Chapter 21

29 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



"Panggil dia," perintah Pangeran Eryk.

"Sekarang?" tanya Bibi Ingrid terkejut karena terlalu mendadak, bahkan matahari sudah siap menghilang.

"Kalau sampai hujan turun dia belum ada di kamarku juga, kau yang akan aku lenyapkan dengan sayap hitamku." Ancam Pangeran Eryk yang menghilang seketika.

"Oh, mampus aku." Desah Bibi Ingrid sambil menyambar ponselnya.

Bibi Ingrid menunggu di ruangan biasa Chiara berganti pakaian dengan gusar. Waktu menunjukkan pukul 2 siang yang artinya sebentar lagi akan turun hujan. Dia sudah menunggu 2 jam tetapi Chiara yang dijemput oleh supir belum tiba juga. Ketika itu, pintu diketuk. Muncullah Chiara dengan mata yang sembab dan terlihat agak pucat.

"Ya ampun, Nona Chiara. Kamu terlihat kacau sekali." Bibi Ingrid jadi panik dan bingung sendiri. "Bisa mampus aku kalau kamu muncul seperti ini," lanjutnya langsung mempersiapkan penampilan Chiara.

Mampus??? Kalau Nyonya Ingrid saja mampus, bagaimana denganku?

Chiara membatin dalam hati.


^^^


Pangeran Eryk berdiri menghadap jendela besar dengan bertelanjang dada dan memakai celana tidurnya. Mendung sudah semakin gelap. Pikirannya sibuk bercabang tentang tingkatan yang harus dilaluinya demi Kota Cantessa kembali normal seperti sedia kala. Namun, yang memenuhi pikirannya saat ini adalah rasa bersalahnya pada Putri Illona.

Sungguh, dia tidak bermaksud menyakiti kakak perempuannya dari lain ibu itu hari di mana dia menemui ibu kandungnya.

"Pangeran Eryk," panggil Bibi Ingrid yang sudah membawa Chiara.

Kepala Pangeran Eryk hanya terangguk sekali.

Bibi Ingrid pun keluar ruangan.

Pangeran Eryk berjalan menuju tempat Chiara berdiri. Chiara memakai bathrobe satin lagi tetapi panjangnya hanya mencapai paha kakinya. Warnanya tetap hitam, begitu juga dengan penutup matanya. Mata Pangeran Eryk menatap wajah Chiara tanpa celah. Dia merasa ada yang berbeda lalu diraihnya tisu basah dan ditempelkannya di bibir Chiara.

Chiara sempat terkesiap saat ada sesuatu yang lembut, basah, dan harum menyentuh bibirnya. Kemudian, sesuatu itu menyapu seluruh wajahnya. Dia bisa tahu, pasti Pangeran Eryk menghapus pelembab bibir dan wajahnya dengan tisu basah. Menyadari itu, dia jadi tegang, takut jika wajah pucatnya disadari oleh Pangeran Eryk.

Dia sakit?

Batin Pangeran Eryk.

Tangan Pangeran Eryk menyentuh kening Chiara. Merasakan suhu panas yang tidak terlalu jauh dengan tubuhnya sendiri, dia mengabaikannya.

Pangeran Eryk melepaskan bathrobe yang menutupi tubuh Chiara dan merebahkan Chiara di kasur. Pangeran Eryk mulai mengecup bibir Chiara dengan lembut. Dia terus menciumi Chiara dari satu titik ke titik lain hingga merangsang Chiara dan dirinya sendiri.

Keduanya pun saling bertautan.

Pangeran Eryk dan Chiara bergerak bersamaan. Setelah mencapai puncak, keduanya berhenti bergerak dan melakukan pelepasan secara bersamaan. Kepala Pangeran Eryk menengadah ke atas saat cahaya putih merentang lebar di punggungnya. Dia tidak memperdulikannya dan memeluk Chiara erat sambil berusaha mencapai napasnya.

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang