.
.
Renjun tidak tahu kenapa takdir sebegitu senangnya mempermainkan kehidupan teman-temannya. Dirinya, Chenle dan Haechan sedari awal kehidupan memiliki takdir yang kurang beruntung dibandingkan dengan orang lain yang hidup dan tumbuh di lingkungan yang penuh dengan limpahan kasih sayang bernama 'keluarga'. Kalaupun ada lika-liku kehidupan di setiap alurnya, tetapi setidaknya mereka bisa merasakan kasih sayang dari orang sedarah. Namun bagaimana dengan Renjun, Chenle dan Haechan? Mereka bertiga hanya memiliki satu sama lain saja. Mereka punya kebahagiaan sendiri. Mereka saling menyayangi satu sama lain. Namun kenapa harus nasib buruk yang selalu menimpa dirinya dan teman-temannya?
Renjun sudah trauma oleh kepergian Chenle tanpa kabar waktu mereka berada di tingkat dua. Namun Chenle kembali sebentar lalu pergi lagi, meninggalkan bekas luka di hati Renjun yang perlahan berdenyut sakit. Dia mencoba mengikhlaskan kepergian Chenle, mensugesti dirinya sendiri dengan pemikiran positif jika Chenle pergi membawa alasan yang mungkin itulah jalan terbaik untuk Chenle sendiri.
Tapi sekarang, Haechan menghilang tanpa jejak begitu saja setelah pulang dari mansion vampir Lee. Renjun awalnya merasakan hal yang tidak enak pada malam itu, tapi ia berusaha menepisnya dengan menunggu kabar dari Haechan yang bilang jika pemuda itu akan menghubunginya jika telah sampai ke rumah dengan selamat. Sialnya Renjun ketiduran karena kelelahan menunggu kabar dari sang sahabat. Paginya dia mencek lagi keadaan ponselnya, namun tidak ada pemberitahuan masuk dari Haechan. Renjun kira dia akan menemukan sahabat mataharinya di sekolah, tetapi nihil, Haechan tidak masuk tanpa keterangan.
Dari sanalah Renjun panik dengan kemungkinan-kemungkinan buruk terus-menerus muncul dari benaknya, hingga pada saat tak bisa berpikiran jernih lagi, ia menelpon Jaemin untuk menanyakan keberadaan Haechan pada vampir cantik itu. Mungkin saja kan Haechan berkunjung ke mansion teman barunya.
Tapi tak disangka jawaban Jaemin justru membuatnya semakin panik. Alih-alih menjawab pertanyaannya, Jaemin malah ingin berkunjung ke asramanya. Walaupun dengan hati gelisah, Renjun tetap mengiyakan permintaan Jaemin yang ingin bertemu dengannya.
Jaemin tidak langsung menjawab pertanyaan Renjun tentang apa yang telah terjadi pada Haechan, karena Jaemin tahu Renjun belum siap untuk mendengar kebenarannya.
Maka sebagai tindakan antisipasi, ia membawa Jeno bersama bayangannya untuk memberikan sedikit efek sihir pada ingatan Renjun. Jeno membuat Renjun agar melupakan soal Haechan untuk 'sementara', sebelum Jaemin rasa Renjun sudah siap mengetahui apa yang telah terjadi pada Haechan di waktu yang tepat.
Dan saat hari dimana Haechan pergi bersama Mark ke hutan abu-abu, Jaemin memberitahukan kebenaran yang menimpa Haechan beberapa minggu lebih. Jaemin juga tidak bisa selamanya menyembunyikan hal ini pada Renjun. Renjun berhak tahu apa yang sudah terjadi dengan sahabatnya.
Karena sudah menduga jika Renjun akan terkejut hebat dan bahkan sempat pingsan, Jaemin meminta izin kepada Jeno untuk membiarkan Renjun menginap di mansion mereka sampai mental pemuda itu kembali stabil. Jika Renjun dibiarkan sendirian di asramanya tanpa ada yang mengawasi, Jaemin khawatir jika sampai Renjun nekat menyakiti dirinya sendiri.
Selama Haechan pergi, Renjun terus-terusan bersedih sehingga Jaemin sebisa mungkin mengalihkan perhatian Renjun agar melupakan sejenak kesedihannya. Jaemin selalu memberikan kata-kata positif agar Renjun bisa percaya jika Haechan yang sudah jauh di sana akan baik-baik saja, terutama ada Mark yang akan menjaga dan bertanggungjawab kepada pemuda beruang itu.
Perlahan tapi pasti, Renjun berangsur-angsur mulai bisa mengikhlaskan keadaan. Jaemin senang karena Renjun mampu melewati masa terpuruknya dengan baik.
Kala dirasa mental Renjun sudah stabil, maka Jaemin membiarkan Renjun pulang dan kembali bersekolah seperti biasa walaupun tetap dalam pengawasan Jaemin secara diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...