3. Kepala Bocor

2.5K 242 121
                                    

"Argh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Argh ... buset, apa tuh."

Reyhan refleks memegang kening, tepat setelah sesuatu yang baru saja mendarat di sana jatuh berceceran ke tanah. Setelah ditilik, ternyata yang barusan dilempar sang ayah adalah botol Vodka mini yang kini telah pecah berkeping-keping di ujung kaki.

"Anjir, pantesan sakit," monolog anak itu sambil merintih pelan. Masih mengusap-usap sumber rasa sakit yang kini terasa basah. Ternyata luka kecil di atas alis itu mulai mengeluarkan darah.

"Rey astaga! bocor pala lo, Rey. Sakit nggak?" Itu suara Jepri. Saking paniknya ia sampai melompat dari motor, membiarkan kuda besi itu ambruk begitu saja. Anak itu memang masih berada di sana sejak awal, menjadi saksi betapa beringas ayah sang sahabat.

"Sakit, lah. Lagian lo ngapain masih di sini, Monyet. Balik sono ...." Reyhan bisik-bisik sambil melotot. Takut Jepri jadi ikut-ikut kena imbas kemarahan Elang.

"MASUK!"

Keduanya sama-sama terlonjak kaget. Tak ingin terjadi sesuatu dengan Jepri, Reyhan buru-buru mendorong anak itu menuju motornya lalu berjalan masuk. Melayangkan kedipan mata ke arah Jepri sebelum benar-benar hilang tertelan pintu. Seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Dengan berat hati, Jepri pun mulai kembali memungut motornya untuk kemudian dinaiki. Sebelum benar-benar menarik pedal gas, ia sempatkan menatap nanar ke arah pintu kayu berwarna cokelat itu. Berharap tidak ada sesuatu buruk terjadi pada Reyhan. Meski Jepri sendiri tidak yakin dengan harapannya.

Dan, benar saja. Kendati melihat wajah sang anak sudah berdarah-darah, Elang masih berniat melayangkan sebuah tamparan lagi. Untung saja ada Cantika yang dengan gerakan cepat menarik tubuh kurus Reyhan. Membuat layangan tangan kekar itu mengudara begitu saja.

"Gila ya kamu, Mas? Kamu nggak liat dia udah luka-luka kaya gini?"

"Lo yang gila. Nggak becus ngurus anak sebiji doang. Kerjanya kelayapan, nggak guna sama sekali."

"Memangnya kamu pernah berguna jadi ayah?!" Sebelum melanjutkan perdebatan, wanita itu terlebih dahulu menginterupsi Reyhan untuk masuk kamar. Setelah memastikan sang anak aman, barulah ia kembali membuka suara. "Sadar, Mas. Gimana anak kamu mau jadi anak yang baik kalau kamu nggak pernah ngedidik dia dengan baik ...."

"Gue memang nggak pernah mau punya anak, ANJING!"

Pyar!

Cantika tersentak saat satu botol Vodka kembali menghantam lantai. Suaranya begitu kontras di tengah keheningan malam. Ia mengangkat pandang, menatap pria jangkung yang nyaris tak mampu berdiri tegak itu dengan tatapan terluka.

"Kamu pikir cuma kamu yang nyesel ada di posisi sekarang? Aku juga! Apa, sih, bakti kamu sebagai suami ke aku? Aku sampe iri sama perempuan-perempuan di luar sana. Mereka di ratukan layaknya seorang istri sama suaminya. Aku? Pernah kamu beliin aku perhiasan? Jangankan perhiasan. Kasih aku uang bulanan buat makan aja kamu sulit. Yang kamu pentingkan selalu mabuk, nongkrong ga jelas, judi. Pernah nggak kamu berperilaku layaknya kepala keluarga?"

BoKemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang