27. Bagai Menentang Matahari

1.7K 246 17
                                    





Malu-malu sang penerus tahta mengintip kedalam kamar sang ibunda. Ibunya berbaring sembari memejamkan mata. Dia melihat wajah pucat dengan kantong mata yang masih bengkak. Pelan-pelan dia duduk di kursi dekat ranjang ibunda yang tidur nyenyak.

Dia menatap lekat ibunya dari dekat seakan mengawasi, disisi ranjang dia menemukan beberapa kotak berisi benang, jarum dan rajutan disana. Sepertinya ibunya sedang membuat sesuatu. Itu belum terlihat jelas sebab digulung dengan rapi.

"Saki..."

Telinga sakura sangatlah sensitif. Dia hidup dengan kewaspadaan sepanjang hidupnya karena itu dia langsung menoleh dan melihat sang putra tengah duduk seperti seekor anjing kecil yang patuh. Imut sekali.

"Shun? Ada apa?"

Shun menunduk, bibirnya cemberut sedih. Tangannya saling beradu satu sama lain. Gugup dan malu. Kakinya yang kecil melayang di kursi yang begitu tinggi, dia memanjatnya dengan kerja keras tadi.

"Apa masih sakit?"

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir."

Sakura terkejut mendapatkan sentuhan ringan di jarinya. Itu adalah sentuhan pertama shun sejak mereka bertemu. Jelas bahwa dia menahan haru sebab dikhawatirkan oleh putranya.

"Jangan sakit."

Sakura mengangguk pelan. Dia mengelus kepala shun lembut, menunjukkan kasih sayangnya yang sudah dia curahkan. Dia tersenyum tulus demi menenangkan sang bayi uchiha.

"Sudah makan?"

Kini shun yang bergantian mengangguk mengiyakan. Dia tersenyum, senyuman yang begitu indah khas anak kecil yang senang akan perhatian orang dewasa. Itu senyuman ringan, ceria yang bisa mengenyuhkan hati sakura kembali sejuk. Shun menimbang ucapannya sebelum tekat untuk memberitahu.

"Aku akan kembali ke akademi besok."

"Tiba-tiba?"

"Aku perlu mempersiapkan semester baru."

Sakura nampak sedih, dia nyaman dengan keberadaan sang anak. Masih banyak yang belum mereka lakukan sebagai keluarga. Meskipun begitu dia tidak bisa begitu saja membatalkan keputusan anaknya sesuka hati hanya karena dia tidak rela anaknya pergi itu bukan pilihan yang bijak. Dia ingin anaknya belas memilih jalan yang diinginkan.

"Baiklah. Bawa shikamaru bersamamu. Jika seseorang mengganggumu katakan padaku dan ayahmu. Mengerti?" Sakura tidak menampik wajahnya yang sedih. Dia mengelus-elus pipi putranya sayang.

"Umm." Shun menyender ditangan hangat sakura. Wanita ini adalah ibunya.

Terimakasih ibu.

Aku menyayangimu. Tetaplah sehat dan bahagia.

***









Para pelayan berjejer di depan pintu utama. Tepat di depan mereka berdiri tiga tokoh utama pemilik klan uchiha. Sepasang suami istri yang tengah memberangkatkan sang anak untuk kembali mengenyam pendidikan.

Shun terkesan melihat sang ayah ikut serta memberangkatkannya. Dia tau bahwa ibunyalah yang meminta ayahnya untuk melihat dia kembali ke akademi dikala kesibukan ayahnya mengurus wilayah.

"Jangan lupa untuk memakan bekalmu. Gunakan pakaian tebal yang ada di bagasi kiri jika sudah musim dingin. Emm... ah iya, jangan terlalu banyak membaca itu tidak baik untuk kesehatan mata ehh?"

Sasuke mengelus bahu istrinya yang mengulur-ulur waktu. Dia menyadari kesedihan istrinya.

"Kau sudah mengatakan itu tadi."

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang