21. Tergila-gila

2.1K 245 18
                                    

Sasuke sangat muak dengan semua dokumen diatas mejanya. Dia ingin membakarnya, tapi itu adalah tindakan bodoh yang membuang-buang uang. Semua dokumen itu sangat penting untuk urusan negara. Dan bernilai tinggi. Bisnis berliannya sedang di masa puncak di industri pertambangan.

Dia berdiri dari singgasananya. Lalu mengambil kopi dan berjalan menuju jendela besar tepat dibelakang meja kerjanya. Disana dia terbiasa melihat istrinya sering berjalan-jalan.

Namun berbeda kali ini. Tidak hanya istrinya yang berada disana. Anak kecil dengan rambut persis sepertinya juga berada disamping istrinya. Mereka berjongkok berdekatan mengerubuni sesuatu yang tidak bisa dia lihat. Dia hampir saja menjatuhkan kopi panas itu. Tenggorokannya semakin kering. Dengan asap yang masih mengepul dari dalam cangkir, sekali tegukan dia meminum kopi panas itu hingga membuat isi mulutnya mati rasa.

Dia cemburu dengan kedekatan istri dan anaknya. Jika di pikir-pikir dia juga membutuhkan udara segar.

Aku butuh udara segar juga.

Aku masih punya waktu untuk memeriksa dokumen itu.

Ya, aku butuh udara. Disini terlalu sesak.

Sasuke hanya mencari alasan logis demi menemui keduanya. Keberadaan shun, begitu mengganggunya-tapi dia senang anak itu bisa bergaul dengan istrinya.

***

"Kau ingin memberinya nama?"

"Apa aku bisa melakukannya?"

Shun tampak berbinar. Sejak kedatangannya di kastil. Lambat lauh dia dekat dengan sosok wanita yang menjadi ibunya. Wanita itu mengurusnya dengan baik. Dia mendapatkan perhatian layaknya seorang anak kecil setelah lama harus berperilaku seperti orang dewasa.

Sakura tersenyum tulus dan mengangguk.

"Namanya ash. Bulu ditelinganya berwarna abu-abu."

Sakura mengangguk setuju dengan nama yang diberikan shun.

"Saki, apa dia menyukaiku?"

"Tentu saja."

Shun tidak lagi mewaspadainya. Sejak saat itu sakura kerap mengelus kepala shun dengan sayang. Bagaimanapun shun masih berusia tujuh tahun dan harus diperlakukan layaknya anak-anak. Sakura berpikir anak seusia shun haruslah memiliki ingatan hangat tentang masa kecilnya.

Semua perlakuan sakura tak luput dari pandangan sulit diartikan dari sasuke. Pria itu mendekat dengan langkah lebar.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

Sakura dan shun terlihat kaget. Sebelum sakura menghampiri sasuke serta menarik tangan shun.

"Sasuke lihat lady tenten mengirimku anak rubah. Dia sangat lucu."

Sasuke menaikkan alisnya tatapannya berhenti pada seekor rubah dalam dekapan shun. Hewan kecil yang menjadi salah satu alasan perasaan sengsara yang dia dapatkan minggu lalu.

"Shun, itu adalah permainan wanita."

Shun seketika tidak berkutit. Dia memberikan anak rubah itu ke tangan sakura. Lalu berdiri dengan posisi tegap seperti tentara.

"Sasuke apa yang kau lakukan? Kenapa kau memarahinya? Memangnya kenapa jika shun membantuku merawat ash!"

Sakura seperti marah. Dia tidak terima suaminya memarahi anaknya yang menggemaskan.

"Baiklah." Lagi lagi sasuke mengalah.

Sakura tersenyum lega. "Shun, berikan salam resmi pada ayahmu. Kau baru menemuinya hari ini."

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang