia diam-diam akan menyentuh jemari tanganku. Mirip sekali dengan shun. Anak manisku, apa dia baik-baik saja disana?

"Aku selalu memikirkannya."

"Apa?"

"Apa kau memang memiliki kebiasaan menyentuh orang?"

"Tidak. Aku tidak menyentuh orang lain, aku hanya menyentuhmu."

"Kenapa?"

"Kau tidak suka sentuhanku?"

"Bukan seperti itu. Hanya saja kau selalu menyentuhku dimanapun. Itu berlebihan."

Sasuke terkekeh pelan. Dia menyenderkan dagunya pada bahu sakura. Lalu meniup bagian belakang telinga sakura.

"Aku hanya merasa kurang. Semenjak menikah, aku selalu melakukannya dan jadi kebiasaan."

"Asal kau tau setiap kali kau disampingku, aku melakukannya tanpa sadar. Tubuhku bergerak sendiri merespon kehadiranmu. Jadi kau harus memaklumi kebiasaan suamimu."

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang