12

992 107 2
                                    




.


.



"Permasalahanmu hanya satu, yaitu malas. Jika kau tidak malas dan menuruti kata-kataku untuk berlatih, kau tidak akan pernah mendengarku membanding-bandingkan kemampuanmu dengan saudaramu. Dan kau tidak perlu salah paham terlalu jauh hingga sekarang."

Jisung masih mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia mendengarkan dengan baik perkataan sang ayah.

Malas, ya? Jisung tidak dapat mengelak jika dirinya dahulu suka memilih tidak mau ikut latihan bersama kakak dan ayahnya di halaman belakang mansion dan memilih untuk bermanja-manja dengan sang ibu.

"Jika kau merasa paling tersakiti disini, apakabar ayahmu ini yang telah menanggung rasa bersalah saat kau memutuskan pergi mengikuti Johnny?"

"Ayah terpuruk lebih dalam daripada kehilangan ibumu dulu. Ayah melepas semuanya, termasuk posisi sebagai ketua dewan, meninggalkan Jeno dan Jaemin yang bahkan masih sakit karena kehilanganmu. Mungkin ibumu di atas menangis tersedu-sedu melihat kita yang hancur terpecah belah seperti ini."

Jisung tentu tidak bisa menyembunyikan raut keterkejutannya setelah mendengar kondisi keluarganya setelah kepergiannya setahun yang lalu. Ini juga menjawab rasa penasarannya tentang keberadaan Jaehyun di pulau ini.

Mark yang sedari tadi mendengarkan ikut merasakan bagaimana beban berat yang selama ini ditanggung oleh Jaehyun seorang diri. Dia seorang kepala keluarga, tentulah memiliki banyak tanggung jawab terhadap perbuatan anak-anaknya.

"Ayah masih menyayangimu, Jisung. Jangan pernah berpikir jika ayah membuangmu hanya karena kesalahan yang selama ini kau perbuat. Kau tetap anakku. Anak bungsuku yang manja dan cengeng."

Sedewasa apapun seorang anak, di mata orang tua mereka tetaplah seorang anak kecil.

Jisung masih bungkam, ia merasakan berbagi emosi sedang bercampur aduk di hatinya.

Marah, sedih, murka, kecewa, bersalah, entahlah mana yang lebih dominan menguasai dirinya.

Tapi-

"AKU MASIH MEMBENCIMU!!"

Entah kekuatan besar datang darimana, Jisung melepas kekuatannya begitu saja hingga Mark yang masih menduduki punggung vampir itu terhempas jauh ke belakang, sedangkan Jaehyun terdesak mundur beberapa meter dari tempatnya semula.

Di depan sana, Jaehyun dapat melihat sang anak bungsu berdiri dengan nafas memburu, tatapan membara, dan di sekitar tubuhnya dikelilingi cahaya keperakan yang bergesekan langsung dengan udara di sekitar hingga menciptakan sebuah angin tajam yang berputar-putar mengelilingi vampir itu.

Jaehyun terkesiap, kekuatan besar itu pernah ia lepas pada saat peperangan melawan pemberontakan Traitor. Saat itu umurnya lebih muda dari Jisung dan membantu sang kakek di garis depan untuk menghabisi musuh. Ini digunakan untuk membuat tubuh sangat kuat, gesit menghindari serangan musuh, dan kekuatan lain yang dipunya bertambah berkali-kali lipat.

Dirinya sudah terlatih baik oleh sang kakek yang setiap hari memberikan pelatihan bak militer padanya. Makanya mudah bagi Jaehyun untuk menggunakan kekuatan itu sesuai porsinya.

Resikonya tentu besar, walaupun tidak sampai membunuh pengguna tubuh, tetap saja yang namanya kekuatan besar pastilah akan merusak beberapa anggota tubuh jika si pengguna kekuatan tak mampu mengendalikannya.

"Jisung! Kau tidak boleh menggunakan kekuatan itu secara sembarangan!"

Jisung tidak peduli, ia malah menerbitkan seringaian mengerikan ke arah Jaehyun yang mulai panik di tempat.

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang