CHAPTER 29

12 6 0
                                    

Assalamu'alaikum wr wb

Terima kasih, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya!! Kalian pilih kapal sanjaya atau mateo?? Cowok idaman ada di milik kalian yaa?! '^_^

Makasih sudah mau baca sampai sini? Jangan lupa sampai end! Ayo membara seperti bara!

HAPPY READING

•••

Di malam yang menenangkan dengan suara hembusan angin yang meniup kulit, seorang perempuan sedang berjalan sendiri di bawah rembulan malam indah. Athifa yang sedang pergi menuju masjid al-hidayah.

Suara langkah kakinya sehingga memasuki masjid tersebut, athifa yang menatap sekitar. Dengan pakaian gamis abaya dan jilbab biasanya dengan suasana lembut dan hangat. Athifa masuk dan mulai menatap Mateo yang sedang mengajarkan anak anak mengaji.

Mateo merasakan kehadiran athifa, gadis itu sudah sekitaran 6 hari berada di sini, dan setiap malam duduk di waktu yang tidak kurang. Bahkan, dirinya hapal langkah kaki athifa, suara langkah tenang itu. Athifa, banyak belajar dengan cepat dari perkiraan Mateo.

Tentang, fikih mengenai hadas, najis, mandi wajib, qurban dan dll tentang fikih. Bahkan tentang perhitungan waktu datangnya red day. Seorang perempuan seperti Athifa sangat mudah di ajarkan, anak itu menerima baik ketika di ajarkan. Bahkan, Mateo sekarang sudah nekat mengajarkan athifa tentang salat.

Gadis itu, tidak menyadari gunanya salat dan pentingnya. Athifa duduk dan tersenyum. Tanpa mengeluarkan Sekatapun.

"Athifa,"ujar Mateo agar gadis itu agar menyadari kesalahannya. Tatapan Mateo menatap sekilas athifa begitu anak anak yang senang dengan datangnya athifa langsung berlari menghampiri athifa.

Athifa menaikan alis lalu menyadari," Maaf aa..assalamu'alaikum.."ujar athifa dengan lembut bahkan mengelus rambut qasim anak yang baik kepadanya.

"Kakak cantik, ngga papa kok. Lagian inikan di masjid, ngga perlu.."ujar qasim menatap Athifa, Athifa tersenyum dan terkekeh pelan dan Mengangguk.

"Qasim, kamu belum ngaji. Ayo, ngaji."suruh Mateo menatap qasim, qasim mengangguk meski ingin menolak dan berlari.

"Iya, ustadz."ujar qasim dengan mengangguk dan dengan cepat mengambil iqro, dan membuka dan duduk di depan mateo serta meletakkan di rehal. Qasim mulai mengaji, dengan siap Athifa ingin menutup telinganya.

"A'UUDZUBILLAH-"teriak Qasim kembali dengan kuat membuat gendang sekitar keliling temannya terasa pecah termasuk Athifa.

"Anak yang bar-barly.."Batin Athifa memegang telinganya merasa begitu berdenyut, tetapi ketika baru setengah membaca Taawudz.

Mateo mulai menyela membuat Qasim terdiam,"Qasim, apa kamu ingat kata ustadz kemarin?"tegas Mateo menatap Qasim dengan menatap langsung kearah matanya.

Qasim terasa merasa menunduk, dan mengangguk."dengar.."lirih anak itu, tatapan tegas Mateo terasa membuat Qasim merasa hatinya tidak nyaman.

Mateo menghela napas, jika anak itu menunduk kemungkinan sama bahwa anak itu takut dan tidak mendengarkan."lihat ustadz, dan katakan jika kamu ingat."

"Aa mateo..sudah, untuk anak kecil wajar kan?"ujar Athifa dengan merasa kasihan menatap Qasim.

Mateo menatap sekilas Athifa dan menatap lain,"tidak, saya sebagai gurunya wajib mendidik dan mengajarkan apa yang seharusnya. Bahkan di lingkungan masyarakat."ujar Mateo menatap qasim dan menunggu anak itu mengangkat wajahnya.

Wait | Cinta sejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang