"Lawan anak ingusan manja kaya gitu doang kalian kewalahan?"
Remaja berdada bidang yang barusan bersuara tampak membuka langkah. Sedikit membungkuk untuk mengambil wajah salah satu dari tiga laki-laki yang sedang bersimpuh di hadapan. Sambil meneliti lebam, mulutnya mendesis tertahan. Lalu, diempaskannya wajah itu dengan kasar.
Namanya Hernest. Cowok berperawakan tinggi besar dengan sebuah tatto serigala di lengan atas kirinya. Hernest adalah putera bungsu kepala polisi daerah Surabaya, sekaligus ketua geng yang sangat ditakuti di Surabaya European School. Sifatnya yang egois, kasar, tak mau kalah dan menonjol membuat Hernest hidup di atas penderitaan anak-anak lain. Penindasan adalah hal yang sangat ia sukai. Jadi, mendengar anak buahnya kalah oleh siswa awam, darah Hernest langsung mendidih.
"Anak itu bawa saudara, Mas. Pindahan dari Jakarta. Awalnya kita sepele karena badan dia kurus, tapi ternyat—"
"Jancok! Kon mingkem!"
(Bangsat! Kau diam!)Hernest lepas kendali lagi. Menendang spontan anak yang bersimpuh di sisi kiri yang terlihat ingin menyelamatkan temannya. Namun, bukan Hernest namanya jika tidak emosi. Membuat kedua temannya yang sejak awal berdiri di sisi belakang ikut menenangkan.
"Wes lah, Rek. Nanti kalau arek ini kenapa-kenapa, Orion Hexa yang kena imbas e," ujar si pemilik gigi taring sambil memegang lengan kiri Hernest. Namanya Suheil.
"Percuma, dengan mereka masuk BK tadi siang aja udah bikin pak Tanaka curiga ke Orion." Hernest masih dengan tatapan berapinya.
"Ya udah, jangan bikin makin keos, Rek." Kalau yang barusan bersuara, namanya Jerry. Si pemilik tinggi badan lebih pendek dari Hernest dan Suheil. Mereka bertiga adalah pilar terkuat di geng keji yang kerap disebut dengan Orion Hexa.
"Sandi, Jowwie, Riski, kalian udah boleh pergi. Tapi harus banyak latihan biar kejadian memalukan ini nggak terjadi lagi. Anak-anak di grub heboh, turun harga diri Orion karna kekalahan kalian," ujar Suheil. Meski tetap memarahi, cara Suheil menegur lebih enak diserap daripada Hernest. Secara, di antara ketiganya, Suheil memang paling soft dan tidak banyak bicara.
"Sekali lagi, kami bertiga minta maaf, Bang."
Ketiga remaja tanggung itu pun berdiri dengan kepala tertunduk. Bolak-balik mengucapkan maaf sebelum akhirnya digiring keluar oleh Jerry. Namun, kesabaran Hernest harus diuji lagi saat Riski tiba-tiba balik badan hendak mengucapkan sesuatu.
"Lapo, njeng?" tanya Hernest selalu ngegas. Dia sudah geram ingin melayangkan Bogeman lagi. Beruntung ada si sabar Suheil yang setia mencekal.
"Sebagai ketua yang bertanggung jawab atas temen-temenku, aku mau minta hukuman yang setimpal dari ketua. Sesuai perjanjian sebelum gabung di Orion, Bang."
Tiba-tiba saja, Hernest tersenyum miring. Mental bocah SMP di hadapannya ini boleh juga, pikirnya. Padahal dia tidak sempat berpikir sampai ke sana.
"Siksa dan bikin arek asu itu minta maaf. Rekam, kirim ke grub."
Sejenak, bocah tadi terdiam. Merasa tugas yang diemban cukup sulit. Hingga tak lama, Sandi —temannya tiba-tiba bersuara.
"Bisa, tapi kita minta izin Abang buat bawa nama Orion. Kita jebak Dika seolah-olah kita ajak dia gabung. Kalian tau kan se ambisi apa dia masuk geng ini kemarin?"
***
"Kapan ada waktu, Dik? Kita pengen minta maaf sekaligus ajak kamu gabung Orion. Bang Hernest bilang tertarik sama kemampuan sepupu kamu. Nanti masuk tanpa bersyarat. Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BoKem
Teen Fiction#Sicklit #Teenfiction #Jay (Disarankan membaca Niskala terlebih dahulu) "Mereka menyebutku bocah kematian. Padahal aku hanya melakukan hal gila untuk menyamarkan lukaku." -Reyhan Pradipta Wicaksono- Most Impressive Ranking: 🏅2 in •Angst• [4/7/2024]...