27

877 119 7
                                    




.


.



Chenle sekarang menemui Jaehyun bersama Haechan di halaman belakang mansion. Kebetulan saat Haechan menyeret Chenle menjauh bermaksud ingin memisahkan ia dan Jaemin, tak disangka mereka malah bertemu Jaehyun yang sedang berdiri di antara jajaran bunga matahari sembari menatap hutan di belakang mansion.

Chenle sebenarnya ingin mencari vampir yang wajahnya mirip dengan Jisung untuk menanyakan keberadaan 'kekasih'nya karena terakhir kali ia lihat vampir itu lah yang menggendong Jisung sampai mereka tiba di mansion.

Tapi melihat Jaehyun yang hanya berdiam diri di tengah hamparan bunga, tak salahnya ia menanyakan keberadaan Jisung pada ayahnya sendiri.

"Paman Jae!"

Jaehyun tidak menoleh karena ia sudah merasakan kehadiran dua vampir manis itu bahkan sebelum Chenle menemukan atensinya disini.

"Paman tahu dimana Jisung?" tanya Chenle tanpa berbasa-basi saat ia sudah dekat di belakang Jaehyun.

"Dia berada di tempat terbaik. Kau tidak perlu merasa khawatir dengannya." jawab Jaehyun tanpa menoleh ke arah Chenle yang sekarang tengah mengubah ekspresi wajahnya menjadi seperti ingin menangis(?)

"Dimana tempat itu? Bisa paman beritahukan?"

Jaehyun bergeming sejenak, kemudian akhirnya menoleh ke belakang tempat Chenle berdiri. Jaehyun tertegun melihat manik merah Chenle yang terlihat berkaca-kaca. Sinar matahari pagi yang lumayan terik membuat kulit pucat Chenle dihiasi oleh lebam kemerahan namun samar yang tersebar di beberapa titik kulit wajah dan lehernya.

"Kenapa kau sangat ingin bertemu dengan Jisung?"

"Karena.. karena aku tidak bisa berjauhan dengan Jisung! Tubuhku terasa tidak nyaman jika tidak menghirup aroma Jisung. Aku tidak tahu kenapa, tapi ini rasanya sungguh menyiksa!" seru Chenle dengan linangan air mata yang sudah mebasahi pipinya. Alis Jaehyun mengkerut dalam atas sikap yang Chenle tunjukkan, namun seketika ia dapat memahami sesuatu di antara keduanya.

Ikatan master dan slave.

Tapi Jisung tidak boleh diganggu saat pemulihannya atau batu-batu sihir disana akan menjadi tidak fokus untuk melakukan penyembuhan terhadap Jisung karena ada seseorang yang masuk.

Namun disisi lain, Chenle membutuhkan keberadaan Jisung di sampingnya agar dirinya tidak tersiksa oleh gejolak aneh yang menggerogoti tubuhnya.

Jadi, mungkin ada dua opsi yang Jaehyun pilih. Jika opsi pertama malah berakhir kacau, ia terpaksa akan melakukan sedikit kekerasan sebagai jalan terakhir agar Chenle tidak mengamuk.

"Jisung sekarang berada di ruang khusus peninggalan kaisar Lee untuk leluhur kami gunakan sebagai tempat penyembuhan seusai perang. Ruangannya terletak terpencil di mansion ini karena perlu tempat yang sepi untuk melangsungkan ritual penyembuhan. Kau kupersilahkan untuk masuk, jika batu sihir yang berada di dalam menolak kehadiranmu, maka terpaksa kau tidak boleh masuk ke dalam sana sampai Jisung sembuh."

Dengan netra basahnya Chenle mengangguk, yang penting hari ini ia bertemu dengan Jisung.

"Ikut aku."

Jaehyun berbalik menuju ke dalam mansion diikuti oleh Chenle yang mengekor di belakang. Sedangkan Haechan memilih untuk mencari Mark sebelum dua vampir itu meninggalkan belakang mansion.

Sesuai perkataan Jaehyun, letak ruangan yang dimaksud memang agak jauh dari kamar anak-anak vampir Lee. Mereka harus melewati lorong yang panjang dan Chenle sempat melihat Jaemin yang sedang memasak di dapur. Ditarik dari arah dapur, mereka harus melewati ruangan-ruangan yang entah apa di dalamnya sebelum kaki mungil Chenle berhenti di depan ruangan dengan pintu berukiran rumit, terkesan lebih kuno di banding dengan pintu-pintu mewah lainnya.

Dengan sihirnya, Jaehyun berhasil membuka salah satu daun pintu itu hingga semerbak harum bunga mawar menyeruak ke luar tanpa terkendali. Chenle juga dapat merasakan aura Jisung yang terasa samar berasal dari dalam.

Selain pintu yang sudah Jeno segel dengan sihirnya, seluruh dinding ruangan itu dilingkupi oleh sihir pelindung sehingga aura vampir yang berada di dalam tidak bisa dideteksi oleh vampir yang ada di luar. Makanya Chenle resah karena aura Jisung tiba-tiba saja tidak bisa ia jangkau selama ia berkelana di mansion luas ini. Ia takut jika Jisung disembunyikan oleh Jeno di tempat yang jauh.

"Masuklah, tapi hati-hati dengan duri tanaman mawar ini."

Jaehyun hanya bisa mengantar sampai ke ambang pintu saja. Ia menyingkir kala Chenle ingin melangkah masuk namun terhenti karena tanaman mawar yang tengah mekar menutupi seluruh lantai yang ada di ruangan itu tanpa celah.

Chenle dapat melihat jika tepat di tengah-tengah ruangan terdapat peti mati yang terbuka hingga menampakkan sosok Jisung yang terlelap damai di dalam menggunakan pakaian khas vampir dengan satu tangkai mawar putih yang terselip di jemarinya.

Ia bahagia bisa melihat Jisung dengan keadaan baik-baik saja dalam tidur panjangnya.

"Jangan takut terluka, kau tidak lupa kan jika kau adalah vampir yang bisa beregenerasi?"

Chenle menoleh sejenak ke arah Jaehyun sebelum pandangannya turun pada lantai yang ditumbuhi oleh semak mawar setinggi mata kaki orang dewasa.

Jika ia ingin menghampiri Jisung di sana, ia harus melewati semak mawar penuh duri ini.

Baiklah, ini demi Jisung. Chenle rela kaki dan telapak kakinya tergores ribuan duri tajam hingga di beberapa daun mawar yang ia injak membekas bercak darah miliknya, namun Chenle tidak peduli.

Jaehyun memastikan jika Chenle telah sampai ke samping peti mati Jisung, lalu ia akan membiarkan pasangan master dan slave itu berdua selama setengah hari. Lalu ia akan kembali lagi ke ruangan itu untuk memastikan reaksi dari batu sihir yang berada di sudut ruangan.

Apakah mereka menerima kehadiran Chenle di sana ataukah menolak?

"Pintu ini akan ku tutup, dan kubuka kembali saat jam makan siang. Pastikan kau tidak mengacau selama berada di sini."

Chenle menoleh ke arah pintu bermaksud untuk berterima kasih kepada Jaehyun, tapi terlanjur pintu sudah tertutup rapat dari luar hingga meninggalkan Chenle bersama Jisung dalam kesunyian.

Aroma mawar yang menguar pekat tak bisa keluar dari celah-celah angin tidak menjadikan Chenle muak menciumnya seperti awal kedatangannya ke ruang ini. Ada Jisung disini, jadi ia merasa nyaman berada di ruang pengap ini, sampai mengabaikan telapak kaki dan lututnya yang tertusuk duri tajam dari batang mawar yang ia lalui untuk bisa sampai ke tempat Jisung terbaring.

Chenle menatap wajah damai Jisung yang betah memejamkan matanya entah sampai kapan. Jemari kecil itu menyentuh kening yang tertutup surai keperakan itu dengan manik yang entah sejak kapan membendung liquid bening di kelopak bawah.

Chenle menangis entah itu karena senang ia telah berada di samping Jisung, atau sakit karena melihat masternya tak kunjung bangun juga.

"Jisung.. Jisung, buka matamu ya? Jangan tinggalkan aku.."



Tbc.



Dari teman-teman author banyak keluhan kalo Wattpad versi baru ini banyak problematik. Mulai dari draf yang tiba-tiba hilang, lalu gak bisa vote cerita, dll.

Untung aja book ini udah saya backup di apk catatan, jadi aman2 aja:)

Okeh segitu aja untuk hari ini. Janlup ⭐ dan 💬 ya~

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang