.
.
Mark berdiri dari geladak kapal kala mendapati aura tuan besar Lee sedang menuju ke arah kapal ini berada. Samar-samar ia dapat mendengar seruan heboh Chenle sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya.
"Itu kapalnya!"
"Ada vampir biru itu juga, temannya paman kan?"
"Pasti vampir gembul itu juga ada. Kenapa dia terus menempeli vampir biru itu seperti anak ayam yang tidak mau pisah dengan induknya?"
"Kau juga suka menempeli Jisung seperti anak kucing."
Terdengar pekikan tidak terima dari vampi manis itu. Mark yang melihat interaksi mereka bingung ingin bereaksi bagaimana. Tapi jika Chenle tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan saat berdekatan dengan Jaehyun, berarti ada suatu hal baik yang terjadi di antara keduanya sebelum ini.
Ia telah mengamati situasi yang terjadi pada pedang Damocles milik keluarga vampir Lee sejak kepergian Chenle. Ia menjadi saksi bagaimana pedang kuno itu bersinar terang dan menyerap sesuatu di bawah silinder hitam. Lalu berhenti bersinar dan runtuhnya silinder hitam itu menjadi abu, hilangnya pedang kuno itu dan selang beberapa jam kemudian kemunculan Chenle bersama dengan Jaehyun dan Jisung yang berada di punggung ayahnya.
Mark bergegas berlari ke haluan kapal untuk menyambut kedatangan tiga vampir itu. Chenle melepas pegangannya pada lengan Jaehyun kala sebelumnya saat di perjalanan ia merengek sesak nafas karena diapit Jaehyun terlalu erat di ketiaknya. Padahal itu hanya alasan Chenle saja supaya ia terlepas dari cekalan maut Jaehyun. Namun sebagai jaminannya ia memegang lengan vampir Lee itu selama perjalanan. Entahlah kenapa Chenle menginginkan hal itu saat dimana ia boleh berjalan beriringan tanpa saling berpegangan. Ia hanya khawatir jika ia lepas pegangan pada Jaehyun, vampir itu akan membanting Jisung yang mumpung dalam keadaan lemah di punggungnya.
Jaehyun tidak mempermasalahkan hal itu, justru ia senang karena vampir manis itu sangat peduli pada anak bungsunya. Ia rasa saat dalam perjalanan, bagaimana Chenle berceloteh panjang lebar tentang hutan abu-abu ini sambil memegang satu lengannya yang bebas, ia jadi merasa terbang ke masa lalu dimana dirinya saling berpegangan tangan dengan Taeyong, satu tangannya menggendong Jisung di dadanya, Jaemin yang berada di bahunya sambil memeluk erat lehernya dan Jeno yang berpegangan tangan dengan Taeyong di sisi lain.
Keluarga kecil itu saling melempar tawa bahagia sembari berjalan bersama ke suatu tempat indah yang direkomendasikan oleh Taeyong sendiri, yaitu pantai.
Dalam harapnya pada senja yang melukiskan pemandangan indah pada sore itu, Jaehyun benar-benar merekam kenangan ini baik-baik di memorinya.
Selama ini hanya Taeyong lah yang membangunkannya ketika dia jatuh. Maka ketika pegangannya hilang, Jaehyun jadi kehilangan arah dan malah menghapus senyum bahagia pada bibir anak-anaknya.
Ayah macam apa itu?
"Kau bukan vampir jahat kan?"
Seruan dari Chenle menyentak lamunan Jaehyun tentang keluarganya. Tangan vampir manis itu telah terlepas dari lengan bajunya dan beralih menuding Mark yang hanya diam di haluan kapal.
Mendapati pertanyaan seperti itu, Mark menggeleng. "Tidak, kau bisa percaya padaku."
Walaupun Mark sudah berkata dengan serius, Chenle tetap melayangkan pandangan waspada pada vampir Jung itu.
"Benarkah?"
Mark mengangguk yakin. Chenle memicing sejenak kemudian melompat ke kapal dan berhasil mendarat sempurna di haluan kapal.
"Sekarang bantu aku mengangkat Jisung ke dalam. Kasihan paman dingin itu kelelahan mengangkat Jisung sampai ke sini. Lihat saja wajahnya sudah pucat begitu."
Mark menatap kondisi Jaehyun yang memang terdapat banyak guratan kelelahan di wajah rupawan itu.
"Kemarikan Jisung pada saya, tuan. Anda bisa beristirahat sekarang."
Tanpa kata lagi Jaehyun mengoper tubuh Jisung untuk ia serahkan pada Mark dan Chenle. Mark yang lebih banyak mengangkat beban Jisung, Chenle hanya membantu dengan doa saja.
Sang nahkoda keluar dari kabin dan menatap terkejut pada Jaehyun yang sedang berjalan di belakang Chenle. Walau bagaimanapun ia mengenali Jaehyun sebagai ketua dewan negara Neo sebelum dirinya memutuskan untuk pergi ke negara Johnny karena diusir oleh masyarakat di desanya akibat dirinya yang ketahuan seorang anggota Traitor.
Si nahkoda bergegas menghampiri Jaehyun yang langkahnya mulai oleng karena tungkainya sudah tidak bertenaga lagi hingga membuahkan kernyitan pada dahi Chenle.
"Ma-mari saya antar anda ke dalam, tuan besar Lee." gugup sang nahkoda. Jaehyun hanya mengangguk saja sebagai respon. Dirinya sudah terlalu lelah untuk sekedar membuka mulut. Energinya terkuras habis untuk menanggapi celotehan Chenle yang entah kenapa semakin mereka mendekati tepian pulau, semakin random pembahasan mereka. Sama seperti Taeyong. Jika dilihat sekilas Taeyong nampak pendiam dan anggun, tapi di dalam ia sangat cerewet dan tidak bisa diam. Sifat ini menurun ke salah satu anak kembar mereka, yaitu Lee Jaemin.
Chenle memberhentikan langkahnya beberapa jengkal pada pintu kabin kapal yang terbuka. Mark sudah masuk ke dalam dengan membawa Jisung di bahunya, paman nahkoda serta Jaehyun juga telah hilang di balik pintu sempit itu.
Di dalam dapat terdengar suara Mark yang menyuruh Haechan mengambilkan segelas darah untuk Jaehyun. Omong-omong soal pemuda yang Chenle sebut dengan 'vampir gembul' itu memang akan keluar dari kabin karena mendengar suara ribut-ribut di luar, tapi urung karena Mark sudah menerobos masuk sambil menggendong Jisung yang sudah jatuh tertidur saat di perjalanan.
Walaupun masih menyimpan puluhan pertanyaan, ia tetap menyelimuti Jisung yang sudah Mark letakkan di lantai kabin dengan posisi tidur senyaman mungkin untuk vampir itu berbaring. Lalu tak lama Jaehyun dan si nahkoda datang dengan keadaan Jaehyun yang seperti hampir pingsan, pun ia kelabakan mencari stok darah di tas milik Chenle. Hanya tas itu satu-satunya harapan keberadaan stok makanan untuk penghuni di kapal itu.
Sekedar informasi, selama pengasingan Jaehyun sama sekali tidak meminum darah. Ia ingin menebus rasa bersalahnya dengan membiarkan tubuhnya perlahan melemah karena kekurangan asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bagaimana Jaehyun dapat mengonsumsi darah dengan nyaman kala permasalahan yang datang padanya sungguh menyiksa fisik dan mentalnya. Ia sengaja memilih hutan abu-abu yang tidak berpenghuni ini sebagai tempat pengasingannya.
Selama setahun ia melakukan pengasingan diri, perlahan tenaganya mulai berkurang, di tambah menghukum Mark, bertarung melawan anak bungsunya dan mengeluarkan pedang Damocles. Berapa banyak kekuatan yang ia keluarkan tak sebanding dengan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Jika saja Taeyong tidak datang waktu itu, maka mungkin dirinya bisa saja terbunuh di tangan anaknya sendiri.
Tbc.
Wah, pendek ya?
Janlup ⭐ dan 💬
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...