.
.
"Kau masih meragukanku."
Jaehyun mengalihkan pandangannya yang semula terfokus pada jendela jadi beralih ke pintu kamar yang terbuka menampakkan atensi si pemilik kamar. Jaehyun diam saja kala Johnny mendudukkan dirinya di tepi kasur dan dia masih bersandar pada kepala ranjang.
Jaehyun dibawa ke kamar Johnny untuk mengistirahatkan tubuhnya yang entah kenapa masih belum pulih juga. Ia hampir tersandung kakinya sendiri kala keseimbangannya mulai goyah akibat terlalu lama berdiri di bawah sinar matahari musim panas. Untung Johnny berjalan beriringan dengan Jaehyun dan langsung memapah sang mantan teman walaupun vampir Lee itu menolaknya. Sikap tsunderenya keluar dan Johnny langsung teringat pada Jisung. Ia terkekeh saja karena sungguh pasangan ayah dan anak itu sangat mirip.
"Mengeluarkan pedang Damocles untuk membuat anakmu berhenti mengamuk, aku tidak habis pikir kenapa kau melakukan hal itu kepada anakmu sendiri. Itu sama saja dengan kau membunuh Jisung secara perlahan. Dan jika benar itu terjadi, maka kau akan lebih jahat dariku."
Jahat ya?
Ia akui selama ini ia telah jahat bukan kepada Jisung saja, melainkan kedua anak kembarnya dan rakyat Neo yang ditinggalkannya.
Melepas tanggung jawab sebagai ayah, melepas tanggung jawab sebagai pemimpin negara.
Katakanlah Jaehyun pengecut dengan lari dari masalah yang ada dan menyembunyikan diri di tempat pengasingan. Meninggalkan luka bagi anak-anaknya.
Johnny menghela nafas pelan sembari menatap pemandangan yang tersaji di jendela besar miliknya. "Aku tidak lama berada disini karena ada hal penting yang diurus setelah ini. Namun sebelumnya-" jeda vampir Seo itu memastikan sang vampir Lee mendengarkannya. Di sana, Jaehyun nampak penasaran dengan kalimat yang sengaja ia gantungkan.
"Berbaikanlah dengan Jisung. Perbaiki kesalahanmu dan kembali kepada keluargamu."
Jaehyun tertegun di tempat. Kenapa Johnny tiba-tiba mengatakan hal itu?
Johnny menarik nafasnya, ia meletakkan kedua tangannya pada sisi tubuhnya, menegakkan punggung sembari menatap langit-langit kamar yang tidak menarik untuk dilihat.
"Jisung, dia tidak bahagia bersamaku."
Selama ini Johnny memang menyadari jika Jisung tidak menyukainya. Sedari awal malah. Segala sikap dingin dan pandangan sinis yang Jisung tunjukkan padanya kala bertemu dengannya pun cukup membuktikan bahwa Jisung tidak menyukainya. Ia asumsikan jika anak bungsu Jaehyun itu terpaksa ikut dengannya karena berusaha melindungi Chenle dari jeratan hukum leluhur mereka tentang pelanggaran hukum dua ras.
Johnny tahu sedari dulu Jaehyun memang sangat taat peraturan, tak dapat dipungkiri bahwa sang kepala keluarga Lee itu akan langsung membinasakan Chenle di detik pertama telinganya mendengar berita itu.
Posisinya sebagai orang yang paling tinggi kedudukannya di negara Neo, kejadian besar tersebut menjadi sebuah pertimbangan harga diri sebagai seorang pemimpin negara.
Adil, bijaksana, tegas dan berwibawa.
Kejam, dingin dan penuh intimidasi.
Semua kata sematan itu seketika hilang di dirinya kala dengan tak terhormatnya Jaehyun melepas posisinya sebagai ketua dewan.
Kini Jaehyun hanya berstatus tak lebih dan tak kurang hanyalah warga biasa. Marga Lee menyelamatkan status sosialnya di mata masyarakat. Jika Jaehyun sampai melepas marga 'Lee' yang selalu menyertai namanya, entah bagaimana kelanjutannya.
Jadi dengan posisi Jaehyun sekarang, maka ia tidak ada hak lagi untuk membinasakan para slave yang tercipta dari vampir bangsawan. Jaehyun bisa menghukum Mark karena vampir Jung itu yang meminta sendiri hukumannya, dan untuk Jisung, ia berhak karena vampir itu masihlah anak bungsunya.
Keputusan untuk membinasakan para slave dipegang oleh masing-masing pimpinan negara dan para petinggi kedewanan.
Johnny punya peraturan sendiri pada negaranya dan tidak terikat peraturan para leluhur dahulu. Jadi tidak ada alasan Johnny membinasakan Chenle disaat ia tidak bisa menyentuh vampir manis itu walau barang seujung rambut pun karena pasti ia akan berhadapan dengan Jisung.
Dan untuk Kun.. pria itu memang mengetahui pelanggaran yang dilakukan oleh Mark, namun ia belum berani untuk memutuskan dikala ia dan kedewanan sendiri pun masih membutuhkan jasa seorang Mark Jung di pemerintahan.
Hanya Kun yang tahu permasalahan ini, sedangkan para petinggi kedewanan belum mengetahuinya.
"Sepertinya aku harus pergi. Hanya itu yang dapat kukatakan padamu. Aku akan sangat bersyukur kalau kau merenunginya dan tak menuruti egomu yang keras kepala itu."
Johnny beranjak dari kasur menuju ke arah pintu yang tertutup. Sebelum tangannya memutar knop pintu, ia berujar sembari masih membelakangi Jaehyun,
"Kita hidup untuk merasakan kesedihan dan kebahagiaan. Kita berhak memilih jalan untuk menggapai kebahagiaan walaupun dengan cara tersendiri dan kadang tak menyadari jika orang lain akan menderita karena jalan yang kita pilih. Permasalahanmu disini hanya cukup diselesaikan dengan cara menurunkan ego masing-masing. Kau dan Jisung sama-sama keras kepala. Cobalah minta maaf padanya walaupun kau tidak salah. Dan kembalilah menjadi keluarga bahagia seperti dahulu. Perbaiki semuanya, tidak ada kata terlambat untuk memulai semuanya, perlahan saja. Dari hal-hal kecil seperti mengucapkan 'maaf' dan 'terimakasih', lalu saling mengungkapkan kata 'sayang' dan 'rindu'. Mudah saja melakukan hal tersebut jika hatimu tidak sekeras batu."
Johnny menoleh ke arah Jaehyun yang ternyata vampir dingin itu juga tengah menatapnya. Netra keduanya bertemu dan Johnny dapat melihat sorot sendu pada manik kembar sang teman.
Johnny menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tulus yang jarang ia perlihatkan pada orang lain. "Ku kembalikan Jisung padamu. Dia berhak bahagia bersama keluarga sesungguhnya."
Suara engsel besi terdengar bersamaan dengan daun pintu yang tertutup rapat. Meninggalkan Jaehyun seorang diri di kamar itu dengan pikiran yang berkecamuk.
Tbc.
Full momen JohnJae ya? Para daddy ganteng kesayangan anak-anaknya🤭 Semoga gak ngebosenin🤧
Oke janlup ⭐ dan 💬 ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...