Chapter 58

12 2 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



Raja berlinang air mata, terharu melihat Pangeran Eryk bisa kembali yang berada di kejauhan sedang bersama ratu. Dia memilih berdiri mematung diam di tempatnya agar tidak mengganggu. Lagipula sangat jarang bisa melihat ibu dan anak itu akur seperti sekarang.

"Bagaimana, Yang Mulia Raja? Apa yang Yang Mulia Raja rasakan sekarang?" tanya Bibi Ingrid yang berada di belakang raja.

"Aku sangat lega. Aku senang Eryk bisa kembali." Jawab raja jujur.

"Bagaimana jika tidak kembali?" lanjut Bibi Ingrid serius.

Pertanyaan itu seketika membuat raja membalikkan badan.

"Keturunan Ingrid dari generasi ke generasi selalu menanyakan hal itu saat pangeran bungsu gagal menyelesaikan tingkatnya dan wafat. Aku juga melakukannya untuk catatan penting di buku kutukan, itu adalah tugasku." Kata Bibi Ingrid.

"Kau berbicara seakan-akan menginginkan Eryk tidak kembali," respon raja menatap tajam Bibi Ingrid.

"Hampir dua minggu Pangeran Eryk tidak mampu bertahan. Apa yang Yang Mulia Raja rasakan selama itu berlangsung?" kejar Bibi Ingrid.

"Kau lancang sekali, Ingrid." Raja menunjukkan wajah marahnya.

"Setiap raja yang berkuasa mengatakan hal yang sama," Bibi Ingrid lebih menekankan suaranya. "Tidak apa jika pangeran bungsu gagal, biarkan pangeran bungsu selanjutnya yang berjuang. Mungkin saja suatu hari nanti ada pangeran bungsu yang berhasil melakukannya. Kurang lebih seperti itu jawabannya, dan aku mengharapkan jawaban yang berbeda dari Yang Mulia Raja," lanjutnya.

Raja pun terdiam.

"Aku pernah memberitahu Yang Mulia Raja bahwa air terjun di dalam hutan misterius adalah tempat paling berbahaya bagi keturunan raja. Seperti halnya Putra Mahkota Rhys yang sekarat setelah menjadi sanderaan di sana. Rasa sakit itu yang dirasakan oleh para pangeran bungsu seumur hidupnya. Harusnya Yang Mulia Raja pergi ke sana untuk merasakannya juga, agar aku bisa mendengar jawaban yang berbeda dari Yang Mulia Raja."

Bibi Ingrid melangkah pergi setelah memberikan hormat.


^^^


Matahari bersinar terik.

Kolam pemancingan milik keluarga Leon terlihat sangat ramai, tetapi itu tidak membuat Leon bersemangat. Dia masih mengkhawatirkan Pangeran Eryk yang belum juga mengabarinya dua minggu lamanya.

"Leon," panggil ibunya.

Tidak ada respon dari Leon yang hanya mematung diam.

"Leon!" panggil ibunya lagi.

"Ya?" Leon tergagap.

"Kau melamun lagi? Kalau kau memang sangat mengkhawatirkan Tuan Eryk, datang saja ke kediaman Bangsawan Ingrid." Kata ibunya memberikan ide.

"Mana mungkin aku lancang datang ke sana," jawab Leon lemah.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan? Bagaimana dengan Michalina?" lanjut ibunya jadi serius.

"Tuan Xander bahkan menemuiku, Leon. Dia sepertinya menyukaimu. Dia memberikan restunya jika memang kau bersungguh-sungguh pada putrinya. Kau harus mengambil tindakan." Ayahnya ikut bersuara.

"Aku melakukannya atas perintah Eryk. Dia menyuruhku menjaga dan melindungi Michalina selama dia pergi. Aku harus selalu membuat Michalina bahagia. Tapi aku tidak tahu kalau semua yang aku lakukan membuatku dan Michalina jadi semakin dekat. Aku..." kalimat Leon terpotong.

"Kau menyukai gadis itu jauh sebelum Tuan Eryk menyuruhmu, Leon." Ibunya mengingatkannya.

Leon menghela napas berat.

Tiba-tiba...

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" suara Pangeran Eryk membuat Leon dan kedua orang tuanya seketika menoleh.

"Eryk," Leon terkejut melihat kedatangan Pangeran Eryk dengan wajah agak pucat. Dia pun jadi khawatir.

"Jawab!!!" bentak Pangeran Eryk keras.

"Eryk..." ucap Leon ingin berjalan mendekati Pangeran Eryk.

"Jadi, mahasiswi baru yang membuatmu jatuh cinta adalah... Michalina?" lanjut Pangeran Eryk.

"Aku minta maaf, Eryk." Leon meraih bahu Pangeran Eryk.

"Harusnya kau memberitahuku!" Pangeran Eryk mengibaskan tangan Leon dan mendorong tubuh Leon.

"Aku sudah menyerah sejak Michalina memiliki ketertarikan padamu," jawab Leon.

"KAU BOHONG!!!" balas Pangeran Eryk yang langsung mendaratkan pukulan keras di wajah Leon.

Kedua orang tua Leon membelalakkan mata tanpa mampu melerai.

Leon yang sudah memar dan berdarah memberontak hingga membuat tubuh Pangeran Eryk terdorong. Beruntung kondisi Pangeran Eryk sedang tidak fit dan lemah, maka pukulan-pukulannya hanya terasa seperti manusia normal pada umumnya. Mungkin Leon bisa mati jika Pangeran Eryk sedang sehat.

"Iya! Aku memang berbohong! Aku menyerah karenamu, sial!" jawab Leon jujur. "Aku menyerah sejak kau memiliki ketertarikan juga dengannya. Hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu atas segala kebaikanmu, Eryk. Aku tidak mampu membalas budimu. Aku minta maaf." Lanjutnya penuh perasaan dan dengan mata yang berkaca-kaca.

Kedua orang tua Leon pun ikut menitikkan air mata.

"Kau membuatku merasa jahat, Leon." Balas Pangeran Eryk yang tidak mampu berkata-kata lagi karena kekecewaannya lalu pergi.



***

SALAM SEHAT,

JINAAN00.

18/09/2024

LEGENDA KOTA HUJAN [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang