07

1K 97 4
                                    




.


.



Burung gagak hitam yang bertengger di bahu Jeno seketika mengepakkan sayapnya dan beralih hinggap di ujung sampan kala Mark dan Haechan telah sepenuhnya duduk di atasnya.

"Kami pergi. Terimakasih sudah mengantar kami, tuan."

Jeno mengangguk sembari memperhatikan sampan itu perlahan berlabuh meninggalkan daratan. Sebelum Mark pergi, Jeno sudah mengatakan jika ia telah mengurus tanggungjawabnya di kedewanan. Telah ditetapkan bahwa Jeno lah yang akan menggantikan posisi Mark untuk sementara, walaupun tidak secara resmi.

Bukan tanpa persetujuan, Kun sudah menyetujui hal ini dan memaklumi keadaan yang menimpa sang asisten kesayangannya itu.

Jadi baik Mark maupun Haechan, keduanya pergi dengan hati ringan, meninggalkan segalanya di negara Neo, menyambut hal baru yang menanti di seberang sana.

Sesuai perkataan Jeno, lautan pada musim panas cenderung tenang dengan ombak kecil yang terkadang ikut membantu mendorong sampan mereka ke arah tujuan.

Haechan memainkan air laut dengan tatapan sendu. Walaupun Jaemin menyuruhnya untuk tidak memikirkan apapun selama perjalanan, tetap saja pikirannya tidak bisa tenang.

"Tidurlah kalau kau lelah."

Suara Mark terdengar, ia menoleh ke arah vampir bersurai biru itu yang tengah sibuk mengayuh dayung yang terkait di kedua sisi sampan.

Mark mengerti mengapa Jeno menyuruh mereka menggunakan sampan dengan tenaga manual. Untuk meminjam kapal dengan bantuan mesin tentulah ada suatu prosedur yang harus diperhatikan. Dan itu pasti akan ditanyakan alasan mengapa ingin meminjam kapal. Berbohong bukan keahlian Jeno. Dan banyaknya kapal yang disewa nelayan maupun nahkoda untuk melakukan pekerjaan rutin mereka, akan sangat sulit mencari kapal yang benar-benar kosong.

Tanpa protes sedikitpun, Mark menyetujui. Ini juga demi keamanan mereka dari para penjaga perbatasan. Walaupun Mark orang yang berpengaruh di kedewanan, oleh karena jabatannya itulah yang akan mempersulitnya untuk keluar masuk secara seenaknya.

"Kau?"

Mark menoleh ke arah Haechan, ia menggeleng. "Tidak, aku masih belum merasa kelelahan."

Haechan mengerti, ia tidak ingin mendebat vampir Jung itu lagi. Tapi jika Mark kelelahan mendayung, ia siap untuk menggantikan.

Haechan kembali memainkan air laut yang terasa dingin menyentuh kulitnya. Bulan di atas langit semakin meninggi, menandakan malam semakin larut.

Hening, hanya terdengar kecipak dari dayung yang beradu dengan lautan.

Kur kur

Baik Haechan maupun Mark mengarahkan pandangannya pada sang gagak hitam yang sejenak terlupakan atensinya. Unggas kecil itu mengepakkan kedua sayap kecilnya menuju Mark, hinggap di bahu vampir itu dan menggosokkan paruhnya ke sayap di sebelah kirinya satu kali.

Mark seketika paham dengan maksud si gagak yang menyuruhnya mengarahkan sampan ke arah kiri.

"Baiklah, ke arah kiri."

Sampan berbelok ke arah kiri. Mata kecil gagak itu mengedip sejenak sebelum bersuara kembali dan terbang ke tempatnya semula, yaitu ujung depan sampan.

Haechan yang melihat semuanya pun terkagum-kagum. Mark paham karena sudah diberitahukan oleh Jeno tentang kode-kode gerakan dari si gagak.

Jika gagak itu bersuara nyaring, maka di depan sana terdapat bahaya yang menghadang. Namun untuk saat ini gagak itu belum memperlihatkan kode itu. Semoga seperti ini sampai ke tujuan.

Haechan dengan membawa tubuhnya mendekati si gagak tanpa berdiri, ia menoel tubuh kecil itu menggunakan telunjuknya sehingga si gagak pun menoleh lucu.

Haechan tersenyum, "Kau sudah bekerja keras hari ini, tuan gagak hitam sang maha penunjuk arah. Apa kau ingin minum?"

Gagak itu hanya memperhatikan gerak-gerik Haechan yang tengah mengaduk-aduk tasnya dan mengeluarkan satu botol air putih di dalam sana.

Ia menuangkan beberapa butir air ke telapak tangannya dan menyodorkannya ke hadapan si gagak.

Gagak itu menatap air di telapak tangan Haechan sejenak sebelum meminumnya menggunakan paruhnya.

Haechan terkekeh ringan kala telapak tangannya terasa geli kala paruh pendek itu berkali-kali menyentuh kulitnya. Ia masih waras untuk tidak memberikan minum air laut yang terasa asin dan membuat tenggorokan sakit.

Mark yang sedari tadi memperhatikan interaksi Haechan dan gagak itu pun tersenyum.



***



Keduanya sudah sampai di tempat tujuan, yaitu hutan abu-abu. Cukup lama karena jarak dan mereka menggunakan tenaga manual, cukup membuat pantat Haechan kebas karena terlalu lama duduk.

Setelah menarik sampan yang mereka gunakan ke tepi daratan, Mark mengajak Haechan untuk masuk ke dalam hutan itu.

Ketakutan yang sempat hinggap karena melihat pemandangan mengerikan hutan itu pun sedikit berkurang berkat genggaman tangan Mark di lengannya.

Si gagak hitam masih menjalankan tugasnya dengan baik. Kali ini ia memilih untuk terbang di depan pasangan master dan slave itu sambil menunjukkan arah ke tempat Jaehyun berada.

"Kabut abu-abu ini terlihat mengerikan." komentar Haechan. Mark juga ikut memperhatikan sekitar. Pohon-pohon yang mereka lewati semuanya terlihat seperti siluet hitam. Haechan hanya khawatir jika tiba-tiba saja binatang buas menyerang mereka tanpa aba-aba karena keterbatasan jarak pandang ke sekeliling.

"Kudengar dari tuan Jeno, kabut ini terus ada sepanjang masa. Makanya kapal-kapal pelaut jarang melintasi daerah ini karena kabut tebal yang membatasi penglihatan."

Haechan ber'oh' ria, pantas saja selama perjalanan menuju pulau ini, ia tidak mendapati kapal lain melintas di lautan. Jadi ternyata ini alasannya.

Kwak kwak!

Haechan berjengit kaget karena tiba-tiba saja gagak itu hinggap di atas kepalanya sambil berkicau nyaring.

"A-ada apa?" panik Haechan sembari beringsut lebih dekat ke arah Mark. Rambutnya gatal karena kaki kecil gagak itu yang terasa menggaruk-garuk kulit kepalanya.

"Sepertinya kita sudah sampai ke tempat tuan besar Lee." jawab Mark yang menyebabkan darah Haechan seketika berdesir tak karuan.

"Se-secepat ini?" gugupnya. Mark menoleh menyamping dan mengernyit, "Kau tidak merasa kita telah berjalan sangat jauh?"

Haechan menggeleng. Ia tidak sadar karena sibuk memperhatikan langkahnya agar tidak tersandung sesuatu.

"Oh, tidak apa-apa. Itu bagus."

"Bagus apanya!?"

Mark setengah terkejut mendapati Haechan yang tiba-tiba membentaknya.

Tidakkah Mark menyadari jika Haechan sekarang tengah ketakutan karena perlahan merasakan aura pekat dan mengintimidasi yang menguar di depan sana?

Dengan tubuh barunya, Haechan dapat merasakan hal-hal yang tak dapat ia rasakan selama menjadi manusia.

Seluruh indera di tubuhnya bekerja dua kali lipat lebih tajam dari biasanya. Yang dulunya ia tidak bisa merasakan aura dominan dari Jeno dan Mark, sekarang ia merasakannya. Dan sekarang ia juga merasakan bagaimana aura dari tuan besar Lee yang terkenal mematikan dan mampu membuat seorang vampir biasa bertekuk lutut hanya karena aura pekat yang dikeluarkannya.

Apalagi sampai mendapat hukuman darinya. Haechan tidak sanggup membayangkannya.



Tbc.



Yup, segini aja dulu, disambung besok🤭

Ditunggu ⭐ dan 💬

I'm Yours, Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang