.
.
"Hutan abu-abu?"
Jeno mengangguk, "Ayahku bilang jika ia ingin menenangkan diri disana. Nanti dulu bertanya, sangat tidak elit berbicara di ambang pintu seperti ini."
Sang tuan rumah memapah tubuh lemah Mark untuk duduk di sofa ruang tamu mansion Lee.
"Minumlah." Jeno menyodorkan segelas darah kepada vampir Jung itu yang memang selalu disediakan oleh Jaemin di atas meja ruang tamu jikalau ada tamu dadakan yang datang.
Mark berterimakasih sembari menerima sodoran gelas itu dengan tangan gemetar. Karena merasa jika pegangannya akan goyah, Mark langsung meneguk isinya sampai tandas. Hal itu pun disalahpahami Jeno jika Mark benar-benar tengah kehausan sekarang.
Setelah memastikan Mark sudah selesai dengan minumnya, Jeno kembali berujar, "Aku tidak tahu letak pastinya hutan abu-abu itu dimana. Ayah hanya bilang jika ia akan berkelana ke arah barat. Setahuku di sana ada satu pulau tak berpenghuni yang tidak diakui oleh negara manapun karena beberapa alasan. Yang paling mendominasi adalah adanya rumor yang mengatakan jika pulau itu tempat kediaman monster mengerikan peliharaan iblis. Sebagian lain menyebutkan pulau itu sebagai pulau hantu karena jika dilihat dari kejauhan pulau itu nampak seperti siluet hitam dengan kabut abu-abu tebal yang menyelimuti di sekitarnya. Kabut itu tak pernah hilang dan sering menyesatkan para pelaut jika tak sengaja melewati daerah itu."
Mark terdiam mendengar penjelasan panjang Jeno yang tengah mendeskripsikan bagaimana rupa dari hutan abu-abu tersebut.
"Jika tuan besar Lee mengetahui rumor itu, kenapa beliau malah memilih tempat itu untuk pengasingannya?"
Jeno terkekeh mendapati pertanyaan kekanak-kanakan dari vampir di hadapannya ini.
"Kalau kau lupa, ayahku bahkan lebih mengerikan dari sosok monster yang bahkan tidak pasti keberadaannya di pulau itu."
Ah, haha.. betapa malunya Mark sekarang. Ia menunduk sembari menyibukkan diri mengamati ukiran kuno di permukaaan gelas yang masih ia pegang. Menghindari tatapan Jeno yang mungkin sedang mengejeknya.
"Jadi?"
Mark mengangkat pandangannya, melihat raut Jeno yang kembali serius.
"Kalau kau tetap berpikiran untuk pergi ke hutan abu-abu itu, tolong pertimbangkan keadaanmu dan juga slavemu. Jika keadaanmu tidak lemah begini, mungkin aku tidak akan repot-repot berbicara panjang lebar seperti ini."
Walaupun nada yang digunakan terkesan datar dan cuek, sebenarnya Jeno juga khawatir dengan keadaan Mark yang masih lemah serta Haechan yang belum bisa mengendalikan dirinya dengan tubuh barunya.
Jika Mark tetap nekat pergi dengan keadaan seperti ini, mungkin Jeno akan memasukkan keduanya di ruang bawah tanah lagi.
"Pikirkan hal ini baik-baik dan bicarakan juga dengan slavemu. Ada sesuatu yang aku urus."
Jeno beranjak pergi tanpa memberi Mark kesempatan untuk bicara, meninggalkan vampir Jung itu dengan pikirannya yang rumit.
Vampir Lee itu pergi bukan tanpa alasan. Ia pergi ke pelabuhan sebelah barat tempat dirinya mengantarkan sang ayah untuk yang terakhir kalinya. Netranya menatap jauh ke seberang laut sebelum memilih tempat yang tenang dan sepi agar dirinya bisa fokus untuk menyambungkan pikirannya dengan Jaehyun yang entah seberapa jauh keberadaannya.
Jeno mulai memejamkan matanya, merasakan pikirannya terbang melayang jauh menyusuri setiap jengkal lautan yang berada di arah barat. Perlu waktu lama untuk mendapatkan siluet hitam seperti pulau yang mengapung di tengah lautan hitam berselimut kabut tebal berwarna abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK III [END] __ "Berhenti melawan, nak. Tangan dan kakimu akan patah." "Tidak akan!" "Ayah masih menyayangimu." "AKU MASIH MEMBENCIMU!" "Kau seperti putri tidur jika terlelap begini. Kalau aku menciummu, apa kau akan terbangun?" "I'm yours...