.
.
"Jisungie, kau ingat ciri-ciri dari pohon kayu jati itu?" tanya Chenle sembari menghindari ranting yang mencuat ke arahnya. Hal itu membuat berat badannya menumpu sepenuhnya pada pundak Jisung.
Jisung nampak berpikir sambil memperbaiki posisi jalan Chenle agar tidak terlalu mepet dengannya. Jika kaki mereka saling bertabrakan kan yang jatuh Chenle juga.
"Entahlah, yang kuingat batang pohonnya berwarna putih-"
"Itu dia!"
Jisung tak bohong jika ia terkejut dengan seruan heboh Chenle yang tiba-tiba. Suasana hutan yang sepi menjadikan suara vampir manis itu seperti berteriak tepat di samping telinganya.
Chenle melepas pegangannya pada pundak Jisung dan bergegas menghampiri pohon yang diduga adalah pohon jati yang mereka cari.
"Ah, ternyata bukan.." desah Chenle kecewa. Jisung sudah berada di belakang Chenle dan ikut mengamati pohon berbatang putih yang Chenle temukan.
"Bukankah ini pohonnya?"
Chenle mengangguk, "Memang, tapi kulit pohonnya belum terkelupas.."
Oh, jadi begitu.
"Kita cari lagi."
Dua vampir itu kembali berjalan. Menelusuri pepohonan yang mereka lewati secara teliti, takut jika pohon yang mereka cari terlewatkan.
Jisung menengadah pada langit di atas yang telah berwarna biru gelap dengan gradasi cahaya putih samar di satu titik. Dapat ditebak jika itu adalah bulan yang tengah berusaha menyinari hutan di bawahnya yang diselimuti oleh kabut tebal setiap saat.
Jika di puncak gunung terdapat salju abadi yang tak pernah cair, maka di hutan abu-abu memiliki kabut abadi yang takkan pernah hilang walaupun teterpa angin laut sekencang mungkin.
"Kabut ini menyusahkan." gerutu Chenle. Memang kabut itu tidak menyesakkan paru-paru, namun membuat jarak pandang semakin pendek hingga seolah-olah hanya mereka berdua yang berada di hutan itu tanpa jajaran pepohonan yang menemani perjalanan mereka.
Buk!
"Aduh!"
Chenle mengusap-usap dahinya kala tak sengaja tertabrak dahan pohon rendah. Ia menoleh ke arah Jisung yang masih berjalan tenang dalam keadaan damai tanpa mendapati kesulitan barang satupun.
Ia kesal, kenapa hanya dirinya saja yang selalu tertimpa kesialan sedangkan Jisung tidak?
"Jisungie."
"Hm?"
"Kita ganti posisi berjalan. Kau di kanan sekarang."
Tanpa kata Jisung menukar posisi berjalan mereka sesuai keinginan Chenle.
Tak!
"Aww! Jisuuuuuunngggg!"
"Kenapa?"
"Bahuku kena ranting. Ssshh.. pedas sekali."
Ia tak habis pikir kenapa setelah berjalan di sisi kanan malah sekarang bahunya tertampar ranting sedangkan Jisung yang berada di sisi kiri aman-aman saja.
Bukankah itu mengesalkan!?
Chenle menoleh sekali lagi ke arah Jisung yang berjalan menyamping. Ia menyipitkan matanya curiga kala dilihat ekspresi vampir tampan itu seperti tengah menahan.. tawa?
"Kau sengaja kan!?" tuduh Chenle tiba-tiba. Jisung yang dituduh sembarangan pun mengernyit, "Tidak, kau saja yang kurang berhati-hati saat berjalan."
"Tidak, ini pasti kau yang merencanakan supaya aku yang tertampar ranting sialan itu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...