.
.
"Paman Jae!"
"Jeni- eh, siapa ya? Jeno? Ya Jeno!"
"Jaemin cerewet!"
"Vampir biru itu siapa namanya ya? Lupa. Oh si Mark. Mark?!"
"Haechan gembul!"
Chenle berlarian di luasnya mansion bangsawan Lee, mencari-cari keberadaan penghuni rumah yang entah kenapa tidak kunjung menampakkan atensinya kala beberapa kali Chenle berteriak keras ke seluruh penjuru ruangan yang ia singgahi. Pintu kamar sudah ia ketuk semuanya, tetap tidak ada yang muncul.
"Kemana semua orang?"
Chenle berlari ke halaman belakang mansion kala teringat jika tempat tersebut dijadikan lahan latihan bagi Haechan. Namun sejauh mata memandang, hanya hamparan asri padang rumput hijau dan taman berbagai bunga yang berada di sana.
"Apa mungkin mereka semua sedang ada urusan di luar? Huft.. ya sudah kalau begitu."
Vampir manis itu meninggalkan area belakang mansion, menyusuri lorong panjang untuk kembali ke ruangan Jisung.
Seketika Chenle membelakakan matanya kala melihat Jisung yang entah kapan sudah berada di ambang pintu sambil bersusah payah menyeimbangkan tubuhnya dengan berpegangan erat pada bingkai pintu.
"Astaga, Jisung!" pekiknya sambil bergegas menghampiri Jisung yang akan limbung ke lantai.
"Kalau kau tidak mampu jangan dipaksa, Jisungie." omel Chenle sembari dengan susah payah menahan bobot badan Jisung yang saat ini seluruhnya menumpu padanya.
"Aku bisa sendiri."
"Masih bisa belagu disaat keadaanmu seperti ini?"
"Menjauh, jangan pegang tanganku!"
"Nanti kau bisa jatuh!"
"Aku tidak perlu bantuanmu!"
"Oke! Silahkan berjalan sendiri."
BRUK!
Chenle hanya menatap datar pada Jisung yang sekarang sudah tersungkur ke lantai dengan tidak elitnya.
"Kan? Apa yang kubilang tadi."
***
"Chenle."
"Iya?"
Chenle menghentikan pergerakannya yang ingin membereskan gelas kosong bekas darah segar yang barusan dihabiskan oleh Jisung, dan menatap pada masternya yang sekarang tengah melihat langit-langit kamarnya.
"Aku bermimpi.. ibu." gumam Jisung pelan namun masih didengar baik oleh Chenle. Mengesampingkan gelas kosong yang akan ia bereskan, Chenle duduk di samping kasur Jisung sambil mengusap surai perak yang terasa agak kasar karena tidak mendapatkan perawatan entah sudah berapa lama.
"Benarkah? Baguslah. Pasti ibumu sedang merindukanmu."
Jisung masih terdiam, Chenle juga tidak ada niatan ingin bertanya lebih lanjut soal ibu Jisung. Sejujurnya ia penasaran dengan sosok ibu Jisung, tapi ia juga sadar situasi jika sekarang ini bukanlah waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu pada Jisung, terlebih vampir tampan itu baru saja bangun dari tidur panjangnya.
"Istirahatlah, jangan banyak pikiran dulu. Kau kan baru saja sadar dari tidur panjang, nanti kondisimu berubah buruk kan bisa bahaya." nasihat Chenle kala terjeda keheningan yang lumayan lama diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...