28. Ibukota

1.3K 215 18
                                    






Kabar kematian kaisar sudah menyebar diseluruh penjuru wilayah kekaisaran. Duka yang mendalam bersamaan dengan pengangkatan putra mahkota naruto sebagai kaisar guna mengisi kekosongan. Banyak sekali persiapan yang dilakukan oleh para petinggi wilayah. Termasuk sasuke yang harus kembali ke ibukota.

Dia sudah menunda kepergiaannya sebanyak satu minggu di saat kaisar telah dimakamkan karena sakura dalam keadaan sakit.

Sasuke tidak lagi bisa menekan desakan putra mahkota yang menerornya agar segera ke ibukota. Sebagai salah satu pendukung suksesi putra mahkota.

Sasuke mencium kening istrinya. Dia berharap dia masih bisa tinggal lebih lama untuk merawat istrinya yang jatuh sakit. Namun putra mahkota terus mengirimnya dengan setumpuk gulungan resmi yang tidak bisa dia tolak. Jika dia semakin mengundur waktu bisa menjadi masalah yang serius-dianggap sebagai pemberontak.

"Aku baik-baik saja."

Sasuke tidak tega. Mungkin istrinya terlalu stress karena menginginkan anak setelah kepergian shun. Hatinya resah setiap kali istrinya sakit. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada istrinya. Meskipun sudah ditahap pemulihan istrinya masih pucat.

Apa yang harus kulakukan? Apa dia sangat menginginkan shun dirumah?

Dia sangat lemah.

Tapi tubuhnya tidak seringan dulu. Hanya staminanya masih lemah.

"Jika tidak sanggup. Tetaplah dirumah."

"Tidak. Aku akan menyusulmu."

"Aku tidak ingin pergi." Nada cemberut yang kekanakan membuat sakura terkekeh geli. Ada dimana saat-saat suaminya bertingkah seperti anak kecil yang tidak ingin ditinggal. Itu lucu baginya. Pelukan yang erat di sekeliling tubuhnya begitu hangat. Sekian lama dia mendapatkan kehangatan dari suaminya.

"Kau tidak boleh bermalas-malasan tuan duke.

"Ck, berhenti memanggilku seperti itu nyonya."

Melihat sakura tertawa lepas. Hatinya berdebar. Andai saja waktu bisa berhenti, sasuke ingin mengabadikan tawa menggemaskan istrinya untuk dirinya sendiri.

"Pergilah. Putra mahkota ikut mengirimkan surat padaku."

"Beraninya dia mengganggumu."

"Tidak. Dia hanya merasa terpojok karena penobatannya. Lekas pergi, dia membutuhkanmu."

Sasuke menghela nafas. Namun dia menunduk dan lagi-lagi mencium pelipis istrinya sayang. Dia memperbaiki tatanan rambut sakura yang berantakan dan menicum rambut sakura.

"Aku mengerti, istriku."

Sasuke meraih tangan sakura, dia mengecup punggung tangan istrinya seperti biasa ketika dia berpamitan. Itu adalah kebiasaan manis duke yang tidak diketahui siapapun.

"Cepatlah sehat. Aku menunggumu di mansion."

"Baik. Hati-hati di jalan suamiku."

Sasuke tersenyum sumringah. Panggilan baru istrinya selalu bisa membuat hatinya gembira. Dia melangkah sembari terus melihat kebelakang. Meskipun tidak rela, dia harus melaksanakan kewajibannya sebagai pemilik wilayah serta bagian dari pemerintahan.

Sakura berbaring menatap lamat kepergian sasuke yang menghilang dari balik pintu. Kesepian kembalj menghampirinya setelah sekian lama.

***





Setelah kepergian duke ke ibu kota. Duchess menyusul dengan rombongan pelayan. Mereka menyusuri wilayah dengan gerbong dan sampai dalam 5 hari. Estimasi yang jauh lebih cepat dari sebelumnya karena akses jalan yang jauh lebih baik daripada kepergiannya keutara sebelumnya.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang