08

959 93 5
                                    




.


.



Semakin jauh langkah mereka berjalan ke depan sana, Haechan semakin keringat dingin. Mark berhenti membuat Haechan juga menghentikan kakinya.

"Tuan besar Lee, kami datang."

Haechan merinding kala Mark berucap. Ia memberanikan diri mendongak ke atas tempat arah pandang Mark yang tertuju ke batu besar di hadapan mereka.

Di sana, tepat di atas batu itu berdiri punggung lebar nan kokoh yang terbalut jubah hitam. Menjulang tinggi seolah-olah ia adalah penguasa dari hutan ini. Rambut keperakan yang bergoyang teterpa angin mengingatkannya pada sosok Jisung dan Jeno.

"Aku menunggu kalian."

Jaehyun berbalik hingga memperlihatkan netra merah yang menatap angkuh ke tempat mereka. Haechan bahkan tidak ingat lagi atensi si burung gagak utusan Jaehyun yang sudah terbang kembali ke sarangnya, yaitu pohon besar yang tumbuh di belakang batu besar itu.

Jaehyun menggulirkan matanya ke arah Haechan yang nampak ketakutan di balik punggung Mark.

"Jadi dia slavemu?"

Mark menoleh sejenak ke arah Haechan dan mengangguk. "Benar, tuan. Dia Lee Haechan, adik kelasku di Neo High School. Dia tinggal bersama pamannya, kedua orang tuanya.. pergi entah kemana."

Hanya itu yang dapat Mark katakan tentang latar belakang Haechan. Ia merasa tidak nyaman saat menyinggung perihal kedua orang tua Haechan yang telah membuang pemuda itu dan membiarkannya hidup sendiri. Beruntung sang paman mau membiayai hidupnya walaupun dia tidak bisa setiap saat menjaga keponakannya.

Jaehyun mengerti, ia mengangguk. "Kemari."

Mark berbalik dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Haechan. Si pemilik pinggang memekik kala tubuhnya dibawa melompat ke atas hingga mendarat sempurna di hadapan Jaehyun.

Sadar jika Haechan takut dengan aura yang ia pancarkan, Jaehyun pun menghentikannya agar Haechan tidak merasa terintimidasi oleh keberadaannya.

"Kalian mau dihukum bersama atau terpisah?"

Haechan terkesiap. Dirinya juga dihukum?

"Tidak, tuan. Hanya saya saja." ucap Mark mantap. Mata Haechan sudah berkaca-kaca membayangkan bagaimana Jaehyun menghukum vampir bersurai biru itu.

"Baiklah, kau Haechan, kemarilah."

Sang pemilik nama dirundung keraguan. Ia menoleh sebentar pada Mark yang tengah mengangguk meyakinkan.

Dengan langkah yang terkesan kaku, Haechan berjalan menghampiri Jaehyun dengan pandangan menunduk.

Puk

Satu tepukan lembut mendarat di pucuk kepalanya. Jaehyun menatap lembut wajah ketakutan Haechan yang tengah menatapnya was-was.

"Sudah bisa menguasai kekuatanmu?"

"Eh?" Haechan mengerjapkan bulu matanya bingung, tak menyangka jika pertanyaan itu yang terlontar setelah ia memiliki ekspektasi bahwa Jaehyun akan marah besar padanya.

"Se-sedikit.." cicit Haechan hampir berbisik. Jaehyun mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada Mark.

"Kau siap menerima hukuman dariku, Mark Jung?"

Mark mengangguk mantap.

"Kalau begitu, tanggalkan pakaian atasmu. Kita mulai setelah kau mendarat di bawah sana."

Tanpa basa-basi, Mark menanggalkan pakaian atasnya. Jaehyun mengarahkan telapak tangannya ke arah vampir Jung itu hingga tak lama tubuh itu terlempar ke bawah dengan keras.

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang