Dimalam harinya, sasuke pulang setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan. Namun sejatinya tubuhnya tetap kokoh, malah terlihat semakin bergembira. Meskipun wajahnya terlihat datar, langkahnya yang lebar dan begitu riang menandakan betapa antusiasnya dia pergi ke kamar istrinya. Telinganya sakit saat kakashi memperingatinya untuk bersikap lembut pada istrinya. Dia sempat heran dengan kelakuan kakashi yang begitu menghormati istrinya. Dia sedikit menaruh curiga.
"Kau terlihat cemas."
Sasuke berendam dengan hikmat. Dia ingin langsung menemui istrinya, namun kakashi lagi-lagi menghentikan langkahnya dan membawanya ke kamarnya yang suram. Sudah hampir seminggu dia tidak tidur dikamarnya. Sesampainya dia diutara, dia bahkan tidak menyentuh ranjang besar yang terlihat kesepian. Begitu istrinya sampai di utara, dia langsung pindah kamar dan tidur dikamar istrinya.
Kakashi berdehem. Dia sangat menghormati tuannya. Karena itu dia mempertahankan harga diri tuannya agar datang ke kamar nyonya dalam keadaan bersih dan wangi. Dia tidak ingin nyonya merasa tidak nyaman dengan bau duke yang sejatinya tercium sedikit tidak sedap. Hanya sedikit.
"Siang tadi nyonya tidak makan dengan benar."
Sasuke yang tadinya bersandar dengan tenang, mengernyitkan dahinya. "Kenapa?"
"Sepertinya nafsu makan nyonya terganggu, beberapa kali nyonya terlihat tidak nyaman."
"Kakashi."
"Ya yang mulia?"
"Apa kau tiba-tiba menjadi bodoh? Apa kau ingin membuat istriku mati karena tidak berselera makan? Cari tau apa yang menjadi masalahnya."
"Baik yang mulia. Maafkan aku."
Kakashi membungkuk. Menjadi kepala pelayan mengemban tanggung jawab yang besar. Dia harus multitasking. Bisa melakukan apa saja. Mengurus semuanya dalam satu waktu. Jika bisa dia harus memiliki seribu tangan untuk melakukan pekerjaanya sebagai kepala pelayan. Ada banyak hal yang harus di urus setiap harinya.
"Kau terlihat lelah. Aku akan meminta pelayan membawa teh."
Sasuke menatap tajam kakashi. Dia mengambil jubah mandinya, melilitkan ikatan dipinggangnya yang berotot.
"Jangan datang."
"Jangan ganggu kami sampai aku memanggil."
"Sesuai yang kau inginkan yang mulia."
Begitu sasuke memasuki kamar. Para pelayan yang sedang menyisir rambut sakura bergegas pergi. Dia mendekati sakura yang tersenyum manis menyambut kehadirannya. Kehangatan itu kembali lagi. Sasuke berpikir bahwa dia mungkin sudah mulai gila. Setiap kali dia menemukan nona itu di depan matanya dia merasa lega. Dia senang saat nona itu menatapnya dan tersenyum manis. Matanya hijaunya itu begitu indah. Cekungan matanya terlihat seperti bulan sabit.
"Kau beristirahat dengan baik." Sasuke mengelus pipi bulat sakura. Dia terkejut ketika dia melingkarkan tangannya di pinggang istrinya. Betapa kecilnya gadis itu baginya. Dia benar-benar seperti kelinci kecil yang kekurangan gizi.
"Iya."
Sasuke membungkuk lalu meraih sakura ke gendongannya. Dia membawa istrinya yang terlihat tegang. Sesampainya diatas ranjang. Sasuke mengecup bibir merekah istrinya yang terasa layu. Sasuke merasa tertekan melihat wajah istrinya yang tegang.
"Jangan melihatku seperti itu."
Mulut kecil dibibirnya terbuka. Dia menghisap lidah mungil yang lembut di mulutnya. Sasuke berpikir akan melakukannya dengan hati-hati. Dia sadar bahwa malam pertama mereka, istrinya terlihat trauma karena tindakannya yang kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Marriage
RomanceGenre : Mature, Hurt, Romance, Historical Disclaimer : Tokoh milik Masashi Kishimoto Uchiha Sasuke x Haruno Sakura Pernikahan kontrak? Sejujurnya sakura meragukan hal ini tapi apa bisa sakura menghadapi takdirnya jika saja dirinya tidak melakukan ko...