.
.
Berkat Jisung mengusir kabut asap yang menghalangi pandangan, kapal melaju ke depan tanpa kekhawatiran lagi. Dan oleh karena mereka berangkat pagi-pagi buta, berharap jika kapal mereka sampai sebelum matahari terbenam pun ternyata sesuai perkiraan.
Jisung yang memang betah berdiri di ujung kapal untuk mengawasi jika terdapat bahaya yang menghadang kapal mereka, pun akhirnya melihat siluet hitam seperti pulau kecil yang terselimuti kabut abu-abu.
Chenle yang memang sudah tidak mengantuk lagi pun memilih menghampiri sang nahkoda karena dorongan rasa penasarannya memasuki ruang kemudi tersebut. Hitung-hitung juga ingin mendapatkan teman bicara karena Jisung terkesan menghindarinya terus.
"Oh! Apa itu hutannya paman?" seru Chenle kala netranya juga melihat siluet hitam itu yang perlahan membesar tanda kapal mereka semakin dekat dengan objek tujuan.
"Iya, sebentar lagi kita sampai. Persiapkan dirimu tuan."
Chenle bertepuk tangan riang dan sedetik kemudian ia hilang di samping sang nahkoda dan sekarang telah berdiri di samping Jisung dengan wajah terperangah.
Waktu menunjukkan sore hari, cahaya oranye matahari menguasai langit di atas hutan itu sehingga dua warna berbeda berpadu menjadi satu seolah-olah hutan itu terlihat seperti hutan milik iblis.
Benar-benar terlihat mengerikan dengan di sekeliling berkabut, air laut di bawah berwarna hitam dan di atas langit berwarna kemerahan.
Benar-benar definisi dari sarang iblis bukan?
Chenle tidak tertarik dengan penampilan luar dari hutan. Ia lebih penasaran dengan isi di dalam hutan itu. Apakah sama mengerikannya dengan tampilan luarnya, ataukah sama saja dengan hutan-hutan lain?
Jisung hanya melirik sekilas pada Chenle yang tak henti-hentinya menggumamkan ketakjubannya pada hutan itu.
Sepertinya benar, Chenle butuh healing ke luar mengunjungi tempat-tempat menakjubkan seperti ini.
Haha, healing Chenle memang sedikit berbeda dari kebanyakan orang. Tapi yang pastinya ia ingin jalan-jalan dan tidak terkurung di rumah lagi walaupun ke tempat mengerikan seperti hutan abu-abu. Setidaknya ia membawa misi mulia untuk menyelamatkan banyak orang.
Kapal mereka perlahan menepi, sang nahkoda keluar sembari menurunkan jangkar dan mengambil tali panjang yang telah terhubung ke badan kapal untuk ia lilitkan nanti pada salah satu batang pohon di hutan itu agar kapal mereka tidak dicuri ombak laut.
"Ayo Jisung! Ambil barang-barangmu!" seru Chenle sudah berlari ke kabin untuk mengambil tasnya. Jisung hanya memutar bola matanya malas mengikuti langkah ceria vampir manis itu.
Sang nahkoda kapal telah selesai mengikat kuat tali di batang pohon terdekat. Sejenak ia menerawang jauh ke dalam hutan abu-abu tersebut yang memiliki hawa dingin di tengah cuaca panas sekarang.
Sejauh mata memandang, hanya ada siluet pohon yang terselimuti oleh kabut abu-abu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan binatang kecil maupun yang besar.
Entahlah, hanya itu yang dapat terlihat untuk saat ini.
"Uh, Jisung! Tolong.." seru Chenle kala satu kakinya tersangkut di akar pohon yang mencuat di tanah kala ia hendak melompat dari kapal ke tepi hutan.
Jisung yang memang sudah berhasil menyeberang pun berbalik kembali dan mengulurkan satu tangannya untuk Chenle raih agar ia dapat menarik vampir itu ke tepi.
"A-ah, Jisung! Sepatuku mau lepas!"
Entah yang keberapa kalinya ia menghela nafas karena Chenle. Sekarang kaki Chenle yang tersangkut di akar pohon ternyata terperosok lebih dalam hingga ia tidak bisa mengangkat sepatunya yang juga ikut terbenam ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...