.
.
Bulir keringat menghiasi pelipis Haechan dimana saat ini vampir manis itu tertidur dengan damainya. Haechan sempat terbangun saat Renjun dan Jaemin berada di kantin rumah sakit untuk makan. Haechan kehausan dan sempat ingin menerjang salah satu perawat yang ingin melepas perban di tubuhnya. Namun dokter dengan sigap memberikan dua kantung darah untuknya minum serta obat bius agar vampir itu kembali tenang.
Dokter mengatakan jika luka luar yang di dapat Haechan sudah sembuh dan tertutup tanpa bekas berkat regenerasi kulit yang dimiliki setiap vampir. Namun kebutaan satu penglihatan Haechan serta kelumpuhan kedua kakinya akan lama untuk sembuh. Jika tidak ditangani dengan terapi, maka akan cacat berkelanjutan.
Renjun hampir pingsan ketika mendengar pernyataan dari dokter. Hatinya kembali teriris melihat kondisi sang sahabat yang memprihatinkan.
Haechan tidak memiliki apa-apa di dunia ini selain Renjun. Maka ia akan merawat Haechan sampai sembuh total, mengesampingkan kenyataan jika Haechan bukanlah manusia lagi.
Renjun meraih selembar tisu untuk ia sapukan pada bulir keringat yang tak sehat itu di pelipis sang sahabat.
"Kuharap setelah kau mengetahui kenyataan berat ini, semangatmu tidak luntur untuk terus sembuh. Kau tidak usah khawatir, Haechan. Ada aku disini, aku tidak akan meninggalkanmu. Karena aku pun hanya memilikimu seorang di dunia ini.."
Tetes demi tetes air mata kembali meluncur dari manik rubah yang sudah bengkak dan memerah akibat terlalu sering menangis. Bahkan Renjun rasanya tidak sanggup lagi untuk berkedip karena rasa perih selalu mendera bola matanya.
Perlahan dengan meraih selembar tisu baru, Renjun mengusap air matanya pelan, berusaha menenangkan emosinya yang belum stabil.
Pintu ruang inap Haechan terbuka dari luar. Renjun rasa itu Jaemin yang telah kembali dari toilet. Ia ingin meminta pada Jaemin untuk menjaga Haechan sebentar karena ia ingin mencuci wajahnya yang terasa sembab ini, sehingga menimbulkan rasa tak nyaman di kulit wajahnya.
"Jaemin, titip sebentar Haechan, aku-"
Renjun seketika mematung di tempatnya kala bukan Jaemin yang masuk. Ia sudah diceritakan oleh Jeno kronologi Haechan bisa sampai terbaring lemah seperti ini. Dan sumber penyebabnya sekarang menampakkan diri di hadapannya dengan wajah terkejut serta khawatir tertuju pada Haechan yang sedang berbaring di brankar.
"Akhirnya aku menemukan kalian. Renjun ap-"
PLAKK!!
Suara tamparan keras menggema seisi ruangan. Wajah rupawan Mark sampai tertoleh ke samping saking dahsyatnya tamparan dari Renjun.
Mark perlahan menoleh untuk menatap ke arah Renjun yang kini tengah menahan emosinya dengan tangan terkepal di sisi tubuhnya.
"Renjun, kenapa-"
"KENAPA KATAMU!? KAU SEHARUSNYA SUDAH TAHU PENYEBABKU SEPERTI INI!" teriak Renjun kalap. Dia benar-benar marah pada vampir bersurai biru yang telah membuat Haechan menjadi cacat.
Mark menggeleng, "Renjun, kau salah paham. Aku-"
"SALAH PAHAM KATAMU?? SETELAH KAU MEMBIARKAN HAECHAN DISIKSA OLEH AYAHMU DAN KAU MALAH MENGHILANG SAAT HAECHAN MEMBUTUHKANMU! BRENGSEK! KAU MASIH PUNYA MUKA UNTUK MENAMPAKKAN DIRI??"
Mark panik seketika, Renjun seperti kehilangan pengendalian diri sekarang. Nafasnya menggebu, mata sembabnya kembali memerah sampai liquid bening menetes beberapa dari ujung matanya. Ia menatap tajam ke arah Mark, seolah siap untuk menghajar habis-habisan vampir Jung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...