.
.
Satu purnama terlewati, Jisung tetap enggan membuka matanya. Maka dari itu sesuai kesepakatan awal, Jaehyun akan membawa Jisung kembali ke mansion keluarga mereka.
Johnny sudah menyetujui keputusan mereka yang akan membawa pulang Jisung walaupun jauh dalam lubuk hatinya ia merasa bersalah pada Jisung karena beberapa hari sebelum keberangkatan mereka ke hutan abu-abu, ia mengancam Jisung yang mungkin saja kata-kata yang ia lontarkan menggores hatinya.
Karena lama tinggal bersama para Traitor dan tumbuh kembangnya di sisi pemimpin Traitor terdahulu menjadikan Johnny memiliki kepribadian yang mirip dengan sang pemimpin Traitor sebelumnya.
Berlaku licik dan lontaran kata-kata ancaman sudah hal biasa dia lakukan selama kesehariannya hidup. Jadi saat Johnny menyeret Jisung ke ruang kerjanya dan mengancam vampir itu agar menuruti perintahnya, Johnny sadar ia salah dan tak pantas untuk mengeluarkan kata-kata pahit tersebut di kala Jisung menginginkan kehidupan tenang dan tanpa jeratan ancaman yang mengganggu mentalnya.
"Kau mau aku buang, nak?"
Pertanyaan itu spontan keluar saat aura sebagai pemimpin Traitor mengambil alih jiwanya. Sebenarnya pun Johnny tidak sampai hati mengucapkan pertanyaan itu sampai pada ia disadarkan oleh kedua netra kembar milik Jisung yang bergetar selepas mendengar ucapannya.
Karena terlanjur terucap, Johnny tidak mau menarik kata-katanya lagi. Itu akan menjatuhkan harga dirinya sebagai pemimpin negara.
Dan sekarang setelah melihat bagaimana wajah pucat Jisung yang terbaring damai di brankar rumah sakit membuat hatinya teriris. Banyak rencana yang sudah ia susun saat menyambut kepulangan Jisung dan Chenle nanti. Berharap kabar baik yang ia dengar, tapi yang ia dapatkan malah kabar buruk. Kabar buruk yang menyertainya mungkin berkelanjutan.
Pembicaraan Jaehyun malam itu yang akan membawa pulang Jisung kembali ke manison mereka, membuat Johnny sedikit tidak rela melepas Jisung secepat ini. Tapi demi kesembuhan anak itu, ia akan mengalah kali ini. Ia sudah menduga cepat atau lambat Jisung akan pergi dari sisinya.
"Terimakasih sudah menjaga Jisung selama ini dan memberikan kasih sayang yang tidak pernah kuberikan padanya."
Johnny hanya tersenyum pahit mendengar penuturan dari sang teman. Kasih sayang ya? Selama ini ia sudah memberikan segalanya kepada Jisung sebagai bentuk kasih sayangnya pada anak itu. Tapi Jisung selalu menolaknya mentah-mentah. Johnny rasa ia tidak pantas mendapatkan ucapan terimakasih dari Jaehyun.
"Ya, santai saja. Kau tidak perlu seperti ini." ujar Johnny mengibaskan tangannya ke depan wajahnya.
"Kalian juga akan ikut pulang?" Johnny bertanya pada Mark dan Haechan yang juga ikut duduk bersama dua vampir dewasa itu. Soal pasangan master dan slave itu sudah Johnny ketahui mengapa mereka ada di pulau itu dan kejadian yang menimpa mereka sebelum memutuskan untuk pergi ke hutan abu-abu menemui Jaehyun.
Mark sendiri yang menceritakan saat keduanya tak sengaja berpapasan di ruang tamu. Johnny yang saat itu memiliki waktu luang pun mengajak Mark mengobrol santai di ruang tamu.
Sebelumnya ia tidak pernah bertemu langsung dengan anak bungsu keluarga Jung itu. Hanya sekedar tahu jika pemimpin Traitor terdahulu saat bertarung melawan anak sulung keluarga Jung, ia mengetahui jika vampir Jung itu memiliki adik laki-laki yang masih dalam usia belia. Tidak menyangka jika adik tersebut sudah sebesar ini sekarang dan sudah mampu menjabat sebagai asisten ketua dewan.
Waktu memang cepat berlalu.
"Sa-saya.."
Haechan dapat merasakan kegelisahan Mark. Vampir itu duduk dengan tegang sembari memainkan jari-jarinya yang tiba-tiba terasa licin. Banyak kekhawatiran jika ia kembali ke negara Neo. Tentang Kun, pemerintahan dan ayahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...