Chapter 7

30 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Ratu Olivia menangis di bawah guyuran air hujan.

Sepeninggal putranya – Pangeran Eryk, dia terduduk lemah di tanah. Rasa sakit di hatinya semakin menyayatnya. Dia yang tidak tega menerima takdir anak semata wayangnya yang harus menanggung kutukan jahanam keluarga kerajaan, semakin tersiksa dengan semua situasinya.

Pikirannya jadi bercabang.

Kenapa harus dia yang melahirkan anak bungsu bagi raja?

Kenapa harus putranya yang menanggungnya?

Kenapa harus dia dan putranya?

Kenapa?

Semakin dia mencari jawaban atas semua pertanyaan yang menuntutnya, dia merasa semakin lemah. Apalagi dia tidak mampu membantu putra semata wayangnya. Dia merasa bodoh jadi seorang ibu. Hanya bisa membiarkan putra semata wayangnya tersakiti.

Eryk... maafkan aku.

Batin Ratu Olivia merintih dalam.


^^^


Kabar tentang Pangeran Eryk yang melukai Putra Mahkota Rhys dan Putri Illona sudah menyebar ke seluruh kastil kerajaan. Kemungkinan esok hari sudah menyebar ke segala penjuru distrik kerajaan di Kota Cantessa. Hal itu juga yang membuat Permaisuri Maja bersama Putri Isla dan Pangeran Adelmo mau singgah ke menara kastil kerajaan.

Kebetulan raja bersama pasukan istana datang di waktu yang sama.

"Bawa Eryk kemari," perintah raja pada Bibi Ingrid.

"Mohon maaf, Yang Mulia Raja." Bibi Ingrid mengambil jeda sambil melihat ke arah luar yang sedang hujan. "Pangeran Eryk sedang istirahat. Sebaiknya Yang Mulia Raja menemuinya esok pagi," Lanjutnya berusaha tetap tenang.

"Kau berani menentang perintahku?" tandas raja.

Bibi Ingrid meremas kedua kepalan tangannya, berusaha tenang agar bisa membantu Pangeran Eryk yang sudah masuk ke ruangan pribadinya.

"Tidak mungkin saya berani melakukannya, Yang Mulia Raja."

"Kalau begitu, bawa Eryk kemari, sekarang." Raja menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Bibi Ingrid berusaha mengatur napasnya tanpa kentara.

"Kau bilang keadaannya sudah membaik. Bukankah seharusnya dia akan baik-baik saja jika menemuiku sekarang? Dia harus dijatuhi hukuman karena sudah mencelakai Putra Mahkota kerajaan bahkan Illona." Raja menambahkan dengan tegas.

Permaisuri Maja, Putri Isla, dan Pangeran Adelmo jadi tegang saat raja memutuskan untuk memberi hukuman pada Pangeran Eryk. Padahal selama ini, Pangeran Eryk selalu lolos dari segala hukuman atas apa pun yang dilakukannya. Raja bahkan mengistimewakan Pangeran Eryk karena kutukan tersebut.

Tiba-tiba pintu terbuka.

Terlihat Pangeran Eryk keluar mengenakan celana jeans panjang hitam dan kemeja polos hitam lengan panjang. Rambutnya agak berantakan dan matanya merah. Dia pun hanya memakai sandal rumah. Namun, kegarangan mimik wajahnya tetap mempertahankan karakternya yang tidak bisa dibantah.

"Pangeran..." ucap Bibi Ingrid lirih. Dia tidak tega melihat Pangeran Eryk yang seharusnya berada di ruangan pribadinya.

"Setelah membuat kegaduhan, kau hanya bisa bersembunyi?" sindir raja.

Pangeran Eryk berjalan mendekat ke tempat raja berada.

"Anda bilang, aku harus diberi hukuman?" mata Pangeran Eryk menatap manik mata raja dengan berani dan mematikan. "Dengan kutukan yang melekat di diriku atas perbuatan buruk leluhurmu yang bangsat, Anda masih ingin memberiku hukuman? Anda luar biasa sekali, Raja Zachary." Lanjutnya dengan lancang.

Semua yang ada di sana jadi tegang.

Raja seketika melayangkan tamparan keras, bahkan bibir Pangeran Eryk mengeluarkan darah.

Pangeran Eryk tersenyum menyeringai sambil meludahkan darah yang dapat dirasakannya.

"Bawa dia," perintah raja pada pasukan kerajaan yang dibawanya.


^^^


Seorang pelayan pribadi Ratu Olivia berlari menghampiri.

"Yang Mulia Ratu!" pelayan itu membantu Ratu Olivia berdiri sambil menjaga agar payung yang dibawanya tidak lepas.

Ratu Olivia berusaha untuk bangun.

"Aku mencari Yang Mulia Ratu ke mana-mana. Yang Mulia Ratu baik-baik saja?"

Ratu Olivia hanya diam.

"Yang Mulia Ratu harus pergi ke menara kastil kerajaan."

"Ada apa?" tanya Ratu Olivia yang langsung menoleh.

"Yang Mulia Raja memberi hukuman pada Pangeran Eryk perihal apa yang sudah dilakukannya pada Putra Mahkota Rhys dan Putri Illona."

"Apa???" Ratu Olivia sangat terkejut.

Tanpa menghiraukan hujan yang semakin deras, Ratu Olivia berlari cepat menuju menara kastil kerajaan. Dia tidak merasakan apa pun dan fokusnya hanya pada putra semata wayangnya – Pangeran Eryk. Sesampainya di sana, dia membeku di tempatnya berdiri. Matanya melihat putranya sedang berlutut dan punggungnya dipukuli oleh algojo.

Hatinya terenyuh melihat putranya yang hanya diam dengan mata merah dan wajah pucat. Dia bahkan bisa melihat mulut putranya mulai mengeluarkan darah. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya ditambah lagi sedang hujan. Tanpa disadarinya, tubuhnya meluruh begitu saja. Samar-samar suara di sekitarnya menghilang.

Dia pun jatuh pingsan.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

18/04/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang