18. Rencana Pesta

1.5K 216 16
                                    

Setiap kali memikirkannya, sakura akan merasakan sakit di pelipisnya. Migrain yang dia rasakan akan berangsur-angsur kambuh bila dia berpikir dengan keras. Dia sudah menggunakan sebagian dari keberaniannya untuk meminang duke. Tidak menolak kemungkinan bahwa dia sudah mengandalkan duke untuk urusan rumah tangga meskipun dia harus menggunakan kontrak sebagai pembatas.

"Bagaimana dengan kebun?"

Sasuke senang bersantai, dia memiliki cukup waktu untuk memeluk istrinya. Dia tertarik pada hal-hal yang sedang dikerjakan istrinya termasuk kebun yang sudah selesai di renovasi. Dia pikir seumur hidupnya dia akan melihat hamparan tandus di kastilnya, rasanya sedikit aneh melihat kastil suramnya berubah banyak sejak kedatangan istrinya. Dia jadi betah dan ingin berlama-lama di kastil dengan sang istri. Meskipun akan berakhir dengan istrinya yang mengusirnya secara halus agar tidak bermalas-malasan.

"Sudah selesai, aku berencana melakukan pesta teh."

"Lakukan saja."

Sasuke menghirup aroma vanila dari lekuk leher istrinya. Dia mengumpulkan aroma itu di paru-parunya agar dia bisa bekerja dengan baik keesokan harinya. Setiap kali kepalanya pusing, dia otomatis membayangkan istrinya.

"Aku ingin menggaulimu."

Nada yang memerintah namun tersirat lembut. Sauaranya yang berat dan sedikit serak. Sakura mengeluh begitu duke menyentuh pinggangnya. Mereka mempergunakan waktu dengan baik untuk bergumul. Bukan hanya gairah seksual yang meluap, ketahanan sakura akan hatinya mulai menipis. Setiap kali mereka melakukannya, dia merasakan bahwa hubungan mereka semakin erat. Meskipun hatinya masih sakit bila mengingat bagaimana sasuke meragukannya jika dia hamil, tapi dia tau sasuke sedang menyembunyikan sesuatu yang belum bisa di bagi bersama.

"Hghh... kau selalu menggangguku."

"Aku hanya mencuri waktumu."

Kau jauh lebih sibuk dariku. Apa mengurus kebun sesulit itu? sampai kau tidak memintaku untuk minum teh seperti biasanya. 

Sakura merosot ke dekapan duke, mereka menyatukan bibir mereka layaknya perangko, namun sasuke menghisapnya cukup dalam. Dia tidak memberikan cukup celah bagi sakura untuk sekedar mengambil nafas. Sakura menahan erangannya begitu saauke masuk dengan mulus dari belakangnya. Kemaluannya basah, dia meringis begitu sensasi kuat yang memasukinya.

"Haa... kau selalu menyempit."

Sasuke mengelus pucuk payudara istrinya. Dia melakukannya untuk menstimulus rapatan intim istrinya. Dia senang melakukannya, sebab semakin gugup istrinya, maka semakin nikmat gigitan istrinya pada kejantanannya. Dia sudah menyatakan banyak kalimat tidak senonoh. Bila dia berkata kotor maka istrinya akan memelas dan semakin bergairah. Bukannya wanita seperti itu? senang diajak berbicara nakal.

"Uehh..ahh.."

"Huhh... hkk--"

Sasuke menyesuaikan penglihatannya di temeramnya cahaya. Dia menghentakkan irama pinggulnya agar semakin masuk ke lubang senggam istrinya yang berkedut. Dia tidak terburu-buru, dia melakukannya dengan tenang. Dia ingin memberikan kenikmatan pada istrinya.

Sejak mereka bertengkar dia mempertanyakan apa yang bisa dia berikan kepada istrinya. Harta dan kekuasaan bukanlah solusi. Dia jengkel saat mendapatkan informasi dari kakashi bahwa istrinya tidak menyukai perhiasan yang di berikan. Padahal dia memilihnya dengan keras. Istrinya juga tidak melakukan aktivitas sosial di bangsawan kelas atas. Istrinya hanya beberapa kali berkunjung ke kediaman bangsawan yang melakukan pesta teh dengan skala kecil.

Jadi uang dan kekuasaan bukan solusi.

Apa yang bisa ku berikan.

Hati? Cihh dia bahkan menolak untuk mencintaiku. Mungkin kepuasan diatas ranjang bisa menjadi solusi.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang