Sakura termenung di atas kasur. Sudah sebulan sejak kedatangannya di utara. Dia tidak melakukan apa-apa. Hanya tidur diatas ranjang sepanjang hari dan malamnya kembali berterung dengan duke diatas ranjang.
Dia bahkan tidak bisa sekedar menggerakkan jemarinya. Dia nyaris tidak punya tenaga. Sangat melelahkan bergaul dengan duke setiap malam.
Setelah tadi malam dia melayangkan protes akhirnya dia mendapatkan hari yang nyaman. Dia tidak di ganggu untuk beberapa hari kedepan. Maka dari itu sakura memutuskan untuk berkeliling kastil.
"Sebelum berkeliling ada baiknya nyonya makan cemilan terlebih dahulu."
Sakura mengangguk patuh. Dia sedikit heran dengan kepala pelayan yang tidak lelahnya menyuruhnya untuk makan, makan dan makan. Setelah makan 3 kali sehari, dia akan mendapatkan camilan setidaknya 2 jam sekali. Sebenarnya dia tidak mempermasalahkannya terlebih tubuhnya yang terlihat kurang gizi. Tubuhnya lemah. Begitu pula dengan staminanya. Namun, jika mendadak dia makan hampir 5 kali perutnya seakan ingin meledak.
"Apa ada taman di sekitar sini?"
Sakura menghirup aroma teh melati yang disesuh dengan beberapa kelopak bunga melati yang masih mekar. Rasanya manis dan lembut mengalir di tenggorokannya. Semalaman dia menjerit, tenggorokannya terasa sakit. Aromanya juga halus dan tidak pekat cocok sebagai pendamping kudapan ringan yang disediakan.
"Tidak ada taman disini. Tapi aku mungkin bisa menunjukkan kebun di bagian barat kastil pada nyonya."
"Aku ingin kesana."
...
Sakura tidak memiliki kata yang bisa di ucapkan setelah melihat 'kebun' yang dimaksud oleh kakashi. Itu hanyalah hamparan ladang tandus yang tanahnya sudah mati.
Sakura bahkan terdiam cukup lama.
"Apa tidak ada orang merawat lahan kastil sebesar ini?"
"Err... itu. Haa.. dulu duchess terdahulu merawat kebun, tapi setelah duke naik tahta kebun tidak lagi dirawat."
Sakura lupa. Dia seharusnya menemui orangtua duke. Dia melupakan itu.
"Astaga... kakashi seharusnya aku menemui orangtua duke."
Kakashi nampak semakin bingung. Dia menggaruk belakang kepalanya yang mendadak gatal. Dia menerka-nerka bagaimana duchess tidak mengetahui hal ini. Disaat hubungan antara keduanya begitu dekat.
"Ehem... nyonya, duke dan duchess terdahulu sudah meninggal."
Sakura terdiam. Dalam mimpinya dia tidak tau ini. Bahkan dia baru menyadari bahwa utara setertutup itu. Seakan jauh dari peradaban. Banyak informasi yang tidak bisa di dapatkan di ibu kota mengenai wilayah utara.
"Kalau begitu. Aku akan mengambil alih kebun. Aku akan berbicara dengan tuanmu."
***
"Apa yang kau lakukan hari ini?"
Sasuke masuk kedalam kamar. Dia sekarang memiliki kebiasaan baru mengelus rambut sakura terkadang dia mencium helaian rambut itu, dia terlihat terobsesi dengan merah muda.
"Aku melihat kebun."
"Tanah mati dibagian barat?"
"Iya. Uhm... sasuke, apa aku bisa mengurus kebun itu?"
Sasuke menaikkan alisnya, merasa aneh dengan pertanyaan istrinya.
"Kau tidak perlu meminta izin untuk melakukannya. Nyonya rumah memang harus melakukannya."
Dia terperagah, dia pikir sasuke akan membatasi pergerakannya. Terlebih dia yang sudah terkurung di kamar selama sebulan. Dia berpikir bahwa duke hanya menjadikannya istri sebagai pemuas nafsu saja mengingat bagaimana pria itu yang kerap kali membantingnya diatas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Marriage
RomanceGenre : Mature, Hurt, Romance, Historical Disclaimer : Tokoh milik Masashi Kishimoto Uchiha Sasuke x Haruno Sakura Pernikahan kontrak? Sejujurnya sakura meragukan hal ini tapi apa bisa sakura menghadapi takdirnya jika saja dirinya tidak melakukan ko...