30

894 103 12
                                    




.


.



Sudah kesekian kalinya Haechan menghela nafas. Berdiri di depan halaman mansion keluarga bangsawan vampir Lee dengan perasaan gelisah serta jari yang saling tertaut, terasa licin kala kehadiran seseorang tak kunjung juga menampakkan diri.

"Tenangkan dirimu, Haechan. Jangan merasa khawatir berlebihan, itu tidak baik untuk kondisi mentalmu."

Haechan menoleh ke belakang, mendapati vampir bersurai biru yang menjadi tambatan hatinya itu mendekat ke arahnya dengan senyum tipis.

"Akan sangat bohong sekali jika aku tidak merasa gugup juga takut, Mark." ucap Haechan dengan nada yang sedikit bergetar di akhir kalimat. Usapan lembut ia dapatkan dari vampir tampan di depannya ini.

"Kau harus percaya diri. Bukankah sudah saatnya kau memamerkan hasil latihanmu bersama tuan besar Lee pada ayahku? Beliau pasti bangga putra bungsunya memiliki slave hebat sepertimu."

Haechan tahu Mark sekarang tengah berusaha menghiburnya. Tapi tetap saja keresahan di hatinya tak kunjung pergi.

Jaemin muncul di balik pintu mansion lalu segera menghampiri Haechan dan memberikan pelukan penenang pada sahabatnya itu.

"Jangan takut, Haechanie. Ada aku yang selalu mendukungmu. Kau masih ingin bermain denganku, Renjun dan Chenle bukan? Maka bertahanlah. Tuan besar Jung tidak akan sekejam itu terhadapmu yang seorang pemuda manis ini."

Haechan hanya mengangguk di dekapan nyaman Jaemin. Ia membalas pelukan itu tak kalah erat. Mungkin saja pelukan ini adalah pelukan terakhirnya yang bisa ia rasakan pada Jaemin. Karena untuk selanjutnya ia akan menghadapi hal yang membuatnya tidak bisa menerka jika ia masih dibiarkan hidup atau mati.

"Mark adalah vampir yang kuat, maka kau sebagai slavenya harus bisa bertahan. Ikatan master dan slave ibarat seperti sebuah benang takdir yang tak dapat dipisahkan. Percaya diri saja jika kau bisa melewati hal ini dengan baik. Aku salut padamu yang tidak lari dari masalah dan memilih untuk menghadapinya. Aku bangga padamu, Haechan." ucap Jaemin sembari menepuk-nepuk pelan punggung sempit itu guna menyalurkan kekuatan pada sang sahabat yang tengah gugup luar biasa.

"Terimakasih, Jaemin.." Hanya itu yang bisa Haechan ucapkan sebelum pelukan keduanya terurai kala kedatangan Jaehyun, Jeno dan dua bawahan tuan besar Jung tiba di halaman mansion.

"Pergilah, tuan besar Jung sudah menunggu kalian."

Haechan meremat jemarinya yang terasa licin. Jaehyun ditemani oleh Jeno sudah berkunjung ke kediaman keluarga Jung untuk membicarakan masalah Mark dan Haechan. Mereka berdua disuruh menunggu sampai keduanya selesai berbincang dengan kepala keluarga Jung, dan dipersilahkan pergi saat utusan tuan besar Jung datang menjemput mereka.

Sentuhan lembut hinggap di belakang kepalanya, Haechan menatap Mark yang mengangguk meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.

"Tenang saja, Haechan. Ada aku di sampingmu." ucap Mark penuh dengan kelembutan. Berbeda dengan sorot matanya yang menatap sendu ke arah wajah manis Haechan yang terlihat tidak tenang. Mark tahu pasti bagaimana karakter ayahnya. Ia hanya berdoa semoga ayahnya tidak menyiksa Haechan terlalu kejam.

Dan yang lebih penting, dia menerima kehadiran Haechan di sisi putranya.

"Kami menjemput anda, tuan muda dan slavenya." ucap salah satu bawahan tuan besar Jung yang ditugaskan untuk menjemput mereka.

Mark dan Haechan berpamitan pada Jaehyun, Jeno dan Jaemin. Bahkan Jaemin sudah akan menumpahkan air matanya kala melihat punggung rapuh Haechan perlahan menjauh dari penglihatannya.

"Jangan lupa berkunjung ke sini lagi! Aku menantimu, Haechan!"

Seruan itu menghentikan langkah Haechan, kemudian ia berbalik dan menerbitkan senyum secerah mentari pagi untuk Jaemin yang telah jauh di sana.

"Pasti!"

Jaehyun dan Jeno hanya melihat kepergian Mark dan Haechan dengan diam. Terbetik sedikit rasa khawatir di hati Jaehyun saat mengingat pertemuannya dengan tuan besar Jung di kediaman vampir itu. Mereka disambut dengan senyuman oleh tuan besar Jung, namun tidak menapik suasana yang tercipta saat itu sungguh dingin. Senyuman itu mengandung banyak emosi buruk, dan yang lebih mendominasi adalah kemarahan dan kemurkaan yang berusaha ditutupi oleh sang kepala keluarga Jung tersebut.

"Semoga kalian masih bisa melihat dunia."

Jeno menoleh ke arah sang kembaran yang tengah sibuk mengusap air matanya. Untung saja Jaemin tidak mendengar gumaman Jaehyun barusan.



***



Mansion besar nan mewah serta gerbang tinggi mengelilingi halaman manison yang sangat luas tersebut menjadi tekanan tersendiri bagi Haechan. Seolah hanya dengan bangunan besar dan mewah itu saja membuatnya merasa diejek oleh keberadaannya yang hanya butiran debu di gurun pasir.

Gerbang besar itu terbuka memberi jalan pada kehadiran kedua vampir yang sedari tadi ditunggu oleh tuan rumah. Tekad yang sedari perjalanan Haechan pupuk dengan susah payah, perlahan runtuh karena melihat kehadiran tuan besar Jung yang sudah berdiri menunggu mereka di teras mansion dengan tatapan datar.

Kembali Haechan dirundung ketakutan. Ia melirik takut-takut ke arah punggung Mark yang masih berjalan tegap di depannya. Walaupun tak dapat dipungkiri Mark telah merasakan amarah sang ayah mulai dari menginjakkan kakinya di halaman mansion, Mark harus tetap tegar demi Haechan.

Setelah jarak keduanya lumayan dekat dengan tuan besar Jung, Mark membungkuk memberi hormat pada ayahnya.

"Aku pulang, ayah.."

Tidak ada respon berarti dari vampir bangsawan itu. Netra tajamnya menatap lurus pada wajah ketakutan Haechan yang sedikit terlindung akibat dirinya yang tengah membungkuk mengikuti Mark untuk memberi hormat.

Merasa tatapan sang ayah yang menakuti Haechan, Mark mengangkat wajahnya bermaksud untuk berbicara pada ayahnya agar tuan besar tersebut bisa sedikit saja mengurangi tekanan pada Haechan.

"Ayah-"

SRAK!

"Waaaa!!"

Haechan terjatuh ke tanah dengan keringat dingin menghiasi dahinya. Nafasnya tidak beraturan kala melihat tanah di depannya sudah terdapat banyak tombak tajam yang keluar dari tanah secara tiba-tiba. Terlambat sedikit saja untuk menghindar, tubuhnya pasti akan tertancap di tombak-tombak itu.

Mark tentu terkejut dengan serangan ayahnya yang tiba-tiba itu. Apa tuan besar Jung benar-benar tidak menyukai Haechan? Beginikah penyambutan ayahnya pada mereka.

"Mark Jung, masuk ke ruang penyiksaan sekarang."



Tbc.



Hampir lupa mau up. Sekarang lagi masa-masa sibuk, sibuk ngehalu😂

Yaudah, jangan lupa ⭐ dan 💬 ya~

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang