.
.
"PEDANG DAMOCLES! KELUARLAH!!"
Jaehyun menengadahkan telapak tangannya ke atas langit. Tiba-tiba lingkaran sihir yang sama seperti di bawah kaki Jisung muncul di permukaan tanah yang dipijaknya, bersamaan dengan getaran hebat mengguncang tanah di bawahnya, serta bebatuan yang berada di pulau itu terangkat ke atas langit hingga menyatu menggumpal membentuk pola tak beraturan dengan cembung di bagian atas.
Tak lama bebatuan yang menggumpal tersebut terurai hingga nampaklah sebuah pedang perak besar dengan batu intan perak di tengah badan pedang bersinar terang di kegelapan malam.
Jisung mendongak menatap ke arah langit dimana pedang Damocles sang ayah tepat berada di atas kepalanya. Dengan sinar keperakan yang mengelilingi pedang kuno itu, ia dapat merasakan kekuatan besar dari pedang itu sedang menyerap perlahan kekuatannya.
"AAARRGHH!!"
Jisung meraung kesakitan akibat tubuhnya yang kembali digerogoti rasa sakit yang teramat hingga netranya mengeluarkan air mata darah.
Rasanya hati Jaehyun teriris perih kala melihat sang anak meraung keras di depan matanya.
Ini salahnya, kenapa sedari dulu ia tidak bersikap tegas pada anak bungsunya untuk memaksa agar ia mendapat pelatihan untuk mengontrol kekuatan besar milik keluarga Lee ini?
Penyesalan memang selalu datang belakangan. Waktu tidak dapat diputar kembali. Dan sekarang Jaehyun malah mengeluarkan pedang kuno ini untuk menyerap kekuatan sang anak bungsu agar terlepas dari amukan kekuatan besar yang menguasai tubuhnya.
Menyalahi aturan memang. Jika dulu kaisar Lee memunculkan pedang Damocles nya untuk memberikan kekuatan pada para prajurit yang sedang bertarung sengit di medan perang, maka Jaehyun menggunakannya untuk menyerap kekuatan sang anak bungsu yang kian tak terkontrol, mengambil alih tubuhnya hingga akal sehatnya terkikis.
Tidak, ini situasi genting. Hanya ada cara ini saja agar Jisung terselamatkan.
Jaehyun mengepalkan tangannya seiring dengan pedang Damocles yang kian bersinar dan teriakan Jisung semakin pilu.
"AAARRGHH! AYAH! INI SAKIT! SAKIT SEKALI!! HENTIKAN!"
Tanpa sadar mulutnya mengeluarkan darah merah pekat saking tersiksanya tubuhnya sekarang. Jisung jatuh berlutut sambil memegangi kepalanya yang terasa akan pecah.
Jaehyun memejamkan matanya tak sanggup melihat penderitaan sang anak. Ia tidak bisa menghentikan semua ini walaupun Jisung berkali-kali menyerukan kepadanya untuk segera berhenti.
Jaehyun tidak mau anaknya menjadi iblis gila.
Ia menatap pedang Damocles warisan kaisar Lee padanya yang terus menerus menghisap kekuatan Jisung dari atas sana. Pening seketika menghantam kepalanya hingga penglihatannya terasa samar-samar dan kemudian perlahan berputar. Kekuatannya juga terkuras banyak untuk mengeluarkan pedang kuno itu.
Jaehyun jatuh berlutut, hampir roboh ke tanah jika saja seseorang tiba-tiba memeluk lehernya, menahan tubuh lemah itu tidak jatuh ke tanah begitu saja.
Ia berusaha memicingkan matanya untuk melihat ke arah objek yang sudah kurang ajar memeluk lehernya.
Pemandangan wajah Chenle yang tengah tersenyum sendu tertangkap netra merah miliknya. Alisnya mengernyit heran kenapa slave anaknya bisa masuk ke silinder hitam saat tidak ada celah sedikitpun untuk jalan masuk ke dalam. Menghancurkannya pun mustahil.
"Kau pasti terkejut dengan kedatanganku ke sini." Chenle terkekeh pelan sembari mengusap belakang kepala Jaehyun dengan lembut. Jaehyun ingin mendorong tubuh tak tahu diri itu, namun kala sorot mata keduanya bertatapan, entah kenapa hatinya malah dirundung rasa rindu yang teramat besar hingga tanpa sadar matanya mengeluarkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampiriMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...