Chapter 23

27 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Pagi-pagi sekali Bibi Inggrid pergi ke perpustakaan kerajaan.

Dia ingin memastikan sesuatu yang pernah dibacanya tetapi samar-samar mulai dilupakannya tentang kutukan kerajaan. Setelah menemukan apa yang dicarinya, matanya terbelalak lebar. Buru-buru dia kembali ke menara kastil kerajaan. Dia harus memberitahukannya pada Pangeran Eryk sebelum Pangeran Eryk pergi ke kampus.

Namun, dia lebih terkejut saat tiba di menara kastil kerajaan. Terlihat Putri Illona sedang berlutut di depan Pangeran Eryk yang sudah siap untuk pergi kuliah.

"Aku mohon padamu," kata Putri Illona.

Bibi Ingrid mendekati tempat mereka dengan cepat.

"Putri Illona, apa yang kamu lakukan?" Bibi Ingrid ingin membantu Putri Illona berdiri tetapi Putri Illona bergeming.

"Hanya kamu yang bisa melanggar semua aturan, Pangeran Eryk. Hanya kamu seorang yang memiliki kemampuan lebih. Bahkan hanya kamu yang mampu menggunakan sayapmu. Jadi, aku mohon, bantulah aku. Nyawa ibuku terancam jika kakakku tidak kembali." Lanjut Putri Illona.

Bibi Ingrid jadi merasa kasihan.

"Pergilah, Putri Illona. Aku tidak akan membantumu." Pangeran Eryk menolaknya lagi.

"Lakukanlah, Pangeran Eryk." Sambar Bibi Ingrid yang terdengar seperti perintah.

"Apa?" Pangeran Eryk menatap tajam Bibi Ingrid.

Putri Illona pun menoleh melihat Bibi Ingrid.

Tanpa mereka ketahui, datang Ratu Olivia bersama Pangeran Adelmo.

"Tertulis bahwa jika terjadi sesuatu pada salah satu pemilik tulang pangkal sayap, maka si bungsu penerima kutukan yang akan menanggungnya. Tulang pangkal sayap di punggung kalian masing-masing tidak akan pernah bisa hilang meskipun suatu hari nanti kutukan itu bisa dipatahkan." Jelas Bibi Ingrid sambil melihat Pangeran Eryk dalam.

Pangeran Eryk menggenggam erat kepalan tangannya.

"Bukankah tulang pangkal sayapmu yang terkena pukulan hukuman dari Yang Mulia Raja pun tidak bisa disembuhkan?" lanjut Bibi Ingrid dengan mata yang berkaca-kaca.

Ratu Olivia seketika berlari untuk menghampiri Pangeran Eryk.

"Eryk, benarkah tulang pangkal sayapmu terluka?" tanya Ratu Olivia yang sudah mendekati tempat Pangeran Eryk dengan kekhawatiran penuh.

"Berhentilah di tempatmu, Yang Mulia Ratu. Anda bisa bicara dari situ." Kata Pangeran Eryk telak sambil menurunkan pandangannya karena matanya mulai berkaca-kaca. Dia berusaha menyembunyikan kesakitannya sendiri, tetapi Bibi Ingrid mengetahuinya juga.

"Jawab Eryk," desak Ratu Olivia.

Pangeran Eryk menatap Bibi Ingrid.

"Aku akan lakukan, tetapi bukan sebagai Pangeran Eryk." Katanya.

Bibi Ingrid yang paham segera menganggukkan kepala.

"Aku pamit," lanjut Pangeran Eryk tertuju pada Ratu Olivia lalu menuju motor besarnya dan melesat pergi.


^^^


Selepas kepergian Pangeran Eryk, Ratu Olivia luruh ke tanah.

"Yang Mulia Ratu!"

Pangeran Adelmo, Putri Illona, dan Bibi Ingrid serentak bersuara sambil mendekati tempat Ratu Olivia.

"Yang Mulia Ratu baik-baik saja?" tanya Pangeran Adelmo.

Ratu Olivia menoleh melihat Bibi Ingrid.

"Benarkah tulang pangkal sayap Eryk terluka?" tanya Ratu Olivia pada Bibi Ingrid dengan air mata yang membasahi pipinya.

Pangeran Adelmo dan Putri Illona yang tidak memahaminya merasa kebingungan. Mereka berdua memilih untuk diam.

Bibi Ingrid berat menjawab dengan mulutnya.

"Yang Mulia Raja pernah menceritakannya padaku. Dulu, ada pangeran terdahulu yang tulang pangkal sayapnya terluka. Perlahan tulang pangkal sayap yang terluka itu melumpuhkannya hingga merenggut nyawanya. Sekarang, katakan padaku. Katakan bahwa tulang pangkal sayap milik Eryk baik-baik saja. Katakan!!!" Ratu Olivia membentak keras.

"Maafkan aku, Yang Mulia Ratu." Bibi Ingrid menurunkan pandangannya dan meneteskan air matanya.

Pangeran Adelmo dan Putri Illona tercekat bersamaan, terlalu terkejut.

Ratu Olivia pun menangis keras.

Eryk, anakku yang malang.

Maafkan ibumu ini yang telah berdosa.


^^^


"Makanan paket B lebih cocok untuk sarapan, Kak Eryk."

Suara yang familiar itu membuat kepala Pangeran Eryk menoleh. Terlihat Michalina juga datang ke kantin kampus untuk bersarapan. Akhirnya Pangeran Eryk pun memilih menu sarapan yang sama dengan Michalina. Mereka berdua menuju meja yang berada di luar kantin.

"Enak, kan?" Michalina mengembangkan senyumnya.

Tanpa sadar, senyum di bibir Pangeran Eryk pun mengembang.

"Kau sudah biasa memakannya?" tanya Pangeran Eryk yang melupakan tentang perasaannya yang sedang tidak tenang dengan cepat.

"Iya," jawab Michalina sambil menyengir bahagia.

"Leon sering membelinya. Padahal jika aku makan bersamanya, rasanya tidak seenak ini." Ujar Pangeran Eryk yang mengangkat wajahnya memandangi Michalina lekat. "Tapi makan bersamamu, makanan ini sangat enak." Lanjutnya sambil berusaha menahan debaran di dadanya.

Michalina membeku di tempat duduknya.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

27/05/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang